Share

8. Pom Bensin

Penulis: nastasya hyuuga
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-27 17:59:25

Tidak sampai di situ, begitu jari - jariku bersih dari sisa - sisa coklat, Jason menatapku penuh minat. Dengan sekali sentakan wajahku ditarik mendekat, tanpa aba - aba lidahnya menjilati bibirku yang belepotan coklat.

"Apa apaan kamu." Aku terkejut dan mendorong kasar wajahnya, kepalanya sampai membentur sandaran kursi.

"Aow Miss, kasar sekali." Jason mengelus belakang kepalanya.

"Kenapa kamu bisa didalam mobilku?"

"Aku menunggu Miss pulang, sampai ketiduran. Saat terbangun aku melihat cemilan lezat." Jason menatap bibirku. Reflek aku segera menutupnya dengan telapak tangan.

Suara klakson terdengar dari belakang, aku segera menginjak pelan pedal gas memajukan mobilku.

"Kamu kan yang mengikat tali sepatu Pak Oscar?"

"Tapi kenapa Miss membelaku?" Jason Balik bertanya. Aku hanya mengabaikannya, karena tak tau harus menjawab apa.

"Aku membencinya, Miss tau?"

Karena aku hanya diam, Jason lanjut berceloteh.

"Anda tau Miss, aku tidak suka Oscar. dia mesum."

"Hus, kamu jangan bicara sembarangan."

"Benar, Oscar sangat mesum. Dia selalu memandangimu dengan sangat bernafsu. Tatapannya seolah - olah ingin menelanjangimu."

"Hmm, seperti kamu? bukanya pikiran laki - laki relatif sama ya?" Aku menimpali sambil menginjak pelan pedal gas memajukan mobil ku mengikuti antrean.

"Aku? sama dengan Oscar? oh itu tidak benar Miss, kalau aku tulus. Aku sudah jatuh cinta saat pertama bertemu denganmu." Mendengar itu aku teringat pertemuan pertamaku dengan Jason, situasi yang sangat memalukan. Dia melihatku telanjang dan sedang memuaskankan diriku sendiri.

"Ah sudah hentikan." Aku berusaha menutup mulutnya dengan tanganku, tapi Jason malah menarik tanganku kemulutnya dan mulai menciumnya dengan lembut. Melihat itu aku menarik dan memukul keras bahunya.

"Miss, kasar sekali hanya padaku berbeda dengan perlakuan Miss pada anak - anak lainnya."

"Karena kamu sangat nakal, beda dengan William yang manis."

"Apa karena dia memberimu sekotak cokelat?" Aku hanya mengedikkan bahuku.

"Aku juga bisa memberimu cokelat, lebih banyak darinya." serunya lagi.

" Ya yaa yaa, aku tau kamu anak kaya. Tapi tidak perlu memamerkannya." Ujarku yang sudah selesai mengisi Bbm dan segera melaju meninggalkan POm bensin.

" Miss, turunkan aku di dekat halte." Pinta Jason.

" Daah Miss, sampai jumpa. Bolehkah aku mencium keningmu sebelum pergi?" Tanpa menjawab aku segera menginjak keras pedal gas meninggalkan Jason yang nyengir puas.

Sepertinya hari - hariku akan sangat melelahkan, menghadapi pekerjaan dan Jason.

Sesampai rumah aku langsung merebahkan diri, menyalakan pendingin ruangan dan melepas seluruh pakaian kerjaku yang membuatku gerah.

'klung' Saat hampir terlelap notifikasi ponselku berbunyi.

"Sayang, pekerjaanku belum selesai jadi aku akan lebih lama di Hamsruck"

"Iya sayang, Aku baru saja pulang dan merindukanmu."

"Nanti malam, Selesai bekerja aku akan menelponmu."

Aku tidak membalas lagi pesan Edgar, cukup lama aku terlelap karena saat bangun aku mendapati langit sudah mulai gelap.

Aku menyalakan air memenuhi bak mandi, ingin berendam menikmati kesunyian. Saat bersiap masuk ke bak mandi dering ponselku mengurungkan niatku.

"Haloo sayang." ucapku saat logo telpon berwarna hijau berhasil ku geser. Hal selanjutnya yang kulakukan adalah melempar ponselku dengan terkejut karena wajah yang muncul di panggilan video bukannya Edgar, tapi Jason. Aku yang sedang telanjang bulat, kaget bukan main

Setelah meraih handuk dan memakai jubah aku menagmbil ponselku yang terlempar keluar kamar mandi. Syukurlah panggilan video Jason sudah berakhir. Namun ada sebuah pesan yang belum ku baca.

"Miss, kamu seksi sekali." Aku mengutuk diriku sendiri.

Aku mempercepat acara mandiku, bergegas memasak untuk makan malam. Namun saat aku membuka kulkas, isinya sangat mengecewakan. Kulkasku yang sangat besar itu nyaris kosong, hanya sebotol air putih yang masih bertengger di rak.

Dengan malas aku mengenakan setelan training longgar dan berjalan santai menuju mini market dekat rumahku.

Mengambil keranjang belanja lalu mulai memasukkan beberapa sayuran, cemilan dan juga mie instan. Saat hendak mengambil minuman dingin di dalam showcase bayangan Jason menatapku dari balik kaca.

"Hay, kau sedang menguntitku?" Tanyaku berbalik menoleh kearahnya.

"Hay miss, aku sangat merindukanmu. Apa lagi saat terakhir melihatmu di panggilan videoku." Bisiknya tepat di telingaku, nafasnya menggelitik telinga. Sebelum sempat aku bereaksi, bibirku dikecupnya sekilas dan dia berlari meninggalkanku yang sangat geram dengan tingkahnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Godaan Nakal Brondong Manis   13

    "Ya aku di bar." Jawab Caroline"Tunggu aku." Suara panggilan telpon terputus. Lelaki tadi duduk di samping Caroline."Boleh aku temani?" Pria itu menatap Caroline.Caroline hanya mengangkat bahu ringan.Tak sampai 10 menit, Jason muncul dari arah pintu. Tatapannya langsung jatuh ke arah Caroline."Line? sudah lama menunggu?" Jason mendekat, tangannya lansung melingkari pundak Cariline, seolah mengklaim bahwa Caroline miliknya.Melihat itu, pria asing tadi langsung berdiri dan pergi tanpa kata - kata."Aku sudah bilang, kalau ingin ke sini panggil aku. Aku akan menemanimu.""Tak perlu, aku bisa sendiri.""Apa kamu berniat menggoda laki - laki lain?""Ah sudahlah malas bicara sama kamu." Caroline meneguk minumanya, tangannya menusuk - nusuk buritto tanpa berusaha memakannya.Jason duduk di kursi sebelah Caroline, dia diam menatap Caroline beberapa saat sampai Mark menwarkan minuman.

  • Godaan Nakal Brondong Manis   12

    "Kamu tidak pergi?" Caroline terburu menyambar handuk yang tersampir di lengan sofa. "Aku menunggumu bangun." Caroline berjalan kedapur, menuangkan sebungkus sup kedalam mangkok dan perlahan menyuapkan sesendok kuah sup. "Enak?" tanya Jason berjalan mendekat. "Lumayan, terima kasih." "Miss suka ke bar? sendirian?" "Sekedar mencari hiburan." "Kesepian? Lain kali panggil saja aku, kita pergi bersama." "Baik." Jawab Caroline singkat, membuat alis Jason terangkat heran. "Kok langsung setuju?" "Dari pada kamu banyak omong." Sepertinya nafsu makan Caroline membaik, semangkuk sup sudah habis dilahapnya. "Miss mau kembali tidur?" "Ya, mumpung libur. Kenapa? kamu mau temani aku tidur?" Jason melongo tak percaya. "Hahahahaha, aku hanya bercanda." Caroline terbahak, candaannya sukses membuat Jason tergagap. "Aku mau kok temani." "Sudah kamu pergi sana, aku mau lanjut tidur." Caroline kembali ketempat tidur, menarik selimut lalu mencoba untuk tertidur. Entah be

  • Godaan Nakal Brondong Manis   11

    Jason menatap Caroline, tatapannya seolah mengatakan. 'Mundur' tanpa membantah Caroline beringsut, melangkah mundur di belakang tubung Jason. Brian, lelaki kasar itu bertubuh jangkung. Namun masih lebih tinggi tubuh Jason. "Jangan ikut campur!" Bentak Brian. "Ikut campur? urusannya adalah urusanku." Jason menghindar saat Brian melayangkan pukulan. Tak lama datang 2 orang security, yang langsung menyeret Brian. "Kamu tidak apa - apa?" Jason berbalik menatap Caroline yang sudah mulai sempoyongan. Caroline menggeleng, lalu terhuyung hampir ambruk kalau saja Jason tidak menahan tubuhnya. "Aku akan mengantarmu pulang. Berikan kunci mobilmu!" tanpa berpikir Caroline merogoh saku lalu menyerahkan kunci mobil. "Mark, masukkan ke tagihanku ya." Jason memberi Mark kode. Seolah mengangkat boneka, Jason membopong tubuh Caroline menuju tempat parkir. "Gaes, aku antar Miss Caroline pulang dulu. Lanjutkan saja tanpa aku." Pamit Jason pada teman - temannya. Caroline duduk di kursi

  • Godaan Nakal Brondong Manis   10

    Caroline berselancar di sosmed, mencari tempat tongkrongan yang asyik buat di kunjungi. Setelah sekian menit akhirnya Caroline menemukan tempat yang pas dengan keinginannya. Tempatnya tidak terlalu jauh, kelihatan dari review para pengunjung, tempatnya mendapat 5 bintang. Suasana dan makanannya juga oke. Akhirnya Caroline memutuskan untuk mencoba mengunjungi tempat nongkrong yang lagi hits. Mematut diri di depan cermin full body, Caroline mencoba beberapa baju. Dari tshirt oblong dengan celana pendek, croptop dengan celana panjang, rokmini sampai gaun pendek. Dan Caroline memutuskan memakai tanktop hitam dengan jacket kulit merah maroon, bawahan jins hitam. Rambut coklat se bahunya di biarkan terurai alami. Mobil Caroline meluncur mulus di jalan beraspal, menembus bisingnya jalan Brodwy yang mulai padat. Lampu jalanan bergerak bagai bintang dilangit gelap. Musik lembut mengalun, menemani perjalanan singkat Caroline. Tak sampai 20 menit, mobil Caroline telah sampai di tempat parkir se

  • Godaan Nakal Brondong Manis   9. Cokelat 2

    Sesampai dirumah aku segera menyusun belanjaanku di dalam kulkas. Karena sudah lelah aku hanya memasak mie instan dan telur sebagai topingnya. Mungkin karena terlalu lapar, mie instan ini terasa sangat enak. Rumah terasa sepi, tiba - tiba aku menginginkan seorang anak. Tapi itu hanya ada di angan - angan ku saja, karena Edgar belum mau memiliki bayi. 'Masih belum stabil' itu alasannya saat aku membahas tentang hadirnya seorang bayi."Edgar aku kesepian." Ujarku, kala itu kami minum teh di sore hari."Kembalilah bekerja sayang, di kampus pasti ramai sekali." Jawab Edgar saat aku mengeluh kesepian saat Edgar sibuk bekerja dan sering berangkat keluar kota. Karena itu setelah 6 bulan pernikahan kami aku mulai kembali bekerja. Padahal aku berencana ingin langsung mempunyai banyak anak, mengingat aku anak tunggal yatim piatu. Aku ingin sekali punya rumah dengan banyak anggota keluarga.Jam sudah menunjukkan jam 11 malam, namun aku belum juga ngantuk. Bosan, aku pun menyalakan tv, tak ad

  • Godaan Nakal Brondong Manis   8. Pom Bensin

    Tidak sampai di situ, begitu jari - jariku bersih dari sisa - sisa coklat, Jason menatapku penuh minat. Dengan sekali sentakan wajahku ditarik mendekat, tanpa aba - aba lidahnya menjilati bibirku yang belepotan coklat. "Apa apaan kamu." Aku terkejut dan mendorong kasar wajahnya, kepalanya sampai membentur sandaran kursi. "Aow Miss, kasar sekali." Jason mengelus belakang kepalanya. "Kenapa kamu bisa didalam mobilku?" "Aku menunggu Miss pulang, sampai ketiduran. Saat terbangun aku melihat cemilan lezat." Jason menatap bibirku. Reflek aku segera menutupnya dengan telapak tangan. Suara klakson terdengar dari belakang, aku segera menginjak pelan pedal gas memajukan mobilku. "Kamu kan yang mengikat tali sepatu Pak Oscar?" "Tapi kenapa Miss membelaku?" Jason Balik bertanya. Aku hanya mengabaikannya, karena tak tau harus menjawab apa. "Aku membencinya, Miss tau?" Karena aku hanya diam, Jason lanjut berceloteh. "Anda tau Miss, aku tidak suka Oscar. dia mesum." "Hus, kamu jangan bic

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status