Share

6. Perpustakaan

last update Last Updated: 2025-06-27 13:58:17

Aku berangkat kekampus lebih pagi dari biasanya. Aku ingin merapikan meja kerjaku, dan membuat jadwal materi yang akan aku bahas di kelas nanti. Kampus masih cukup sepi, belum banyak anak - anak yang datang.

Aku membuang sampah dan memilah- milah buku milik perpustakaan yang ku pinjam. Sebagian akan aku kembalikan yang sudah selesai ku baca. Cukup banyak tumpukan buku yang harus kukembalikan.

Ruang perpustakaan jaraknya cukup jauh dari ruanganku, aku harus menyebrangi lapangan bola untuk sampai sana. Ruang perpustakaan terletak di sudut belakang bangunan. Tempatnya cukup sunyi, ruangan itu bukan tempat populer yang sering di kunjungi mahasiswa.

Pandanganku terhalang tumpukan buku yang ku pegang, belum banyak mahasiswa yang bisa ku mintai tolong jadi aku membawanya sendiri ke perpustakaan.

Berjalan sambil melamun aku nyaris ambruk saat kakiku tersandung batu taman yang besar, saat aku berfikir akan berakhir naas membentur tanah keras sebuah tangan menangkapku, menarik ku sebelum jatuh ke tanah.

Tangan itu memeluk perutku erat, sesekali mengelus pinggangku.

"Miss." Ucapnya tepat di telingaku, itu Jason. Aku tergesa melepaskan tangan jahilnya.

"Ya ya, terima kasiih Jason sudah menolongku." Ejek Jason saat aku hanya diam menatapnya dengan pandangan Jengkel.

"Ayolah Miss, aku sudah menyelamatkanmu dari penderitaan jika kamu menabrak tanah keras itu."

"Ya, terima kasih." Ucapku asal sambil memunguti buku yang berhamburan, tanpa di minta Jason membantuku dan membawa sebagian buku di perpustakaan.

Karena masih sangat pagi ruangan perpustakaan itu masih terkunci. Aku merogoh saku gaunku mengeluarkan anak kunci dan segera membuka pintu perpustakaan.

Jason diam mengikutiku menyusun semua buku kedalam rak, tanpa di minta Jason mengembalikan buku - buku di rak paling tinggi di luar jangkaukanku.

"Terima kasih sudah membantuku, lain kali aku akan mentraktirmu." Ucapku pada Jason. Jason menatapku penuh arti dan dengan pelan mendorongku di antara rak - rak sempit itu.

"Jason, jangan kurang ajar!" Ucapku ketika dia menggenggam kedua tangaanku dan mendorong tubuhnya menjauhiku.

Jason tidak memperdulikan ucapaku, kedua pergelangan tanganku di kuncinya ditekan di atas kepalaku yang sudah bersandar di tembok. Wajahnya mendekat, aku bisa merasakan hangatnya hembusan nafasnya. Aku memalingkan wajah, tak ingin menatap mata nakalnya.

"Miss, kenapa memblokir nomorku?" Ucapnya, hidungnya sudah menyentuh pipiku. Aku hanya diam tidak merespon.

"Miss, jawab kenapa memblokir nomorku?" Ulangnya kali ini bibirnya sudah mendarat di pipiku. Aku merinding dan mencoba melepaskan diri tapi cengkraman tangannya begitu kuat menekan pergelangan tanganku.

"Aku akan melepaskanmu, asal kamu berjanji membuka blokirnya." Aku hanya mengangguk, tapi sepertinya Jason tidak puas.

"Miss, katakan kamu akan membuka blokir nomorku!" Jason mulai mengendus leherku yang tertutup kerudung.

"Baik Jason, aku akan membuka blokirnya." Ucapku cepat berharap dia segera melepasku. Jason tertawa lirih.

"Baik sebelum aku melepaskanmu, biarkan aku mencium mu." sebelah tangannya yang bebas meraih daguku, jari jempolnya mengusap lembut bibirku, aku memejamkan mata menunggu.

Semenit kemudian, tangannya melepaskanku. Aku membuka mata langsung bertatapan dengan matanya.

"Apa? Miss berharap aku menciummu lagi?" tanyanya dengan seringai jahil. Aku segera pergi meninggalkannya, masih pagi aku dibuat senewen. Dasar anak nakal.

"Hay, Line. Sudah sehat?" Casandra menghampiriku begitu keluar dari mobilnya.

"hay San, sudah enakkan. Mungkin aku salah makan nih."

"Salah makan apa kamu lagi hamil nih?" Timpal Debora yang sudah duduk manis dimejanya ditemani secangkir kopi.

"Hmm, mungkin saja aku hamil." Jawabku sekenanya. Tapi membuat Casandra dan Debora saling pandang tak percaya.

"Hey aku hanya bercanda." Sambungku lagi.

"Serius kamu hamil Line?" Casandra bertanya dengan penasaran.

"Tidak, tidak aku hanya asal bicara. Haid ku masih lancar kok." Aku terbahak melihat mata penasaran Casandra. Sebagai teman yang satu - satunya sudah menikah aku selalu jadi sasaran pertanyaan mesum mereka.

"Hmm Line, emangnya kapan kamu terakhir berhubungan seks dengan suamimu?" Bisik Deborah nyaris tak kudengar.

"Hmm, Kemaren sebelum dia berangkat." Jawabku, membuat Deborah dan Casandra membelalak tak percaya. Semakin penasaran.

"Line, gimana rasanya?" Tanya Deborah lagi.

"Apakah awalnya sakit? sesakit apa?" Bisik Casandra, membuat tawaku pecah.

"Kalian penasaran?" Aku balik bertanya.

'klung' sebuah notifikasi memotong pembicaraan kami.

"Miss, ini aku Jason, ini nomor temanku. Cepat buka blokirnya, Jika tidak aku akan menerobos masuk ruanganmu dan menciummu di depan semua dosen." Ancamnya

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Godaan Nakal Brondong Manis   73

    Jason datang saat Caroline baru mulai duduk untuk creambath. Jason duduk di bangku tunggu dan memandangi Caroline. "Silahkan di minum kak." Seorang gadis menyodorkan air mineral pada Jason. "Terima kasih." "Sama - sama." Sekitar setengah jam kemudian, Caroline sudah selesai dengan rambut di tata rapi dan setiap dia melangkah, rambutnya berkibar dengan lembut dan tercium wangi buah. "Cantik." Puji Jason. "Pacar anda memang sangat cantik." Puji penata rambut. "Dia bukan...." "Terima kasih." Potong Jason sebelum Caroline menyelesaikan kalimatnya. "Ayo kita pulang." Jason meraih kunci mobil dari tangan Caroline dan menariknya keluar. "Kenapa kamu tidak mengatakan kalau aku bukan pacarmu?" "Buat apa? tidak ada ruginya juga." "Nanti ada orang yang mengenali kita gimana?" "Ya biar saja." "Serius ya Jas, kamu ini becanda terus." "Miss, aku tidak bercanda. Aku serius jatuh cinta padamu, cinta lawan jenis." "Sudahlah, aku tidak mau mendengarnya." Caroline memb

  • Godaan Nakal Brondong Manis   72

    Jari si rambut silver terasa geli di bibir Caroline, ingin rasanya menggigit jari nakal itu. Kini dada Caroline yang telanjang dan licin di lap dengan handuk, Si rambut silver mendekat lalu membenamkan wajahnya di antara payudara Caroline. Lidahnya mulai menjelajahi gunung kembar itu, sesekali ujung lidahnya memainkan puting payudara Caroline. Hisapan dan ciuman mendarat bertubi - tubi sepanjang dada. Gigitan ringan makin membuat hasrat Caroline memuncak. "Nona, aku akan menurunkan celana dalam anda." Tanpa menunggu persetujuan, celana dalam Caroline sudah terlepas jatuh di lantai. Kini Caroline merasa tubuhnya sangat terbuka, rentan, rapuh tak berdaya sekaliigus menggairahkan. "Wah indah sekali Vagina anda, aku akan memberikan sedikit perawatan agar lebih bersih." Tanpa bisa berbuat apa - apa. Pria berambut hijau itu mengambil peralatan dan kembali ke bagian bawah tubuh Caroline. Caroline merasakan Vaginanya di lumuri krim yang super halus, tak lama alat cukur terasa menggundul

  • Godaan Nakal Brondong Manis   71

    Caroline melepaskan tangan Jason yang melingkari perutnya. Namun tangan itu begitu kuat mendekap. "Jass, biarkan aku bangun." "10 menit lagi miss." Caroline diam di tempatnya, percuma memberontak Jason tak akan bergeming. Pelukan Jason makin erat, badannya menempel. Caroline bisa merasakan nafas hangat Jason di lehernya dan, dan sesuatu yang keras menekan bokongnya. Caroline tidak berani bergerak, takut membangkitkan sesuatu yang sudah bangun. "Miiiss." Bisik Jason tepat di telinga Caroline, suaranya serak. "Jas, ini sudah 10 menit. Kamu harus bangun dan berangkat kuliah." "Ooh tidak aku hanya ingin tidur memelukmu." Namun meskipun begitu Jason menarik tangannya, membiarkan Caroline bangun. "Jas, kamu bisa memakai kamar mandi dekat dapur. Aku akan mandi di kamar mandiku." "Bolehkah kita mandi bersama?" Bluug, sebuah bantal mendarat tepat dimuka Jason saat dia menguap. "Miss, aku langsung pulang ya. Jam 9 ada kelas." "Yaa." Jawab Caroline dari dalam kamar mandi.

  • Godaan Nakal Brondong Manis   70

    "Apa maksudnya?" Jason mengerutkan alisnya. "Begini, lelaki ini bernama Peter. Dia punya foto tak senonoh Cassandra untuk memerasnya. Jadi aku akan mengambil ponselnya. Rencana yang ku pikirkan begini, kita akan mengikutinya sampai tau jadwal kegiatannya." "Trus?" "Aku akan berpura - pura tertarik padanya lalu saat dia lengah aku ambil ponselnya." "Apa kah miss Caeoline tau itu berbahaya?" "Iya tau, mangkanya aku butuh kamu." "Aku harus apa?" tanya Jason pasrah. "Pantau aku dari jauh, jika ehm jika situasi memburuk tolong selamatkan aku." "Situasi memburuk itu seperti apa?" "Kamu pasti bisa melihat sendiri tanda - tandanya." "Aku ragu." "Jangan khawatir Jas, dosenmu ini mantan artis panggung di kampus. Aku jago akting." "Miss yakin?" "Baiklah." "Cass?" "Aku takut Line, dia lelaki yang berbahaya." "Kamu tenang saja, Jason sangat jago berkelahi. Aku akan baik - baik saja." "Aku akan mematahkan tangannya jika dia menyentuh miss Caroline." "Tidak Jas, j

  • Godaan Nakal Brondong Manis   69

    Kami memasuki kamar, dia membopongku yang sudah mulai lemas. Cassandra menghela nafas berat, jari - jarinya memilin sarung bantal. Tampak sekali hatinya sedang gundah. Duduknya tak tenang, bantal sofa jadi pelampiasan. "Sampai di kamar, tubuhku di baringkan dan dan.. hiks hiks." Cassandra mulai menangis, aku yang tegang memdengar cerita Cassandra tanpa sadar mencengkeram pinggiran kursi. Aku menenangkan Cassandra dengan menepuk - nepuk bahunya. "Tidak apa - apa, kalau tidak sanggup jangan di lanjutkan ceritanya." Aku memberinya tissue. "Aku baik - baik saja, jadi aku berbaring di ranjang hotel dan lelaki itu mulai membuka bajuku sampai aku telanjang dada dan mulai memfoto - foto ku." Mendengarnya, emosiku naik aku memukul - mukul lengan sofa dengan geram. "Saat aku mendengar suara jepretan aku segera sadar, dan mencoba bangkit dan berlari keluar kamar hotel dengan menutupi dadaku dengan bantal. Untungnya ada staf hotel yang menolongku." "Siapa nama laki - laki berengs

  • Godaan Nakal Brondong Manis   68

    "Kaaak." Aku memanggil pelayan. "Iya nona, mau pesan apa?" "Aku mau spageti Bolognes dengan udang, kentang goreng dan susu soda!" pesan Deborah. "Kamu Cess?" Tanyaku saat Cassandra masih membolak balik buku menu. "Lemon tea dan roti panggang coklat." "Baik, di tunggu ya pesanannya." "Eh line, gimana spa yang aku rekomendasikan?" "Oh ya itu, hmm bagus." Jawabku salah tingkah, aku mengambil jus jerukku dan menyeruputnya. "Aku punya lagi vouchernya, ini kadaluarsa dal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status