共有

4. Candu yang Mematikan

作者: Dezaa_Author
last update 最終更新日: 2025-11-09 23:33:01

Shenina baru saja sampai di apartemennya setelah seharian fitting baju dengan Leon. Perasaannya semakin puas meski sedikit terkejut. Tidak pernah ia sangka Leon akan sejauh itu terseret oleh permainannya.

“Beberapa langkah lagi, ibu… aku akan masuk ke keluarga Karlsson,” bisiknya sambil merengkuh foto sang ibu dan memejamkan mata.

Bayangan akan kehebohan besok pagi atas kejadian hari ini mulai memasuki kepala Shenina.

“Aku tidak sabar menunggu besok pagi.“

Ia hampir tertidur ketika suara pintu apartemen tertutup membuat dadanya tercekat. Sebelum sempat bangkit untuk memeriksanya, tiba-tiba tubuh berat yang terasa hangat dan wangi alkohol jatuh menindihnya.

Shenina terkejut, napasnya tertahan. “Tuan Leon…?” bisiknya serak.

Tak ada jawaban. Hanya hembusan napas yang berat, aroma anggur, dan dada bidang yang naik-turun tak teratur. Pria itu mabuk. Parah.

Shenina hendak mendorong, namun Leon justru menariknya naik, membalik posisi hingga ia berada di atas tubuh Leon. Gerakan refleks itu kuat, meski ia mabuk.

Shenina terpaku sejenak… lalu tersenyum kecil.

“Apa kau ingin melanjutkan permainan kita yang tertunda di kantor?”

Suara Shenina lembut dan menggoda.

Tangan Leon naik, menyusuri pahanya dengan tekanan yang terlalu lembut untuk pria yang biasanya dingin. Sentuhan itu membuat tubuh Shenina refleks menegang.

Namun kata-kata Leon berikutnya membuat senyumnya memudar.

“Shenina…” suara Leon serak, mata berubah sayu, “menurutmu… apa itu pernikahan?”

Pertanyaannya menusuk. Untuk sepersekian detik, Shenina membeku.

Pernikahan?

Dalam hatinya—pengkhianatan sejati dan alat balas dendam. Hanya itu.

Namun bibirnya melengkung perlahan, memakai topeng lagi.

“Kau benar-benar ingin bertanya hal yang terlalu umum, Tuan?”

Leon tidak menjawab. Tatapannya naik ke langit-langit, suaranya semakin lirih dan terdengar rapuh.

“Aku tidak mau gagal dalam pernikahan… itu sepertinya sangat menyakitkan.”

Shenina menegang. Ia menangkap luka di balik kalimat itu. Luka yang tidak pernah ia duga keluar dari laki-laki sombong yang dingin ini.

Sepercik rasa iba entah mengapa sempat hadir dalam jiwa kecil Shenina, tapi dia segera membunuh rasa itu. Dia memasang wajah sedikit licik, sambil tersenyum meremehkan.

“Tentu saja, Tuan. Pernikahan seharusnya satu kali seumur hidup tanpa adanya kegagalan. Dan ya, sebaiknya kau bertanya pada dirimu sendiri apakah kau benar-benar yakin akan menikah denganku.”

Dan dalam sekejap, Leon membalikkan tubuhnya. Shenina terhempas di kasur, kedua tangannya terkunci di atas kepala. Mata Leon berubah tajam dan berbahaya.

“Apa kau meremehkanku?”

Suaranya berat, rendah. Nafas panasnya menyapu wajah Shenina.

“Kau pikir aku pria yang tidak bisa mempertahankan pernikahan?”

Shenina balas menatap, lalu tangannya mengusap perlahan bibir Leon, turun ke dadanya dan berakhir bermain di perutnya—sentuhan yang cukup untuk membuat darah pria itu semakin panas dan tak terkendali.

“Aku percaya padamu, Tuan Leon… Itu sebabnya aku memilihmu.”

Perkataan itu seperti menyulut api. Leon menariknya lebih dekat. Tubuh mereka bertaut. Leon berhasil melepas semuanya. Ia hilang kendali atas atas hasrat pada asistennya beberapa hari ini.

Sementara Shenina terus mengimbangi permainannya sambil berkomentar, “kau liar sekali, tuan Leon...”

Saat permainan mereka memanas, Leon berbisik rendah di telinganya, suaranya patah dan jujur.

“Ini… semua karenamu. Aku benci rasanya. Kau membuatku gila, Shenina… Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuhmu.”

Shenina terkekeh kecil dan puas.

Akhirnya, pria yang paling angkuh itu mengakui rasa kecanduannya.

***

Seperti dugaan Shenina, pagi di Karlsson Corporation berubah menjadi arena gosip murahan penuh bisik-bisik. Semua orang membicarakan hal yang sama—fitting baju pernikahan dengan Leon. Gosip itu beredar lebih cepat dari email internal perusahaan.

Dan pagi ini, semua mata otomatis tertuju pada Shenina.

Bukan hanya skandalnya, tetapi karena ia masuk kantor berdampingan dengan Leon. Tidak ada jarak diantara mereka. Tidak ada juga pembelaan dan penyangkalan.

Senyum shenina tetap sopan, ramah, seperti tidak ada badai apa pun.

Sementara Leon… dingin seperti biasa, seolah seluruh kantor hanyalah dekorasi yang menghalangi jalannya.

Bisik-bisik makin kencang ketika mereka melewati koridor. Namun tidak ada satu pun yang berani bertanya.

Sampai akhirnya mereka memasuki ruangan CEO—

Dan jantung Shenina seakan berhenti.

Di dalam ruangan, duduk Maria Karlsson dengan wajah dingin… dan di sampingnya, Thomas Bronze, ayah kandung Shenina.

Ayah yang menganggapnya mati.

Ayah yang memilih wanita itu—Maria—ketimbang anak dan istrinya.

Tubuh Shenina refleks menegang. Napasnya sesaat tidak beraturan. Bukan karena Maria. Ia sudah kebal akan itu.

Namun trauma masa kecil, rasa ditinggalkan, pengkhianatan… semuanya bangkit bersamaan.

Namun senyum Shenina tetap stabil.

Ia menunduk pelan dan sopan.

“Selamat pagi, Nyonya Karlsson. Tuan Bronze.”

Thomas menatapnya terlalu lama. Ia seperti melihat bayangan seseorang. Pria setengah abad itu merasakan sesuatu yang tak mampu ia jelaskan.

Maria segera menyiku lengan suaminya dengan kasar, membuat Thomas langsung memalingkan wajah.

“Sepagi ini di kantorku?” Leon membuka suara, datar. “Kalian tidak punya pekerjaan lain?”

Nada bosan itu membuat Maria langsung bangkit.

Tidak dijawabnya pertanyaan itu, justru ia melancarkan serangan.

“Kau tidak pulang semalaman,” sentaknya. “Coba gaun pernikahan. Masuk bersama asistenmu seperti pasangan sah! Leon—apa yang terjadi di kepalamu?!”

Leon sama sekali tidak goyah.

“Kami memang akan menjadi suami istri,” jawabnya dingin dan sederhana.

Maria dan Thomas sontak terpaku.

Maria bangkit dari sofa, wajahnya memerah, mendekat hendak menekan Shenina. Namun dalam satu gerakan cepat dan defensif, Leon menarik pinggang Shenina, memeluknya, dan menahan ibunya.

Sentuhan protektif itu membuat seluruh ruangan membeku.

“Leon!” Maria nyaris menjerit. “Kau tidak pantas dengan seorang asisten! Apa kata dunia? Kau tunangan Daria, dan—“

Leon memotong ucapan itu tanpa emosi.

“Dulu kau juga seorang asisten Thomas.”

Tatapannya menusuk.

“Dan lihat? Kalian menikah juga. Apa bedanya dengan kami?”

Deg.

Maria membeku. Tatapannya kosong merasa terhina.

Sementara Shenina menunduk sedikit, menutupi senyum puas yang hampir lolos.

Belum sempat Maria meledak kembali, Thomas tiba-tiba memegangi dadanya.

“Maria… hentikan dulu,” katanya terengah.

Maria berbalik panik, mengambil obat dan membantu suaminya. Sikapnya langsung berubah—yang menunjukkan bahwa satu-satunya orang yang ia pedulikan hanyalah Thomas.

Dan Shenina melihat itu. Dadanya bergetar oleh emosi gelap yang sudah ia pupuk bertahun-tahun.

Leon mendekatinya sedikit, membisik hampir tak terdengar,

“Tetap di sampingku.”

Shenina hanya mengangguk, menatap Maria dan Thomas dengan ketenangan yang menusuk.

Dalam hati, Shenina tersenyum dingin. Leon memihaknya.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Godaan Panas Sang Asisten CEO   5. Senyum Sang Penggoda

    Udara di ruang HRD mendadak terasa menekan. Leon menatap Shenina tajam. Dia mempunyai mata berwarna abu-abu kelam dengan wajah yang keras, rahang tegas dan bibir tipis yang nyaris tidak bergerak saat dia berkata."Kudengar kau bisa menjual apa pun untuk bekerja di sini," ucap Leon datar. "Termasuk tubuhmu?"Shenina menatap balik tanpa gentar."Tuan Karlsson, Anda salah dengar," katanya tenang. "Saya tidak menjual tubuh saya. Saya hanya tahu betul… nilai saya."Leon menatap Shenina beberapa detik tanpa berkedip, lalu satu sudut bibirnya terangkat yang tidak bisa ditebak apakah itu ejekan atau kekaguman. Dia menyuruh Shenina untuk mengikuti langkahnya lebih ke dalam. "Berdiri di sana." perintah Leon datar. Jemarinya yang panjang menunjuk dinding di sisi kanan ruangan.Shenina menuruti tanpa banyak bicara. Langkah hak sepatunya terdengar nyaring saat ia berdiri merapat ke tembok dengan punggung yang tegak. Wajahnya masih tenang, tidak terpengaruh dengan tekanan apa pun.Viktor yang ikut

  • Godaan Panas Sang Asisten CEO   4. Candu yang Mematikan

    Shenina baru saja sampai di apartemennya setelah seharian fitting baju dengan Leon. Perasaannya semakin puas meski sedikit terkejut. Tidak pernah ia sangka Leon akan sejauh itu terseret oleh permainannya.“Beberapa langkah lagi, ibu… aku akan masuk ke keluarga Karlsson,” bisiknya sambil merengkuh foto sang ibu dan memejamkan mata.Bayangan akan kehebohan besok pagi atas kejadian hari ini mulai memasuki kepala Shenina. “Aku tidak sabar menunggu besok pagi.“Ia hampir tertidur ketika suara pintu apartemen tertutup membuat dadanya tercekat. Sebelum sempat bangkit untuk memeriksanya, tiba-tiba tubuh berat yang terasa hangat dan wangi alkohol jatuh menindihnya.Shenina terkejut, napasnya tertahan. “Tuan Leon…?” bisiknya serak.Tak ada jawaban. Hanya hembusan napas yang berat, aroma anggur, dan dada bidang yang naik-turun tak teratur. Pria itu mabuk. Parah.Shenina hendak mendorong, namun Leon justru menariknya naik, membalik posisi hingga ia berada di atas tubuh Leon. Gerakan refleks itu

  • Godaan Panas Sang Asisten CEO   3. Pria Itu Semakin Terjebak

    Shenina menyadari perubahan Leon hanya beberapa hari setelah ia menyenggol hubungan mereka ke arah yang lebih serius.Pria itu menjadi semakin pendiam. Lebih sibuk bekerja dan menjauh.Seolah-olah permintaan halus Shenina tentang komitmen membuatnya mundur selangkah.Namun Shenina bukan tipe yang kehilangan arah. Jika Leon ingin menjauh, ia akan membuat pria itu justru terjebak lebih dalam.Dan hari ini, ia memilih rapat besar sebagai panggungnya.Karlsson Corporation dipenuhi ketegangan seperti biasa—para investor besar, proyek bernilai ratusan juta, dan sorot mata kritis dari berbagai penjuru meja.Tapi Shenina justru tampil paling tenang di ruangan itu.Strategi berbicaranya rapi. Caranya menjelaskan proposal membuat para investor muda dan beberapa yang jauh lebih tua menatapnya tanpa kedip.Ia bisa merasakan mata Leon pada dirinya sejak awal.Tajam. Diam. Mengawasi.Dan setiap kali salah satu investor pria terlalu lama menatap Shenina, rahang Leon semakin mengeras.Shenina tidak b

  • Godaan Panas Sang Asisten CEO   2. Sang Penggoda

    “Kau memang yang terbaik, Nona Arlett.”Senyum tipis terangkat di sudut bibir seorang pria—senyum kecil yang jarang muncul, tapi jelas memancarkan kepuasan. Leon Karlsson berdiri di tengah ruang CEO, menatap asisten pribadinya yang masih duduk anggun di sofa ruang kerjanya.Karlsson Corporation baru saja menyelesaikan meeting besar. Beberapa staf mati-matian membujuk klien, namun tetap terlihat buntu… hingga asisten pribadi Leon berdiri. Dengan kecerdasan dan ketenangannya, ia menutup celah yang gagal diisi tim Leon, meyakinkan para klien satu per satu, sampai mereka akhirnya menandatangani kerja sama bernilai fantastis.“Katakan, hadiah apa yang kau inginkan?” Leon mencondongkan tubuh, duduk di armrest sofa. Jemarinya menarik dagu asistennya dengan ringan namun penuh dominasi.“Terima kasih, Tuan. Ini semua berkat pengalaman dari Tuan Leon.”Wanita itu menunduk malu, lalu perlahan mengangkat wajah, memberikan tatapan sayu yang ia tahu selalu melemahkan pria itu. “Kalau boleh… apa ma

  • Godaan Panas Sang Asisten CEO   1. Dosa Pertama Keluarga Bronze

    “Sayang… cepatlah. Aku sudah tidak tahan.”Napas panas Thomas Bronze, pengusaha berusia 40 dengan sisa wibawa di wajahnya, mengalir di telinga Maria Karlsson, asistennya. Tangan besar pria itu menarik pinggang wanita tersebut dan mencium bibirnya dengan rakus.Maria terkekeh kecil saat blouse kerjanya ditarik kasar hingga kancingnya beterbangan.“Sabarlah, Thomas. Apa kau yakin aman melakukannya di sini?” godanya, tatapannya licik.Thomas menghirup napas pendek, tak peduli. “Ini rumahku. Tidak ada yang berani menyentuhku. Di mana pun kita bercinta, tak masalah.”Blouse Maria jatuh ke lantai. Thomas membenamkan wajahnya ke dada wanita itu.Maria melirik foto pernikahan Thomas dan Briana yang tergantung di dinding kamar, senyum tipis menghiasi bibirnya. “Bagaimana kalau istrimu tahu? Ini kamar kalian, bukan?”Thomas tak menjawab, terlalu tenggelam dalam nafsu.Di balik pintu kamar yang tidak tertutup rapat, sepasang mata kecil menyaksikan semuanya.Shenina, putri 10 tahun Thomas dan Bri

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status