ホーム / Romansa / Godaan Panas Sang Asisten CEO / 3. Pria Itu Semakin Terjebak

共有

3. Pria Itu Semakin Terjebak

作者: Dezaa_Author
last update 最終更新日: 2025-11-08 14:25:05

Shenina menyadari perubahan Leon hanya beberapa hari setelah ia menyenggol hubungan mereka ke arah yang lebih serius.

Pria itu menjadi semakin pendiam. Lebih sibuk bekerja dan menjauh.

Seolah-olah permintaan halus Shenina tentang komitmen membuatnya mundur selangkah.

Namun Shenina bukan tipe yang kehilangan arah. Jika Leon ingin menjauh, ia akan membuat pria itu justru terjebak lebih dalam.

Dan hari ini, ia memilih rapat besar sebagai panggungnya.

Karlsson Corporation dipenuhi ketegangan seperti biasa—para investor besar, proyek bernilai ratusan juta, dan sorot mata kritis dari berbagai penjuru meja.

Tapi Shenina justru tampil paling tenang di ruangan itu.

Strategi berbicaranya rapi. Caranya menjelaskan proposal membuat para investor muda dan beberapa yang jauh lebih tua menatapnya tanpa kedip.

Ia bisa merasakan mata Leon pada dirinya sejak awal.

Tajam. Diam. Mengawasi.

Dan setiap kali salah satu investor pria terlalu lama menatap Shenina, rahang Leon semakin mengeras.

Shenina tidak buta. Leon cemburu, dan itu membuat Shenina tersenyum kecil dalam hati.

Setelah rapat usai dan para investor mulai bertegur sapa, seorang pria melangkah mendekat ke arahnya—Alexander White.

Pria matang, tampan, kaya, dan terkenal sedang mencari istri.

Shenina sempat melirik Leon.

Dan ia melihat tepat pada detik emosi itu meledak di mata pria tersebut.

Alex berdiri di hadapannya dengan senyum sopan.

“Presentasi yang luar biasa, Nona Arlett. Karlsson Corporation beruntung memiliki seseorang secerdas Anda.”

Shenina tersenyum lembut. “Terima kasih, Tuan Alex. Anda juga sangat mengesankan dalam diskusi tadi.”

Dan sebelum Leon sempat menghentikannya, Alex langsung berkata,

“Jika Anda belum ada rencana… apakah Anda bersedia makan siang bersama saya hari ini?”

Shenina tidak langsung menjawab. Ia menunduk sedikit dengan gestur sopan yang membuat Alex semakin tertarik, lalu bersiap membuka mulut.

Tapi tiba-tiba—

Cekrek!

Lengannya ditarik cukup kasar dari samping.

Shenina terhuyung sedikit, namun langsung menegakkan tubuhnya ketika mendapati siapa yang memegangnya.

Leon.

Wajahnya sedingin salju, mata hitamnya menatap Alex seperti pria itu baru saja melecehkan wilayah terlarang.

“Saya membutuhkan asisten saya. Sekarang.” Suara Leon rendah dan berbahaya.

Dia bahkan tidak menunggu jawaban Alex.

Tangan kuat itu menuntun, lebih tepatnya menyeret halus Shenina keluar ruangan.

Beberapa langkah di koridor, Leon melepas jasnya dan mengalungkannya ke bahu Shenina secara paksa.

Aura posesif itu begitu pekat hingga udara di lift terasa menegang.

Namun Shenina hanya mengedip lambat, menikmati semua ini.

“Kenapa kau memakaikan jas padaku, Tuan?” tanyanya dengan nada polos, seolah tidak tahu apa-apa.

Leon berhenti berjalan. Hanya setengah detik, tapi cukup untuk mengungkapkan terganggunya ia.

Tatapannya naik meneliti dada Shenina yang sebenarnya tertutup rapi. Tapi pikiran Leon sudah gelap oleh kecemburuan.

“Lain kali…” suaranya rendah, tertekan emosi, “…pakailah pakaian yang lebih sopan.”

Shenina hampir tertawa.

Hari ini ia memakai blouse formal dengan potongan standar kantor. Tidak ada yang salah. Tidak ada yang vulgar.

Namun Leon memandangnya seolah seluruh dunia pria ingin melucuti Shenina dengan mata mereka.

“Baik, Tuan. Saya mengerti,” jawabnya lembut.

Leon menghela napas berat, menahan emosi yang bergolak.

Yang Shenina lihat bukan hanya cemburu.

Ada rasa takut tersembunyi pada pria itu. Takut kehilangan, takut direbut, takut Shenina dimiliki pria lain.

Dan itulah tepatnya yang Shenina inginkan.

***

Mobil Leon melaju mulus di jalanan. Tidak ada musik dan percakapan, hanya hening yang terasa lebih berat daripada suasana rapat tadi. Tangan Leon menggenggam setir seperti sedang menahan sesuatu, dan tatapan matanya lurus ke depan, dingin... gelisah.

Shenina melirik pria itu sambil bersandar dengan tenang.

“Diam, tapi pikirannya pasti gaduh,” batinnya, tersenyum kecil tanpa suara.

Mobil berhenti di depan sebuah butik terkenal di pusat kota.

Shenina mengerutkan alis. “Butik?” gumamnya pelan, tidak yakin apa yang direncanakan Leon.

Leon tidak menjawab. Dia hanya turun, membuka pintu Shenina, dan berjalan tanpa menunggu.

Mereka disambut oleh wanita paruh baya yang elegan—Margaret, manajer butik yang langsung bersinar ketika melihat Leon.

“Akhirnya Anda datang juga, Tuan. Nyonya Maria pasti akan senang jika tahu Anda datang bersama—”

Margaret terdiam mendadak ketika melihat Shenina. Tepatnya, melihat bahwa wanita yang bersama Leon bukan wanita yang seharusnya.

Tatapannya mengeras sedetik. Tapi Shenina, dengan senyum manis tanpa cela, mengulurkan tangan.

“Halo, Arlett Shenina. Asisten pribadi Tuan Leon.”

Dan seperti sulap, ekspresi Margaret berubah menjadi lebih lega dan terkendali. “Tentu saja. Asisten,” pikirnya.

“Saya kira Anda datang bersama Nona Daria—”

“Tunjukkan di mana tempatnya,” potong Leon datar, matanya tidak menoleh sedikit pun.

Margaret mengangguk cepat, menelan kata-katanya, dan mempersilakan mereka masuk ke ruang privat. Di sana, jajaran gaun pernikahan putih berkilauan terpampang seperti bintang.

Margaret mengambil sebuah gaun paling mewah. Itu desain khusus, jelas sangat mahal.

“Ini adalah desain terbaik kami, dibuat khusus untuk Nona Daria untuk pernikahan Anda, Tuan Leon.”

Suasana menjadi hening. Terlihat Margaret tersenyum lega. Sementara Shenina terdiam, menahan napas. Dan Leon hanya menatap… Shenina.

“Shenina,” ucapnya perlahan, “cobalah.”

Margaret seketika tersentak.

“Maaf—maaf, Tuan. Tapi gaun ini khusus untuk Nona Daria. Saya tidak bisa—”

Leon menatapnya dengan datar dan tajam. “Kau hanya bekerja di sini, Margaret. Aku pelanggan. Bawakan juga jas pengantin pria.”

Margaret kehilangan kata-kata. Bibirnya terbuka, tapi tidak ada suara. Ia hanya mengangguk kaku dan pergi.

Shenina menatap Leon dengan campuran keterkejutan dan… kemenangan.

Ia tidak menyangka pria itu akan melakukan sejauh ini. Awalnya ia hanya ingin membuat Leon cemburu, ingin membuat hati pria itu gelisah, tapi—sekarang?

Ini jauh lebih dari yang ia rencanakan.

Shenina mendekat satu langkah, tatapannya polos namun penuh arti.

“Baik, Tuan,” katanya lembut, senyum tipis naik di sudut bibirnya. “Aku akan mencobanya.”

Tapi di dalam hati, Shenina tertawa licik.

“Sempurna. Rencanaku naik 10% seketika.“

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Godaan Panas Sang Asisten CEO   5. Senyum Sang Penggoda

    Udara di ruang HRD mendadak terasa menekan. Leon menatap Shenina tajam. Dia mempunyai mata berwarna abu-abu kelam dengan wajah yang keras, rahang tegas dan bibir tipis yang nyaris tidak bergerak saat dia berkata."Kudengar kau bisa menjual apa pun untuk bekerja di sini," ucap Leon datar. "Termasuk tubuhmu?"Shenina menatap balik tanpa gentar."Tuan Karlsson, Anda salah dengar," katanya tenang. "Saya tidak menjual tubuh saya. Saya hanya tahu betul… nilai saya."Leon menatap Shenina beberapa detik tanpa berkedip, lalu satu sudut bibirnya terangkat yang tidak bisa ditebak apakah itu ejekan atau kekaguman. Dia menyuruh Shenina untuk mengikuti langkahnya lebih ke dalam. "Berdiri di sana." perintah Leon datar. Jemarinya yang panjang menunjuk dinding di sisi kanan ruangan.Shenina menuruti tanpa banyak bicara. Langkah hak sepatunya terdengar nyaring saat ia berdiri merapat ke tembok dengan punggung yang tegak. Wajahnya masih tenang, tidak terpengaruh dengan tekanan apa pun.Viktor yang ikut

  • Godaan Panas Sang Asisten CEO   4. Candu yang Mematikan

    Shenina baru saja sampai di apartemennya setelah seharian fitting baju dengan Leon. Perasaannya semakin puas meski sedikit terkejut. Tidak pernah ia sangka Leon akan sejauh itu terseret oleh permainannya.“Beberapa langkah lagi, ibu… aku akan masuk ke keluarga Karlsson,” bisiknya sambil merengkuh foto sang ibu dan memejamkan mata.Bayangan akan kehebohan besok pagi atas kejadian hari ini mulai memasuki kepala Shenina. “Aku tidak sabar menunggu besok pagi.“Ia hampir tertidur ketika suara pintu apartemen tertutup membuat dadanya tercekat. Sebelum sempat bangkit untuk memeriksanya, tiba-tiba tubuh berat yang terasa hangat dan wangi alkohol jatuh menindihnya.Shenina terkejut, napasnya tertahan. “Tuan Leon…?” bisiknya serak.Tak ada jawaban. Hanya hembusan napas yang berat, aroma anggur, dan dada bidang yang naik-turun tak teratur. Pria itu mabuk. Parah.Shenina hendak mendorong, namun Leon justru menariknya naik, membalik posisi hingga ia berada di atas tubuh Leon. Gerakan refleks itu

  • Godaan Panas Sang Asisten CEO   3. Pria Itu Semakin Terjebak

    Shenina menyadari perubahan Leon hanya beberapa hari setelah ia menyenggol hubungan mereka ke arah yang lebih serius.Pria itu menjadi semakin pendiam. Lebih sibuk bekerja dan menjauh.Seolah-olah permintaan halus Shenina tentang komitmen membuatnya mundur selangkah.Namun Shenina bukan tipe yang kehilangan arah. Jika Leon ingin menjauh, ia akan membuat pria itu justru terjebak lebih dalam.Dan hari ini, ia memilih rapat besar sebagai panggungnya.Karlsson Corporation dipenuhi ketegangan seperti biasa—para investor besar, proyek bernilai ratusan juta, dan sorot mata kritis dari berbagai penjuru meja.Tapi Shenina justru tampil paling tenang di ruangan itu.Strategi berbicaranya rapi. Caranya menjelaskan proposal membuat para investor muda dan beberapa yang jauh lebih tua menatapnya tanpa kedip.Ia bisa merasakan mata Leon pada dirinya sejak awal.Tajam. Diam. Mengawasi.Dan setiap kali salah satu investor pria terlalu lama menatap Shenina, rahang Leon semakin mengeras.Shenina tidak b

  • Godaan Panas Sang Asisten CEO   2. Sang Penggoda

    “Kau memang yang terbaik, Nona Arlett.”Senyum tipis terangkat di sudut bibir seorang pria—senyum kecil yang jarang muncul, tapi jelas memancarkan kepuasan. Leon Karlsson berdiri di tengah ruang CEO, menatap asisten pribadinya yang masih duduk anggun di sofa ruang kerjanya.Karlsson Corporation baru saja menyelesaikan meeting besar. Beberapa staf mati-matian membujuk klien, namun tetap terlihat buntu… hingga asisten pribadi Leon berdiri. Dengan kecerdasan dan ketenangannya, ia menutup celah yang gagal diisi tim Leon, meyakinkan para klien satu per satu, sampai mereka akhirnya menandatangani kerja sama bernilai fantastis.“Katakan, hadiah apa yang kau inginkan?” Leon mencondongkan tubuh, duduk di armrest sofa. Jemarinya menarik dagu asistennya dengan ringan namun penuh dominasi.“Terima kasih, Tuan. Ini semua berkat pengalaman dari Tuan Leon.”Wanita itu menunduk malu, lalu perlahan mengangkat wajah, memberikan tatapan sayu yang ia tahu selalu melemahkan pria itu. “Kalau boleh… apa ma

  • Godaan Panas Sang Asisten CEO   1. Dosa Pertama Keluarga Bronze

    “Sayang… cepatlah. Aku sudah tidak tahan.”Napas panas Thomas Bronze, pengusaha berusia 40 dengan sisa wibawa di wajahnya, mengalir di telinga Maria Karlsson, asistennya. Tangan besar pria itu menarik pinggang wanita tersebut dan mencium bibirnya dengan rakus.Maria terkekeh kecil saat blouse kerjanya ditarik kasar hingga kancingnya beterbangan.“Sabarlah, Thomas. Apa kau yakin aman melakukannya di sini?” godanya, tatapannya licik.Thomas menghirup napas pendek, tak peduli. “Ini rumahku. Tidak ada yang berani menyentuhku. Di mana pun kita bercinta, tak masalah.”Blouse Maria jatuh ke lantai. Thomas membenamkan wajahnya ke dada wanita itu.Maria melirik foto pernikahan Thomas dan Briana yang tergantung di dinding kamar, senyum tipis menghiasi bibirnya. “Bagaimana kalau istrimu tahu? Ini kamar kalian, bukan?”Thomas tak menjawab, terlalu tenggelam dalam nafsu.Di balik pintu kamar yang tidak tertutup rapat, sepasang mata kecil menyaksikan semuanya.Shenina, putri 10 tahun Thomas dan Bri

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status