Share

Part 2—Queen Flo~

"Bagaimana, kau suka, Nich?" tanya Daniel, pada teman lamanya yang duduk dalam diam sembari menikmati segelas whiskey di genggaman.

"Lumayan."

Teman Daniel bernama Nich menjawabnya santai, sembari menikmati pertunjukan penari striptis yang tengah menggesekkan punggungnya pada tiang dengan gerakan sensual. Sebenarnya tontonan seperti ini bukanlah hal baru baginya. Nich pun bertanya sambil menyesap minumannya lagi, "Siapa namanya?"

"Sam. Lebih tepatnya Samantha Grace," jawab Daniel, mengisi gelas Nich yang sudah kosong dengan Whiskey lagi. "... Cantik dan seksi. Dia penari nomer dua yang paling diminati di sini," lanjut Daniel.

Nich langsung mengalihkan pandangannya pada Daniel. "Itu berarti ada yang lebih panas dari Samantha?" tanyanya dengan alis menukik sangat tinggi.

Daniel mengangguk. "Tentu. Ada Sam yang cantik, dan ada Queen Flo yang panas." Daniel begitu bangga menyebut nama julukan Gwen. Telunjuknya mengacung ke depan, tepatnya ke atas panggung.

Nich mengernyitkan kening, memutar kepala mengikuti arah telunjuk Daniel. Satu orang penari lagi keluar dari balik tirai. Dengan lihai menyeimbangi gerakan Sam, yang meliuk di tiang.

Benar kata Daniel, perempuan yang hampir telanjang itu terlihat lebih cantik, dan menggoda. Setiap lekukan tubuhnya begitu pas dan sangat... Menggairahkan! Nich sampai menelan ludah setiap gerakan yang dilakukan oleh Quuen Flo pada tiang di depannya.

Dua pria di samping Daniel pun langsung bertepuk tangan sambil melempar siulan—teman dan asisten Nich. Menonton aksi para penari yang tak hanya menampilkan gerakan erotis, melainkan gerakan yang sangat indah. Ditunjang dengan postur tubuh yang teramat sempurna, kedua penari itu begitu lihai memainkan peranan.

Hanya Nich yang nampak membeku di tempatnya. Maniknya sekejap melebar, sekejap menyipit. Di bawah minim penerangan seperti ini, Nich tidak bisa melihat dengan jelas wajah penari yang baru saja naik ke atas panggung.

"Kenapa aku seperti tidak asing dengan wajah perempuan itu?" gumam Nich pada diri sendiri, sambil terus berusaha mengingat-ingat wajah penari di hadapannya.

"Kenapa, Nich? Kau sepertinya tertarik dengan Flo?" tanya Daniel, yang sedari tadi mengamati gerak-gerik Nich, yang dia pikir tertarik oleh Gwen.

Nich tersenyum. "Dia yang tadi kau sebut Queen Flo?" Alih-alih menjawab, Nich malah bertanya.

"Yaa. Dia Flo. Penari terfavorit di bar ini. Ada apa? Apa kau sedang berpikir ingin menghabiskan malam dengannya? Jangan harap, Nich! Karena Flo tidak menerima pekerjaan di luar jam kerja." Daniel tertawa meremehkan Nich. "Kalau kau mau, kau bisa memakai jasa Sam," usulnya.

Nich lantas menenggak minumannya, kesal.

Dia tidak habis pikir, kenapa Daniel bisa berpikir demikian. Apa dia terlihat seperti pria hidung belang, yang sering menghabiskan malam bersama para wanita penghibur, pikir Nich.

Tak ingin berdebat, Nich kemudian mengalihkan pandangannya lagi ke atas panggung. Namun, ternyata dua penari seksi itu sudah turun dan melangkah menghampiri. Musik pengiring pun berganti dengan ritme yang lebih cepat. Lagu yang dibawakan oleh penyanyi terkenal Ciara, yang berjudul—Dance Like We're Making Love menjadi musik kedua.

Sam dan Gwen berjalan sensual sambil melepas sepatu yang mereka pakai, meletakkannya asal, kemudian melepas penutup dada mereka, hingga menampakkan begitu nyata dua gundukan indah dan menggemaskan itu.

Para pria yang menyaksikan seketika menelan ludah, jakun mereka naik turun dengan mata tak berkedip sedikit pun. Termasuk seorang Nich, yang sejak awal cukup menikmati tontonan tersebut.

Sam dan Gwen lalu melempar senyum menggoda, meliukkan tubuh mereka dengan gerakan luwes. Mengerling nakal, seraya menyentuh dan meraba kedua pria di hadapan.

Musik terus mengalun memenuhi ruangan yang semakin terasa panas itu. Sayangnya, para penonton tidak diizinkan membalas sentuhan para penari karena itu sudah menjadi aturan mainnya. Meskipun dari mereka mulai horny dan gatal ingin menyentuh dua aset yang menggantung indah tersebut, yang ikut bergerak ke sana kemari, mengikuti gerakan tubuh.

Sam mendekati Nich, pria yang sejak tadi mencuri perhatian, sedangkan Gwen mendekati asisten Nich. Daniel menyeringai, menatap Gwen yang selalu menakjubkan.

Sudah lama Daniel mengincar Gwen, yang tak lain pekerjanya sendiri. Namun, Gwen selalu menolaknya.

"Hai, tampan ...." Sam mencium bibir Nich tanpa permisi, lalu berputar dan menggesekkan dadanya pada punggung Nich yang berbalut kemeja putih.

Kedua lengan Sam melingkar di leher Nich, kemudian satu telapak tangannya meraba sisi wajah Nich yang tak terpengaruh sedikit pun. "Siapa namamu, Tampan?" bisik Sam di telinga Nich, mengecup singkat rahang sang lelaki.

Nich tidak menjawab pertanyaan Samantha, karena fokusnya sedang berpusat pada seseorang yang ada di sampingnya.

'Gwen? A-apa dia benar-benar Gwen?'

Nich sampai harus turun dari stolbar saking penasarannya, hingga Sam dengan terpaksa melepas lilitan lengannya di leher Nich. Daniel dan Sam saling menatap sekilas, seolah mereka kebingungan dengan sikap yang ditunjukkan Nich.

"Nich." Daniel ikut turun dari stolbar, mencoba mengingatkan temannya itu agar tidak melanggar aturan main. Dia menghampiri Nich yang mendekati Gwen.

Gwen belum sadar jika saat ini Nich tengah menatapnya dengan nyalang, karena Gwen sibuk meliukkan tubuhnya di depan asisten Nich.

'Dia memang Gwen. Aku tidak mungkin salah mengenalinya.' Batin Nich, yang dugaannya semakin menguat saja, setelah melihat dari dekat.

Sosok gadis cantik di masa lalunya, kenapa bisa menjadi seorang penari telanjang?

Nich yang sudah tidak bisa menahan diri pun akhirnya nekad menyentuh lengan telanjang Gwen, sampai perempuan itu menghentikan tariannya.

Tersentak, Gwen pun sontak menatap lengannya yang disentuh oleh Nich. "Hei, Ka—" seolah semburan amarah yang siap terlontar tertelan kembali.

Manik biru Gwen bersitatap dengan manik kelam Nich. Untuk beberapa saat keduanya membeku.

'Dia ...?'

Tenggorokan Gwen tiba-tiba terasa sangat kering, ketika sosok yang ada di hadapannya ini sangat familiar. Tak sadar bibirnya pun menyebut nama itu.

"Nicholas?"

'Jadi benar? Dia adalah Gwen. Buktinya dia mengenaliku.' Batin Nicholas.

"Gwen?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
ahmad shaifu
Kenangan lama mengimbau emosi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status