Share

Goodbye School
Goodbye School
Penulis: Eyn Wija

Bab 1

“Aku nggak tahan lagi! Berkali-kali diputus oleh laki-laki cuma gara-gara tampak lugu. Malam ini akan kubuktikan kalau aku bisa jadi gadis dewasa!” geram Ayra sambil melepaskan kancing baju sekolahnya satu-persatu. Satu tangannya lagi sibuk membuka pintu lemari pakaian. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh isi lemari tersebut guna mencari baju yang cocok dikenakan untuk pergi ke klub malam.

Baru saja keluar dari gedung sekolah pada sore hari karena harus mengerjakan beberapa tugas yang menumpuk, Ayra diputuskan oleh kekasihnya secara tiba-tiba di depan pintu gerbang.

Kekesalannya semakin bertambah usai dia merasa lelah dengan dunia sekolah. Pasalnya, Ayra sering kali dibuat pulang nyaris malam sebab tugas tak kunjung selesai. Gadis yang sebentar lagi memasuki usia delapan belas tahun itu juga harus mengejar banyak pelajaran yang sempat tertinggal untuk menghadapi ujian dua bulan lagi.

“Sial! Mana mungkin aku punya baju seksi?” kesalnya.

Sudah beberapa kali mencari baju-baju di dalam sana. Ayra baru mengingat kalau selama ini dirinya selalu memakai pakaian tertutup.

Ide cemerlang tiba-tiba datang ke otak gadis itu. Ayra segera pergi ke kamar seseorang di rumah tersebut. Dia menemukan banyak pakaian wanita yang layak untuk pergi ke pesta ataupun klub malam.

Setelah membersihkan diri, Ayra memakai salah satu dari banyaknya baju yang diambil dari lemari tadi. Kemudian berdandan sekadarnya saja karena memang sudah memiliki paras dasar yang cukup cantik. Sebelum gadis itu keluar dari rumah, langkah kakinya terhenti secara tiba-tiba saat seorang asisten rumah tangga menanyakan dirinya.

“Mau ke mana, Non?” tanya seorang wanita paruh baya dari belakang Ayra.

“Mau ke klub malam, Mbok. Kalau Pak Attar mencari saya, bilang saja sedang jenuh,” jawab Ayra. Tanpa basa-basi lagi, dia langsung meninggalkan rumah tersebut dengan mengendarai sepeda motor seorang diri.

Dalam hati Ayra, dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri apapun yang terjadi, akan dia hadapi dengan berani. Sebenarnya Ayra takut pergi ke dunia seperti ini. Dia memang dikenal sebagai gadis rumahan dan pendiam.

Sampailah di sebuah klub, yang mana menjadi tempat perjanjian antara Ayra dengan teman-temannya untuk menantang gadis tersebut agar berani terlibat dengan dunia malam. Akhirnya sosok Ayra dengan tubuh terbalut dress berwarna merah terang tanpa lengan, muncul di depan orang-orang yang selalu menganggapnya terlalu lugu.

Kaki Ayra bergetar saat memasuki area yang mulai ramai didatangi orang-orang. Kedua tangannya mengepal kuat. Dia menunduk sambil terus melangkah mendekati gerombolan manusia yang telah menantang dirinya. Jantungnya berdegup kencang. Dalam hatinya mengutuk diri, mengapa harus senekat ini demi mendapatkan atensi seorang mantan kekasih?

Di sana ada mantan kekasih Ayra yang baru saja memutuskan hubungan mereka berdua. Semua laki-laki dan perempuan itu merupakan teman satu sekolah dengan Ayra. Bukan teman, lebih tepatnya adalah murid yang seringkali mengganggu kepribadian Ayra. Kata mereka, Ayra hanya seorang perempuan cantik yang ditutup dengan keluguan.

“Kita sambut, Ayra!”

“Wuaaw!"

“Mulus banget lo, Ra.”

Beberapa orang menyambut kedatangan Ayra dengan meriah karena puas melihat penampilan gadis itu yang jauh berbeda dari biasanya. Mereka berhasil memancing Ayra. Sementara, hati gadis itu hanya mengutuk ocehan-ocehan remaja di depannya.

“Makhluk laknat!” batin Ayra.

“Gila, akhirnya lo berani keluar dengan pakaian selutut gitu, Ra. Kirain bakal dibungkus terus badan lo itu,” ucap Reti yang merupakan saingan Ayra karena sedang dekat dengan mantan kekasihnya. Penampilannya jauh lebih dewasa dibanding Ayra. Dia merasa puas saat sukses menyeret gadis lugu seperti Ayra ke pergaulan mereka.

“Gini, dong. Kan enak dilihatnya,” sambung seorang lelaki sambil mendekati Ayra. Melihat dengan penuh kekaguman. Tangannya yang iseng hampir menyentuh dagu Ayra secara lancang.

“Jangan macam-macam denganku! Aku nggak sepolos yang kalian pikir!” bentak Ayra sembari was-was kalau saja ada dari mereka yang benar-benar menyentuh bagian tubuhnya. Dia sedikit memundurkan kakinya untuk menjauhkan jarak dengan beberapa orang yang mulai mendekatinya.

“Wahh, bisa-bisa Rendra minta balikan sama lo, Ra.”

Perkataan seseorang mengalihkan atensi Ayra. Gadis itu menoleh ke sumber suara. Lelaki tersebut sedang berdiri di sebelah Rendra.

“Jangan mimpi. Walaupun dia udah mengubah penampilan, masih aja keliatan lugu gitu,” kata Rendra yang sedang duduk tak jauh dari tempat Ayra berdiri. Lelaki itu bersama beberapa temannya. Dia tersenyum sinis lalu melempar tatapan ke arah lain.

Ayra dibuat kesal setengah mati atas sikap mantan kekasihnya yang mendadak berubah. Dia tidak sanggup mengatakan apapun lagi. Nyalinya sedikit menciut. Namun, gadis itu tetap harus melawan rasa kurang percaya dirinya agar Rendra masih mau melihat dirinya lagi sebagai seorang gadis bahkan mau meminta supaya mereka balikan. Ide gila memang.

Tanpa ada sahutan lagi, perbincangan mereka berakhir. Ketiga wanita di sana menantang Ayra untuk menikmati alunan musik. Termasuk Reti yang menantang Ayra berjoget di tengah keramian.

Ayra menerima tantangan Reti dengan sangat terpaksa. Ingin menunjukkan kepada Rendra bahwa dia bukan anak kecil dan bukan gadis lugu. Dia juga bisa mengenal dunia dewasa. Akan tetapi, tubuhnya menolak. Jiwanya berontak.

Ayra bukanlah gadis seperti itu. Dia tumbuh dengan caranya sendiri. Dia nyaman berada di dalam kamar seorang diri. Gadis itu merasa terlindungi saat berada di areanya. Bukan malah keluar ke tempat yang sudah jelas bukan lingkungannya.

Di tengah kepura-puraannya Ayra menikmati alunan musik, tiba-tiba dia merasa bahwa tangannya diseret lalu diajak keluar dari sana. Gadis itu tidak tahu siapa yang membawa dirinya seenak jidat. Ayra terpaksa mengikuti irama langkah orang di depannya yang tidak lain adalah seorang lelaki.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Alyona Penulis
bikin penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status