Share

Bab 2

Belum ada percakapan di antara mereka karena Ayra sendiri bingung. Mungkin saja lelaki itu salah orang, itu perkiraannya. Maka, dia tidak menolak sama sekali. Justru merasa senang karena akhirnya ada yang mengeluarkan dirinya dari zona yang membuatnya sungguh tidak nyaman.

“Berthenti!” Setelah langkah mereka menjauh dari area klub, Ayra menepis tangan lelaki yang masih saja mencengkeram lengannya lalu dia menghentikan langkah mereka. Merasa aneh karena dirinya terus-menerus dibawa tanpa ada obrolan apapun.

Kemudian lelaki di depan Ayra menoleh dan membalikkan badan. Menatap Ayra penuh kesal.

“Pak Attar?” Ayra sangat terkejut saat menyadari ternyata lelaki yang mengajaknya keluar adalah orang yang selama enam bulan ini telah hidup bersamanya. Untuk apa lelaki itu sampai melakukan hal ini? Padahal mereka tidaklah dekat.

“Kamu ngapain di sini, Ay?! Kamu itu masih anak sekolah! Nggak seharusnya keluyuran malam-malam apalagi ke tempat seperti ini,” ucap Attar sembari melepaskan jas miliknya. Dia masih memakai setelan jas karena baru pulang dari kantor. Kemudian langsung pergi ke sana setelah mendengar jawaban dari asisten rumah tangganya.

“Ngapain Bapak ikut campur urusan saya?” Mulanya gadis itu merasa senang karena yang menyelamatkan dirinya tak lain adalah Attar. Lelaki dewasa yang tiba-tiba harus bertanggung jawab terhadap seluruh kehidupannya. Akan tetapi, rasa senang itu luntur seketika saat mendengar perkataan ‘masih anak sekolah dan nggak seharusnya keluyuran’, itu merupakan perkataan yang baginya sama saja dengan teman sekolahnya. Menganggap dirinya masih kecil dan tidak pantas mengenal dunia luar. Tidak salah memang. Hanya saja hati Ayra tersinggung.

“Ya jelas saya ikut campur! Kamu itu tanggung jawab saya!” tegas Attar sambil menutupi pundak Ayra menggunakan jas yang telah dilepas.

“Memang sudah seharusnya Bapak bertanggung jawab terhadap hidup saya karena sudah membuat orang tua saya meninggal!” kesal Ayra.

“Makanya saya melarangmu!” lantang lelaki berusia dua puluh delapan tahun itu dengan penuh penekanan.

“Kalau yang ini, Bapak nggak bisa melarang saya. Ini kehidupan pribadi saya, Pak.” Gadis itu tidak kalah meninggikan suaranya hingga membuat Attar merasa risi saat mulai menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar mereka.

“Jangan banyak bicara. Masuk ke mobil! Biarkan motor kamu diderek.”

“Nggak! Saya sedang menikmati dunia dewasa,” bantah Ayra. Hendak masuk kembali ke dalam klub meskipun sebenarnya hatinya menolak. Dia tidak suka cara Attar melarang. Kenapa harus mengatakan kalimat menyakitkan seperti itu?

“Masuk!” Tangan Attar lebih dulu meraih lalu menarik tangan Ayra dengan kuat hingga tubuh gadis tersebut berbalik dan menabrak dada bidangnya.

"Akk!" pekik Ayra, tetapi Attar tidak berkata-kata lagi.

Attar sangat malu jika adu mulut di depan orang-orang. Maka dari itu, dia memutuskan untuk membawa Ayra pulang ke rumah dengan paksa. Mereka berdua saling adu mulut kembali setelah sampai di rumah. Padahal sepanjang perjalanan pulang ke rumah tadi, keduanya hanya saling terdiam di dalam mobil.

“Ayra dengar, ya? Kamu itu masih kecil! Jangan berani mencoba hal yang berbau dewasa,” peringat Attar di depan wajah Ayra dengan jarak dua kepal orang dewasa.

“Saya sudah dewasa, Pak. Sebentar lagi usia saya 18 tahun! Bapak siapanya saya berani mengganggu urusan pribadi saya?!” Ayra mendorong tubuh Attar lalu berjalan masuk ke rumah.

“Apa yang kamu inginkan, Ayra?” Lelaki itu menarik tangan Ayra hingga menghadapnya kembali. Tatapan Attar sudah ingin sekali menguasai gadis di depannya sejak beberapa detik yang lalu. Namun, tampaknya Ayra tidak merasakan hal tersebut.

“Saya selalu diputus oleh kekasih saya karena masih tampak lugu. Saya nggak suka hidup seperti ini, Pak. Tapi saya juga nggak nyaman melakukan ini. Memangnya ada yang salah dengan diri saya? Memangnya salah kalau saya menjadi diri sendiri tanpa harus mengikuti mereka? Lama-lama saya ingin mengubah diri. Pokoknya saya mau mengenal dunia dewasa, titik.” Hati dan otak Ayra sibuk berdebat. Saling bertentangan.

“Dunia yang seperti apa?” Kini Attar memajukan wajahnya. Menatap lekat gadis di depannya yang tiba-tiba membuat dirinya menjadi gila karena pesona cantik itu.

“Pak Attar … ngapain?” Tentu saja Ayra mendadak merasa ada sesuatu yang berbeda dengan sikap lelaki yang selama ini telah menggantikan kedua orang tuanya karena kesalahan lelaki itu sendiri.

“Katakan, dunia seperti apa yang kamu mau?”

“A-a-aku ….” Ayra tergugup saat wajah Attar semakin mendekat. Tidak menyangka jika debaran itu menyerang dirinya. Entah Karena takut atau karena pesona Attar yang tampak begitu tampan saat baru dia sadari. Lelaki pemilik hidung mancung, bibir tidak begitu tipis, tatapan mematikan, dan surai legam indah menghias kepalanya.

Selama ini, Ayra hanya menganggap lelaki di depannya sebagai sosok pengganti orang tuanya meskipun umur mereka terpaut hanya sepuluh tahun. Usia Attar memang sudah hampir berkepala tiga, tetapi aura mudanya masih sangat terlihat.

“Menikahlah,” ucap Attar dengan nada lembut. Sorot manik mata legamnya tidak lepas dari bola mata Ayra.

“Maksud Bapak?” Kedua alis Ayra terangkat. Kelopak matanya melebar.

“Menikahlah denganku jika ingin mengenal dunia dewasa,” kata Attar membuat Ayra mematung seketika.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status