Share

Menghubungi saudara

Bab 6

.

Mas Ahmad menghubungi semua saudara kandungnya agar datang kerumah untuk membahas musyawarah penting keluarga.

Semua Abang dan kakaknya dihubungi, tak terkecuali jannah.

Meski masih kesal dan kecewa pada kakaknya itu, Mas Ahmad tetap mengundang kakaknya itu.

"Hallo assalamu'alaikum mbak... " Ucap Ahmad membuka salam melalui sambungan telpon.

"Waalaikumsalam. ada apa kamu telpon aku? Mau ceramahin aku lagi? " Tanpa tedeng aling jannah langsung emosi.

"Aku bukan ustad, jadi untuk apa aku ceramahi orang sejahat mbak"

"Lalu, ada apa kamu telpon aku? "

"Aku mau buat musyawarah dengan semua anak anak emak, masalah Mba yang udah Ngusir Emak"

"Maksud kamu? Kamu mau bahas masalah mba dan emak sama semua kakak dan abang mu? "

"Iya, biar mereka semua tahu" Mas Ahmad sengaja memancing emosi kakaknya, agar jannah tidak datang.

Kalau jannah datang, pasti dia tidak setuju dengan pendapat ku, dia ingin menguasai semua hasil penjualan rumah untuk nya, dasar perempuan serakah.

"Aku tidak akan datang" Ucap jannah penuh emosi.

"Loh, kenapa? Biar masalah ini kita selesaikan"

"Kamu mau mempermalukan aku didepan abang dan kakak kita? "

"Loh, masih punya malu kamu mbak? Ku kira kau sudah tak punya malu lagi setelah mengusir tuan dari rumahnya"

"Kamu jangan kurang ajar ya mad... " Bentak jannah lewat sambungan telpon.

"Sekurang kurang ajar nya aku, tapi aku masih punya rasa hormat sama orang tua, tidak seperti kamu mbak" Ucapan Ahmad seperti tamparan buat jannah.

Dan sambungan telpon pun diputuskan sepihak oleh mbak jannah.

Syukurilah mbak jannah tak mau datang untuk bermusyawarah, jadi bisa aman terkendali tanpa ada yang mengusik.

"Bagaimana mad, sudah kamu hubungi kakak dan abang mu? "

"Sudah mak, bahkan mbak jannah juga"

"Apa? Jannah juga datang kesini? " Tanya emak penasaran.

"Mbak jannah gak mau datang mak, dia takut mungkin aku buka kartunya di depan abang abang dan kakak saidah nanti"

"Yasudah, kalau dia tak mau datang, buatlah musyawarah dengan kakak dan abangmu saja"

"Emak juga harus ikut, emak adalah pemilik rumah itu. Kalau tak ada emak mak tak ada musyawarah"

"Iya.. Iya.. Mak akan ikut juga nanti, semoga saja badan mak sehat"

"Amin. Mak sudah makan? "

"Belum Mad"

"Yasudah kita makan sama sama yok"

Ahmad, murni, dan emak Syam makan bersama, hal yang tak pernah Mak Syam lakukan ketika bersama jannah.

Alih alih makan bersama, untuk mengambil nasi saja, mak Syam harus susah payah mengambil meski badannya sedang sakit. Tak pernah jannah menyiapkan makanan untuk emaknya.

Berbeda dengan dirumah ahmad, Murni selalu menyiapkan emak mertuanya makan sehari tugas kali. Bahkan mak sy tak harus kedapur untuk mengambil nasi, setiap kali mak Syam mau makan, maka murni selalu menyajikan nasi dan lauk di hadapan Mak Syam

Menantunya itu menyayanginya seperti orang tuanya sendiri. Tak pernah sekalipun murni membantah apalagi bicara kasar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status