Part 31
Nek Syam MeninggalDengan tangan bergetar Saidah mengambil gawai disaku celananya lalu menghubungi Bang Umar."Bang... Emak masuk rumah sakit" Ucap Saidah ketika tersambung dengan Bang Umar melalui telepon."Enak kenapa Dah? " Tanya Bang umar Penasaran."Enak jatuh dari kursi roda Bang.. Huhuhu" Jawab Saidah sambil terisak."Apa? Enak Jatuh dari kursi roda? Kok Bisa Dah? " Umat mulai panik."Nanti aku cerita kan Bang kronologisnya, aku lagi diruang UGD sekarang, tolong hubungi yang lain ya Bang, aku masih shock dan lemas, tolong ya Bang.. ""Baiklah, aku akan menghubungi adik adik, kamu sabar ya dah, nanti aku kesitu"" Iya Bang. "Saidah memutuskan sambungan telepon dengan Bang umar, ia kembali menangis tatkala teringat kejadian tadi. Ia merasa sangat bersalah karena membiarkan emak sendiri dirumah, sedangkan ia lebih memilih menjaga warungnya."Emak.. Maafin Saidah mak.. HarPart 32Akhirnya emak bisa beristirahat dengan tenang, tak ada lagi rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Semua emak Luka sudah sirna seiring terpisahnya jiwa dari raganya yang Fana. Selamat jalan emak, semoga engkau tenang di alam sana. Semoga semua amal ibadahmu diterima disisi Yang Maha Kuasa. ***Rumah Saidah kini sudah ramai oleh para pelayat, Saidah sendiri masih shock dan menangis dikamarnya. "Sudahlah Saidah, jangan begini terus, iniang sudah takdir, tak ada yang perlu disesali, seribu kali kau sesalipun tak akan membuat emak Bangkit lagi" Ucap Bang Umar membujuk adiknya. "Ini semua salahku Bang, kalau saja aku tak meninggalkan emak sendiri... ""Sudah sudah.. Jangan berkata apa apa lagi, sekarang ambil air wudhu, kita akan melakukan shalat jenazah untuk Emak"Bang umar bangkit seraya menggandeng tangan adik perempuannya itu, dituntun nya Saidah kekamar mandi. "Aku tunggu diluar Saida
Bab 1" Nah...Jannah, emak pingin sayur Daun singkong lemak, kamu masakin ya Nah.." pinta Nek Syam pada anak perempuan bungsunya, Janah."Alah Mak. Makan apa yang ada aja lah, janah banyak kerjaan nih, lihat anak si Yati lagi rewel banget nih.." ucap Jannah sambil menggendong cucu perempuannya. Nek Syam sudah sangat tua, umurnya lebih dari delapan puluh tahun. Ia tinggal dengan Jannah anak perempuan bungsunya, nek Syam memiliki lima orang anak, tiga laki laki dan dua perempuan. Ia sudah memiliki sepuluh cucu dan beberapa cicit.Jannah adalah anak ke empat dari lima bersaudara. Yang pertama Umar, kedua Samsul, yang ketiga Saidah, ke empat Jannah dan yang terakhir Ahmad. Jannah adalah anak perempuan yang terakhir atau di tempat kami di sebut anak perempuan bungsu. Jannah memiliki dua orang anak, Yati dan Tina. Yati dan Tina sudah menikah dan mereka masing masing sudah memiliki dua orang anak. Yati yang masih tinggal s
Bab 2.Langkah kaki tanpa alas Nek Syam keluar dari rumah nya sendiri, air mata nya terus saja mengalir tanpa henti. Bukan fisiknya yang sakit, tapi hati yang hancur lah sebab ia menangis. Dalam hati ia mengutuk anak dan menantunya." Air susu kau balas dengan tuba, menyesal aku melahirkan anak durhaka seperti kamu janah. Sia sia aku berkorban jiwa dan raga saat mengandung sampai melahirkan mu, inilah balasanmu pada wanita yang telah membawamu lahir kedunia ini??" Batin nek Syam merutuki anak perempuan bungsunya.Tak ada yang lebih menyakitkan dari pada di hardik dan di usir oleh anak kandung mu sendiri, bahkan seribu kali lebih menyakitkan dari sayatan belati.Apalagi anak yang kau gadang gadang menjadi pelindung mu dihari tua, justru dialah yang menancapkan luka begitu dalam.***Tok..tok...tok...Bunyi pintu rumahku diketuk, aku segera bergegas membuka pintu.Krieeet....
Bab 3.Setelah selesai makan siang, emak hendak shalat zhuhur. Tak lupa Kuberikan mukena dan sajadah untuk emak shalat."Mak.. Shalat nya di kamar Putri saja ya, dia kan lagi Mondok, jadi kamarnya kosong." Kebetulan putri anak perempuan sulungku sedang mondok."Iya murni, makasih ya.""Murni tinggal dulu ya Mak.. Kalau ada apa apa panggil Murni saja""Iya Nak.. "Aku berlalu meninggalkan emak di kamar putri.Aku memeiliki tiga anak, dua laki laki dan satu perempuan. Yang sulung Namanya Fahmy, ia sedang kuliah semester enam, yang kedua namanya Randa ia baru saja lulus SMA, dia tak mau kuliah katanya pengen kerja saja. Tapi sudah hampir setahun dia tak juga menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya.Yang bungsu, anak Perempuanku satu satunya. Namanya putri ia sekaarang kelas satu SMP. Sudah beberapa bulan dia mondok di pesantren modern. Aku ingin anak gadisku satu satunya tidak terjerumus dalam pe
Bab 4.Mas Ahmad terlihat sangat emosi, tanpa menunggu lama, di raihnya kunci motor langsung tancap gas kerumah mbak jannah."Mbak... mbak... keluar kamu.." teriak mas Ahmad tanpa basa basi ketika tiba didepan rumah mbak janah yang tak lain adalah rumah Mak Syam. " Ada apa sih Mad, datang kerumah orang teriak teriak gak jelas." Sahut mbak janah tanpa rasa bersalah."Kenapa mbak ngusir emak dari rumah? kenapa mba tega? " Tanya mas Ahmad tanpa basa basi." Kenapa? Emak ngadu sama kamu?" ucap Jannah tanpa rasa bersalah. " Mbak udah kelewatan, mbak sadar gak udah berbuat durhaka pada emak?"" Eh..mad, kamu gak tau apa apa gak usah nyalahin mbak ya."" Cuma gara gara sayur singkong, mbak tega ngusir emak, hah..?" Bentak ma Ahmad."Siapa yang bilang, pasti emak ngadu yang bukan bukan sama kamu, ya kan?"" Kenapa embak tega usir emak, apa mbak enggak sadar ini rumah emak bukan r
Bab 5Ahmad mengambil surat tanah. Deru suara motor Mas Ahmad kian mendekat, itu berarti mas Ahmad hampir tiba. "Mak.. Itu suara motornya mas Ahmad" Ucap murni mengagetkan emak mertua. "Semoga saja Ahmad berhasil membawa pulang surat surat itu""Amin" Ucap murni dengan penuh harap. "Assalamualaikum mak" Ucap Ahmad seraya mencium tangan nek Syam. "Waalaikumsalam.. Bagaimana nak? " Tanya nek Syam penuh harap. "Ini mak, surat akta tanah dan surat penting lainnya, sengaja Ahmad sembunyikan dalam baju, biar gak menarik perhatian orang"ujar Ahmad membuat nek Syam dan murni merasa senang. " Alhamdulillah... Syukurlah surat ini berhasil kamu ambil mad""Iya mak, Ahmad masih emosi pada mbak jannah. Sepertinya dia punya niat menguasai rumah itu, padahal kami semua sudah diberikan masing masing sepetak tanah oleh almarhum bapak dulu""Emak juga gak nyangka mad, jannah tega berbua
Bab 6. Mas Ahmad menghubungi semua saudara kandungnya agar datang kerumah untuk membahas musyawarah penting keluarga. Semua Abang dan kakaknya dihubungi, tak terkecuali jannah. Meski masih kesal dan kecewa pada kakaknya itu, Mas Ahmad tetap mengundang kakaknya itu. "Hallo assalamu'alaikum mbak... " Ucap Ahmad membuka salam melalui sambungan telpon. "Waalaikumsalam. ada apa kamu telpon aku? Mau ceramahin aku lagi? " Tanpa tedeng aling jannah langsung emosi. "Aku bukan ustad, jadi untuk apa aku ceramahi orang sejahat mbak""Lalu, ada apa kamu telpon aku? ""Aku mau buat musyawarah dengan semua anak anak emak, masalah Mba yang udah Ngusir Emak""Maksud kamu? Kamu mau bahas masalah mba dan emak sama semua kakak dan abang mu? ""Iya, biar mereka semua tahu" Mas Ahmad sengaja memancing emosi kakaknya, agar jannah tidak datang. Kalau jannah datang, pasti dia tidak setuju deng
Part 7Surat perjanjian "Mak, sedang apa? Kok melamun? " Emak terlihat murung dan sedih, aku yakin pasti Emak teringat anak anaknya. "Enggak Murni, Emak cuma teringat Bapak""Bapak sudah tenang di alam sana Mak"" Andai saja Bapak masih hidup,... " Kata-kata Mak terputus lalu sedetik kemudian ia berlinang air mata. "Bapak pasti kecewa sekali melihat anak kesayangannya seperti ini, huhu... "Emak menghapus tetesan bening dari sudut matanya. "Mak, jangan bilang begitu, kita doakan saja semoga Mba jannga diberi Hidayah oleh Allah, dan menyadari kesalahannya""Mak rasanya udah enggak tahan lagi Murni, mak pingin di jemput Bapak... ""Istighfar Mak, jangan bilang begitu, hanya Allah yang tahu kapan kita akan tiada, Mak gak boleh bilang seperti itu. Disini masih ada kami bersama emak, emak gak sendiri"Begitu dalam luka di hatinya, aku hanya bisa mengelus bahunya yang renta. Hatiku teriris me