Part 9
Kesepakatan"Loh, kenapa bisa begitu mak? " Tanya Bang Umar, Semua yang hadir diruang tamu kaget dan kompak bertanya tanya."Emak sudah diusir dari rumah itu" Kata kata Mak singkat tapi penuh penakan.Emak tak sanggup lagi memendam luka itu terlalu lama, semakin ia pendam semakin hancur hati nya."Apa? Di usir? Siapa yang berani usir emak? " Samsul tampak berang, ia tak percaya ibunya di usir dari rumahnya sendiri."Jannah dan Suaminya" Balas Mak Syam sambil terisak.Air matanya lolos begitu saja, mengucap nama Jannah seperti membuka kembali luka yang belum kering. Sakit dan perih namun tak berdaran, lebih sakit dari pada disayat pedang."Apa? Jannah dan Ramli yang usir Emak? Kurang ajar mereka""Aku tak menyangka Jannah setega itu sama Emak? " Saidah menggeleng-geleng kepala tak percaya pada sikap adik perempuan nya."Kok bisa Mak, apa yang terjadi? Ceritakan pada kami, biar kami berPart 10Menentukan harga rumahEmak masih telihat sedih, Mba Saidah tanpa henti memberi pelukan dan semangat untuk ibunya, aku kembali merasa terharu karena teringat almarhumah ibuku. "Mak.. " Tiba tiba Mas Ahmad mengeluarkan kata. "Iya, kenapa Ahmad? ""Kalau Ahmad boleh usul, kita menandatangi surat perjanjian yang telah ahmat buat""Surat perjanjian apa Ahmad? " bang Samsul penasaran. "Aku buat selembar surat perjanjian Bang, didalam surat itu aku menulis bahwa Rumah peninggalan almarhum bapak akan dijual berdasarkan kesepakatan bersama, kemudian aku juga menulis bahwa hasil penjualan rumah akan dibagi sama rata kecuali Mba Jannah, dan yang terakhir Emak akan mendapatkan 1/5 dari hasil penjualan rumah, dan itu terserah emak mau di pakai untuk apa kita sebagai anak tidak boleh meminta hak emak dan tidak mengganggu gugat hak emak, karena kita juga mendapatkan hak masing masing. Juga kita harus menandatang
Part 11Mimpi emakLumayan banyak juga mereka dapat bagian. Aku yakin, Mba Jannah pasti akan mencak mencak jika tahu dia tak dapat warisan dari rumah itu. Padahal, Jika Mba Jannah mau meminta Maaf pada Emak dan menyesali perbuatannya, dia tak akan diperlakukan seperti ini. Ini adalah salahnya sendiri, buah dari sikap angkuh pada orang tua kandungnya. Setelah mendapat hasil yang pasti, dapat keluarga akhirnya selesai juga. Mereka tampak lebih tenang sekarang, tidak marah marah dan emosi lagi. "Mak, kami pulang dulu ya, nanti besok atau lusa Umar balik lagi kesini""Iya Nak, sering seringlah jenguk emak mu, mungkin emak gak akan lama lagi didunia ini nak""Emak jangan bilang begitu, umur ditangan Tuhan. Kita gak tahu kapan ajak datang, bisa saja kami duluan yang mendahului emak, bisa saja kan? "Emak hanya mengaangguk, karena sejatinya umur dan maut itu hanya Tuhan saja yang Tahu. Mati itu Tidak mengenal muda
Part 12Emak jatuh sakitAku tak tahu lagi bagaimana caranya menghibur Emak. Aku sendiri rasanya ingin menangis mendengar mimpinya itu. "Mak, sudah jangan bersedih lagi, serahkan saja semua sama Allah ya Mak. "Hanya itu yang bisa kukatakan pada Emak. "Murni, emak mau berpesan sama Kamu, jika suatu hari nanti emak meninggal sebelum rumah itu terjual, tolong sampaikan pada Ahmad dan saudaranya bahwa Tolong jangan bertengkar lagi dengan Jannah, biarlah Jannah jauhi emak tapi jangan saudaranya juga dijauhi, tak ada siapa siapa lagi dia didunia tanpa saudara kandungnya, katakan juga kalau emak Pingin dikuburkan dekat Bapak. "Tes.. Tes..Butiran bening lagi lagi keluar begitu saja, aku tak sanggup menahan sedih mendengar ucapan emak, seolah pertanda bahwa umurnya sudah tak lama lagi. "Iya Mak, pasti Murni sampaikan nantinpada Mas Ahmad. Sekarang emak jangan sedih lagi ya, emak harus kuat emak harus ikhlas, biar emak bisa t
Part 13Jannah diusir oleh Bang UmarHari ini Emak nampak tidak sehat, sarapan hanya dengan teh manis hangat. Aku berusaha membujuk emak agar mau makan walau sedikit, tapi emak tetap tidak mau. "Mak, makan dulu mak sedikit, biar ada tenaga" aku berusaha membujuk Emak. "Mak lagi gak selera makan Murni, mulut emak rasanya pahit""Kalau emak gak makan nanti emak tambah lemas gak ada tenaga, atau mak kepingin makan apa biar murni belikan""Mak udah minum teh tadi, Mak enggak selera makan apa apa Murni"Akhirnya aku menyerah, aku tak mau memaksa emak. Biarlah Mak istirahat dulu, mungkin nanti jika emak sudah ingin makan pasti Mak akan Minta. Mas Ahmad sudah berangkat bekerja, aku berencana ingin belanja ke pasar, tapi emak lagi sakit. Aku tak tega meninggalkan emak dirumah. "Mak, Murni mau kepasar belanja ya""Iya, pergilah Nak, jangan lupa pintu ditutup, mak gak sanggup bangun""Mak mau pes
Part 14Kemarahan Bang UmarJannah dan Ramli beringsut duduk di lantai, mereka tak berani melawan Bang Umar. siapa yang berani melawan laki-laki tinggi, tegap, bertubuh besar itu, sekali saja kena bogem darinya, maka terhuyunglah kelantai orang itu, seperti halnya Ramli. "Bang.. Sabar bang" Ucap Ahmad menenangkan Abangnya. "Aku sudah habis kesabaran sama mereka, beraninya mereka sama emak, lawan aku kalau kalian berani, dan kau Ramli lawan aku jika kau jantan, jangan hanya berani sama wanita tua dan lemah. Pecundang memang kau" Teriak Umar semakin garang. Ramli tak berani melawan, ia meringis kesakitan sambil memegang pipinya yang memar. Belum puas mengahajar wajah Ramli, Bang Umar ingin menendangnya keluar. Sakit sekali hatinya, apalagi ibu kandung nya sendiri yang diperlakukan semena mena. Ahmad menahan Bang Umar agar tidak semakin brutal, Ahmad tahu jika dibiarkan bisa bonyok si Ramli. "Bang, udah bang. Jang
Part 15Isi Hati JannahAku terduduk lemas dilantai, ssdangkan Mas Ramli sedang meringis kesakitan akibat kena tinju Bang Umar. Aku tak menyangka Bang Umar datang tiba tiba kerumahku, lalu marah marah hingga memukul Suamiku. Aku yakin, pasti Emak sudah mengadu yang bukan bukan pada Bang Umar. " Kamu ak apa apa Mas? " Tanya ku pada Mas Ramli yang sedang meringis. "Apanya yang gak apa apa, kamu gak lihat mukaku dah benyok kayak gini? " Mas Ramli nampak tak baik baik saja, aku kasihan padanya. "Sini biar aku kompres pakai air hangat""Sudah, tak usah.. Aku baik baik saja" Sahutnya sambil mengibas tangan ke udara. Mas Ramli terlihat kesal padaku, padahal apa salahku padanya? Aku hanya menawarkan kompres padanya. Ia bergegas kedalam kamar lalu keluar dengan memakai jaket dan helm. "Mas, kamu mau kemana? ""Aku mau cari rumah, kamu gak dengar tadi Abangmu bilang apa? ""Aku dengar
Part 16Masak Gulai Daun Singkong"Assalamu'alaikum Mah" Ucap Mas Ahmad ketika baru sampai dirumah. "Wa'alaikumussalam Mas, kamu udah pulang? Bang Uma Mana? ""Bang Umar udah pulang kerumahnya, suasana hatinya lagi kurang baik""Apa kalian bertengkar dengan Mba Jannah Mas? " Aku curiga pasti terjadi sesuatu pasa Suami dan Abang iparku. "Bukan Aku Mah, tapi Bang Umar. Bang Umar ato jotos sama Bang Ramli, Aku hanya nonton saja, malas aku ladeni mba Jannah dan Suaminya""Apa? Adu jotos? ""Iya mah, Bang Umar kesal sekali sama Bang Ramli, ditonjok lah wajah Bang Ramli itu""Ya Ampun, terus mba Jannah gimana Mas? " Ya Mba Jannah cuma bisa menjerit lihat suaminya di pukul sama Bang Umar, lagian punya mulut kok gak dijaga, ya tahu sendiri akibatnya"Sudah kuduga, pasti terjadi baku hantam dirumah itu, aku tahu bagaimana sifat Bang Umar. "Mah, emak masih dikamar? ""Masih Mas,
Part 17Perjuangan seorang IbuAku takut emak tak suka, tapi karena demi menuruti keinginan suami aku harus menyajikan Gulai ini untuk emak, smeoga saja emak mau memakannya. "Lauknya apa Murni? " Tanya rimak sambil melirik kedalam Sayur berkuah dalam mangkuk. Aku ragu untuk menjawab, tapi rasanya tak mungkin tidak memberi tahu emak sayur apa yang sudah kumasak hari ini. "Emm.. Anuu... Em.. Sa.. Sayur lemak" Ucapku terbata bata. Aku ingin segera keluar dari kamar emak agar bisa bebas dari pertanyaan emak yang membuatku sulit untuk berterus terang, aku hanya takut emak tak suka dengan sayur yang kumasak. "Sayur Lemak? " Tanya Emak sambil melihat ke arahku. "I.. iiya mak.. Sayur lemak... Sing.. Kong" Akhirnya lolos juga kalimay itu dari mukutku. "Benarkah? Tumben kamu masak sayur lemak Murni? "Oh Tuhan, apalagi yang harus kujawab.