Kaivan mengikuti dokter Hasbi menuju ke ruangannya. Pikirannya bercabang antara lega sekaligus resah memikirkan masa depannya dan kesehatan neneknya. Sembari mengikuti langkah dokter Hasbi, Kaivan merogoh sakunya dan mengirim sebuah pesan di grup keluarga mereka. Ia mengabarkan bahwa semua baik-baik saja, saat ini neneknya tengah dirawat di ruang ICCU setelah melewati masa kritis serta meminta kepada om dan tantenya agar jangan terlalu khawatir.
Sebuah panggilan masuk dari Alanna masuk ke smartphone milih Kaivan untuk kesekian kalinya. Ia menekan tombol merah menolak panggilan dari kekasihnya tersebut. Saat ini ia benar-benar sedang tidak ingin berbicara dengan Alanna walau ia jelas tahu bahwa gadus cantik itu tengah mengkhawatirkannya.
Tak lama berselang sebuah panggilan kembali masuk ke layar smartphonenya, nama Bunda tertulis di layar tersebut.
“Ya bun”
“Kaivan kamu dimana? Bunda baru landing dan masih di bandara. Nenek baik-bai
“Kaivan....” Adiba menyentuh pundak Kaivan perlahan.“Bunda.” Kaivan menoleh kearah sumber suara, ia melihat sang ibu dengan mata berkaca-kaca. Seketika Adiba merasakan hatinya sangat hancur, dan memeluk Kaivan sengan erat.“Ini semua salahku, seandainya aku mengiyakan permintaan nenek untuk mengurus perusahaan pasti nenek tidak akan seperti ini Bun. Ini semua karena aku, aku ini cucu durhaka. Aku yang membuat semuanya menjadi seperti ini” lanjut Kaivan menumpahkan segala emosi yang ia pendam sedari tadi, tangisnya pecah dipelukan Adiba.“Tidak apa-apan nak, tidak ada yang salah. Semua akan baik-baik saja. Jangan khawatir” setetes airmata membasahi pipi Adiba.Bahkan disaat kedua orangtuanya berpisah Kaivan tidak sedikitpun mengeluarkan airmata, kejadian ini pasti menjadi pukulan yang sangat berat baginya apalagi Nyonya Sari adalah orang yang peling dekat dengan Kaivan selama ini.“Enggak
Keesokan harinya setelah memastikan pagi ini neneknya dalam kondisi baik di rumah sakit, Kaivan bergegas menuju pabrik area A1 yang kemarin terbakar. Sejak kemarin neneknya masih belum siuman namun kabar baiknya kondisi Nyonya Sari sudah lebh baik dari sebelumnya meskipun masih harus dirawat di ruang ICU.Mobil yang ia tumpangi melaju ke arah pabrik, hari ini ia diantar oleh supir pribadi Nyonya Sari serta didampingi oleh Pak Banu.Pak Banu adalah orang kepercayaan Nyonya Sari yang sudah lama bekerja sejak Kaivan masih anak-anak. Ia paham betul bagaimana Nyonya Sari menjalankan bisnisnya dengan baik selama ini, oleh karena itu ia akan membantu Kaivan untuk meneruskan menajlankan bisnis keluarga mereka. Pak Banu memberikan beberapa dokumen penting yang harus segera dipelajari oleh Kaivan. Lelaki itu tampak mengangkat sebelah alisnya saat melihat tumpukan map yang berisi dokumen dari pak Banu.“Bapak tidak berharap saya akan menyelesaikan semua dokumen ini h
“Kaivan ada kesini nggak?”“Ha? Eh nggak ada kak. Mas Kaivan belum ada kemari sejak kemarin” seorang pegawai di La Casa menjawab dengan sedikit gugup. Ia terkejut karena tiba-tiba ditanyai perihal atasannya oleh seorang wanita cantik saat tengah asyik mengelap meja.“Oke, thanks!” Alanna berbalik dengan cepat dan segera meninggalkan La Casa.Gadis itu mulai bingung kemana lagi ia harus mencari kekasihnya yang sudah beberapa hari mengabaikannya padahal mereka sudah berbaikan beberapa waktu yang lalu. Ditambah kejadian yang menimpa perusahaan keluarganya tersebut pasti membuatnya terkejut batin Alanna.Pagi ini bahkan ia sudah mampir kerumah Kaivan namun pembantunya bilang tuannya tersebut sudah pergi kerumah sakit namun ia tidak diberitahu rumah sakit mana yang dimaksud dengan dalih Kaivan tidak memberitahukan kepada pembantunya dimana Nyonya Besar rumah ini dirawat.Menghubungi Sheira juga percuma saja, sel
Kaivan baru saja merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu ketika sebuah deringan dari panggilan masuk menyeruak dari smartphonenya.Nama Bunda tertera di layar, namun kali ini ia tidak lagi merasa kesal saat membaca nama itu di layar smartphonenya karena sudah pasti ada kabar terbaru mengenai neneknya.“Halo Bun”“Van kamu bisa kerumah sakit sekarang? Nenek sudah siuman”“Beneran Bun? Syukurlah, aku kesana sekarang”“Jangan ngebut ya, hati-hati di jalan nak” tutup Adiba mengakhiri teleponnya.Rasa lelah Kaivan seolah sirna bergantikan rasa senang yang membuncah, akhirnya neneknya sadarkan diri. Sejak kemarin neneknya hanya terbaring dan tidak sadarkan diri, sebenarnya Kaivan masih sangat mencemaskan kondisi neneknya akan tetapi keruwetan mengurus perusahaan tidak memberikannya kesempatan untuk memikirkan hal lain selain pekerjaannya. Kaivan hanya mengganti baju dan membasuh wajahnya dengan air da
Seminggu setelah dirawat di rumah sakit akhirnya kematin sore Nyonya Sari sudah diperbolehkan pulang. Om dan Tante Kaivan sudah kembali ke rutinitas mereka sejak 3 hari yang lalu, rumah mewah itu kembali terasa lengang.Di pagi yang tenang tiba-tiba rumah Nyonya Sari kedatangan seorang tamu yang sudah beberapa kali datang selama beberapa hari terakhir namun tidak kunjung bertemu dengan tuan rumah yang dicarinya. Tamu itu adalah Alanna.Pagi ini Alanna sengaja pagi-pagi sekali mendatangi rumah Nyonya Sari agar dapat menemui Kaivan. Ia merasa sangat kesal dengan kekasihnya tersbeut karena hampir dua pekan ia merasa benar-benar diabaikan.Karena tidak bisa mengelak lagi akhirnya Kaivan menemui Alanna karena desakan mbok Ratmi yang iba melihat Alanna selalu mencari Kaivan. Dengan wajah yang masih mengantuk mau tidak mau Kaivan harus segera turun sebelum mbok Ratmi menyeret tuan mudanya tersebut turun dari kamarnya.Saat tiba di ruang tamu ia melih
Dua bulan berlalu setelah insiden kebakaran pabrik yang membuat perusahaan Nyonya Sari terseok-seok, penyebab kebakaran sudah dirilis oleh penyidik kepolisian sepekan yang lalu dan hasilnya adalah adanya konsleting hubungan arus pendek yang membuat percikan api dan meledakkan beberapa bahan kimia yang ada disekitarnya serta menghanguskan sebagian besar area pabrik.Kaivan menghela nafas panjang di kursi kerjanya, di depannya Pak Banu mengamatinya dengan senyum tersungging mencoba menghibur Kaivan.“Kamu sudah bekerja kerasa selama ini Kaivan, tidak masalah kalau saat ini kita masih belum bisa keluar dari masa krisis ini. Saya sangat paham bahwa kamu sudah berusaha dengan sangat keras mempertahankan stabilitas perusahaan” tukas Pak Banu memberi semangat.“Tapi kita gagal mendapatkan kontrak kerjasama dengan mereka pak, ini semua seharusnya tidak seperti ini. Mereka adalah harapan terakhir kita untuk menyelamatkan perusahaan”“
Semenjak Kaivan memfokuskan dirinya untuk mengelola perusahaan warisan neneknya, hubungan Kaivan dan Alanna juga perlahan mulai meredup. Kaivan yang kekurangan waktu dan Alanna yang kekurangan perhatian membuat mereka mulai merenggang. Alanna bukannya tidak mengerti situasi akan tetapi ia merasa selama ini sudah sangat mengalah dengan kondisi serta tingkah Kaivan bahkan jauh sebelum ia menduduki pucuk tertinggi dalam kepemimpinan perusahaannya saat ini, Alanna sudah sangat berusaha mengimbangi Kaivan yang kadang mengorbankan perasaannya untuk menjaga perasaan kekasihnya tersebut.Namun kali ini entah kenapa Alanna merasa ia sudah tidak setangguh dahulu, rasa sayangnya kepada Kaivan perlahan memudar. Awalnya ia berfikir akan sanggup menunggu Kaivan dengan segala kesabaran yang ia miliki akan tetapi insiden dua bulan yang lalu saat Kaivan mulai menghilang dan sulit ditemui cukup menguras stok kesabaran yang dimiliki Alanna.Walaupun pada akhirnya mereka telah berdamai ak
Perpisahan dengan Alanna sedikit banyak membuat Kaivan merasa tidak nyaman, walau bagaimanapun selama ini ia mulai terbiasa dengan kehadiran dan perhatian Alanna walau tak jarang hal tersebut juga malah membuat ia merasa risih.Malam ini ia memutuskan untuk mengunjungi La Casa berharap bisa menjernihkan isi kepalanya sekaligus membangun kembali suasana hatinya yang mulai porak poranda. Sekalipun ia mengakhiri hubungannya dengan baik-baik saja namun tentu saja di dunia ini tidak ada perpisahan yang benar-benar baik-baik saja.Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, jika pengunjung tidak banyak biasanya sebentar lagi Kafe akan tutup. Kaivan segera memarkirkan mobilnya di area parkir, terlihat beberapa kendaraan masih terparkir rapi. Syukurlah kafe masih beroperasi seperti biasanya walau sudah dua bulan terakhir ia tidak menjamah La Casa, batin Kaivan.Saat ia membuka pintu dan berjalan kearah frontliner terlihat Namara yang terkejut dengan kedatangan Kaivan