***
Pagi ini, Tiara duduk sendiri dan termenung. Ia masih tidak mengerti kenapa Bayu tega mengucapkan kata cerai kepada dirinya. Dari dulu, Tiara tahu seperti apa sikap Bayu yang sangat perhatian dan penyayang. Ia merasa kalau perubahan yang terjadi kepada laki-laki itu amat membingungkan.
Mulai sejak dulu, Bayu tidak pernah berbuat kasar kepada Tiara. Laki-laki itu justru selalu menunjukkan besarnya cinta yang dimiliki untuk sang istri. Namun, saat usia pernikahan mereka hampir memasuki lima tahun, Bayu berubah menjadi sosok yang dingin dan tidak menunjukkan kemesraan lagi di depan Tiara.
“Mas, kenapa akhir-akhir ini sikap kamu dingin banget? Kamu selalu menjaga jarak saat kita di tempat tidur.” Pertanyaan itu Tiara lontarkan beberapa bulan yang lalu kepada Bayu.
Saat itu Bayu tidak memberikan respons, ia justru membelakangi wanita yang sudah menemani hidupnya. Tiara tidak memahami sikap Bayu, tetapi ia tetap berusaha untuk percaya walaupun rasa tidak tenang itu selalu menghantui pikirannya.
Tiara tidak pernah tahu kalau perceraiannya dengan Bayu terjadi karena perbuatan Bu Sandra yang ingin menyingkirkan dirinya. Wanita yang melahirkan Bayu tersebut sangat mengharapkan perpisahan putranya dengan Tiara.
Rencana yang telah disusun rapi oleh Bu Sandra, akhirnya menunjukkan hasil yang membuatnya bangga. Setelah beberapa bulan memutuskan kesepakatan dengan Lisa, anak laki-laki yang ia sayangi pun luluh terhadap wanita yang menjalankan misinya.
Bayu dengan bangga membawa Lisa menemui ibunya dan memperkenalkan wanita itu sebagai orang yang ia cintai. Bu Sandra merasa puas juga bangga dengan kesuksesan Lisa. Akhirnya, perempuan paruh baya tersebut meminta Bayu menikahi Lisa secara siri agar segera mendapatkan keturunan.
Tanpa sepengetahuan Tiara, pernikahan itu pun terjadi di rumah Lisa. Bu Sandra berjanji akan memenuhi semua permintaan Lisa kalau dirinya berhasil mengandung anak Bayu. Kala itu, wanita perusak rumah tangga Tiara pun tergiur dengan janji yang diucapkan oleh Bu Sandra.
Sejak saat itu, Lisa berusaha ingin merebut perhatian dan kasih sayang Bayu sepenuhnya. Ia sering melarang sang suami bertemu dengan Tiara, yang kala itu masih merupakan istri sah Bayu. Oleh karena permintaan Lisa, Bayu pun sering tidak pulang karena memilih bersama pendamping hidup kedua yang baru dinikahi.
“Pokoknya aku nggak mau kalau kamu sering-sering ketemu wanita itu karena aku nggak suka.” Lisa dengan manja mengutarakan keinginannya kepada Bayu.
“Iya, Sayang, kamu tenang aja. Untuk apa lagi aku harus menemui dia? Udah ada kamu yang mampu memberikan aku kebahagiaan.” Bayu pun benar-benar memenuhi permintaan wanita itu.
“Aku ingin agar perhatian kamu sepenuhnya untukku.”
“Tapi Tiara masih istriku, Sayang.”
“Tapi aku yang akan memberikan kamu penerus. Sekarang kamu harus janji, kalau aku hamil … kamu harus secepatnya menceraikan dia. Untuk apa lagi kamu mempertahankan istri yang nggak bisa memberikan kamu keturunan?”
“Tapi semuanya butuh proses, Sayang. Nggak mungkin tiba-tiba aku menceraikan Tiara. Tapi kamu tenang aja, aku janji akan tetap memenuhi keinginanmu.”
“Benar, ya, Mas … aku pegang janjimu.”
“Iya, Sayang. Apa, sih, yang nggak untuk kamu. Kamu itu adalah istri yang mampu membuatku tunduk di hadapanmu. Aku nggak mampu menolak permintaanmu.” Bayu langsung mendekap tubuh Lisa.
Ternyata apa yang diucapkan Bayu kepada Lisa kala itu, kini menjadi kenyataan. Laki-laki itu telah memenuhi janjinya kepada sang istri kedua yang dinikahi secara siri. Bayu tega menceraikan wanita yang mendampingi hidupnya dalam beberapa tahun ini demi perempuan yang baru ia nikahi hanya secara agama.
***
Lima hari pun berlalu, Pak Arif dan Bu Laras akhirnya menemukan solusi untuk Tiara. Mereka berencana untuk mengirim putri bungsu tersayang agar tinggal bersama si sulung, Tika, yang berdomisili di kota yang berbeda. Kedua orang tua tersebut telah membicarakan niat itu kepada Tika dan Haris, suaminya.
Dua hari yang lalu, Pak Arif dan Bu Laras sudah berbicara melalui telepon dan menceritakan kejadian yang menimpa Tiara. Tika sangat kesal mendengar berita itu, ia tidak terima dengan pengkhianatan yang dilakukan Bayu terhadap sang adik tersayang.
“Ayah dan Bunda diam aja? Bayu itu harus diberi pelajaran!” Tika emosi mendengar apa yang dialami adiknya.
“Sebenarnya Ayah niatnya ingin kasih pelajaran pada laki-laki jahat itu, tapi adik kamu larang. Dia bilang, semuanya sudah nggak penting karena laki-laki itu sudah memilih wanita lain.” Pak Arif memberikan penjelasan kepada putri sulungnya.
“Izinkan Tiara tinggal bersama Tika, Yah, Bun. Kita harus menjauhkan dirinya dari Bayu. Jangan sampai Bayu tahu tentang kehamilannya.” Tika pun memberikan ide kepada ayah dan ibunya.
Pak Arif dan Bu Laras langsung menyetujui saran dari Tika. Bagi mereka, itu merupakan solusi terbaik untuk Tiara. Oleh karena itu, hari ini kedua orang tua itu akan memberitahukan rencana tersebut kepada Tiara. Mereka berharap agar buah hati tercinta menyetujui niat tersebut.
“Sayang, Ayah dan Bunda mau bicara penting. Ini tentang kamu.” Bu Laras mulai membuka pembicaraan saat mereka sedang berkumpul di ruang keluarga.
“Mau bicara tentang apa, Bun?” tanya Tiara ingin tahu.
“Ayah dan Bunda sudah menemukan solusi terbaik untuk kamu. Semoga kamu dapat menerima saran ini.”
“Iya, Nak. Ayah dan Bunda sudah menghubungi kakak kamu dan menceritakan tentang semua yang terjadi. Ia meminta agar kamu tinggal bersamanya.” Pak Arif pun turut membuka suara dan memberitahukan apa yang disarankan oleh Tika.
“Tiara mau, Yah, Bun.”
Pak Arif dan Bu Laras sangat terkejut melihat keceriaan di wajah Tiara. Tanpa harus dibujuk atau diberi pengertian, putri bungsu mereka langsung setuju agar tinggal bersama anak sulung yang berada di luar kota. Kedua orang tua tersebut sangat bahagia juga terharu.
Tiara menunjukkan wajah berseri-seri setelah mendengar solusi terbaik yang diucapkan oleh orang tuanya. Sementara di tempat lain, seorang wanita terlihat panik dan bingung saat berbicara melalui telepon, ia tidak lain adalah Lisa.
“Aku mohon, jangan ganggu aku lagi, Dan. Aku udah bahagia bersama suamiku. Kamu tahu sendiri, saat ini aku sedang hamil lima bulan. Keluarga suamiku membutuhkan anak ini.” Lisa memberikan penjelasan melalui telepon kepada laki-laki yang bernama Danny.
“Secepat itu kamu melupakan apa yang terjadi di antara kita? Setelah kamu menemukan cowok yang jauh lebih mapan dariku, kamu tega ninggalin aku? Kamu nggak ingat dengan apa yang kuberikan padamu selama ini?”
“Tapi sekarang aku udah nggak butuh kamu lagi, Dan. Aku jauh lebih bahagia bersama Bayu. Menjadi nyonya besar di istana miliknya. Aku harap agar kamu segera melupakan aku. Kita tidak memiliki hubungan lagi karena semuanya sudah berakhir. Aku sekarang adalah istri dan milik Mas Bayu.”
Danny sangat kesal mendengar penuturan yang keluar dari bibir Lisa. Ia merasa dirugikan oleh wanita itu. Sebelum Lisa bertemu dengan Bayu, Danny adalah sang penolong untuk perempuan tersebut. Namun, sekarang Lisa dengan tegas meminta Danny untuk melupakan dirinya.
Sementara itu, Lisa merasa puas meminta Danny agar menjauh darinya. Akan tetapi, wajahnya tetap menunjukkan rasa takut. Ia seperti menyembunyikan sesuatu. Wanita itu sangat ingat sejauh mana hubungan yang sudah terjadi antara dirinya dan Danny saat menjalin hubungan.
“Kamu kenapa, Sayang?” Suara Bayu mengagetkan Lisa yang sedang berpikir keras tentang Danny.
“Aku nggak apa-apa, Mas.” Lisa berusaha bersikap tenang walaupun hatinya sedang bingung.
“Ingat, loh, kamu itu sedang mengandung anak kita. Jangan terlalu banyak mikir, ya, Sayang. Itu berpengaruh ke bayi dalam kandunganmu.” Bayu langsung mendekap tubuh Lisa dari belakang, lalu menempelkan dagunya di bahu wanita itu.
Bayu tidak tahu bahwa wanita yang ia cintai, saat ini sedang bingung dan panik menghadapi laki-laki masa lalunya. Bayu juga tidak merasa curiga sama sekali dengan sikap yang ditunjukkan oleh sang istri. Kasih sayang yang ia miliki untuk Lisa membuat dirinya buta hati.
================
***Tiara tidak dapat menahan diri agar tidak menangis. Ia sangat terkejut mendengar penjelasan Bayu. Dia makin sedih mengingat Aditya yang tidak tinggal bersamanya. Tiara sangat merindukan anak sulungnya tersebut.Tiara tidak sabar ingin bertemu Aditya. Dua bulan berpisah dengan sang buah hati, seperti berabad-abad lamanya. Ia tidak tahu seperti apa keadaan Aditya saat ini. Ia selalu mencemaskan anaknya itu.“Kita harus cari Adit, Mas.” Begitu pinta Tiara kepada Arya setelah dirinya mengakhiri telepon dengan Bayu.“Tapi sampai detik ini, kita belum tahu di mana Adit, Sayang.” Arya selalu bersabar menenangkan sang istri.“Mas Bayu bilang, Ayah pernah melihat seorang anak yang mirip dengan Adit. Tapi Ayah tidak berhasil menghampiri anak itu karena keburu pergi. Terus, temannya Mas Bayu yang berprofesi sebagai dokter, juga memiliki pasien baru-baru ini yang bernama Adit. Apa itu kebetulan, Mas?”“Bisa jadi, Sayang, sebab banyak anak memiliki nama yang sama dengan anak kita.”“Tapi kita
***Pak Arif dan Bu Laras pun akhirnya memasuki mobil, lalu meluncur dari tempat itu. Pak Arif masih memikirkan apa yang dia saksikan tadi. Akan tetapi, laki-laki paruh baya itu tidak terlalu merasa yakin kalau anak yang dilihat tadi adalah cucunya.Pak Arif berpikir, bagaimana mungkin Aditya ada di kota yang berbeda dengan orang tuanya? Sementara itu dia tahu kalau anak tersebut menghilang dari sekolah, dan pasti di kota kelahirannya. Pak Arif tidak ingin menduga-duga.Dia berpikir akan lebih baik jika menghubungi Bayu saja. Ayahnya Tiara tersebut sudah percaya kepada Bayu walaupun laki-laki itu pernah menyakiti Tiara. Pak Arif mengakui perubahan yang terlihat sekarang pada mantan menantunya tersebut.“Ayah kenapa? Lagi mikirin sesuatu?” Ternyata Bu Laras menyadari sikap yang ditunjukkan oleh suaminya. Wajah Pak Arif tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.“Nggak, Bun.” Pak Arif terpaksa tidak memberitahukan apa yang dia pikirkan kepada istrinya. Dia tidak ingin melihat wanita itu
***Tiara merasakan sesuatu yang aneh. Aditya seolah-olah berlari dan berteriak memanggil dirinya. Hati Tiara kini menjadi tidak tenang karena takut terjadi sesuatu terhadap sang buah hati tercinta.Selama ini, Tiara telah berusaha untuk meyakinkan hati bahwa Aditya akan kembali mendekap dirinya. Namun, entah kenapa keyakinan itu tiba-tiba goyah saat dia merasakan sesuatu yang tidak dapat dimengerti. Tanpa diminta, bulir bening milik Tiara jatuh membasahi pipi.Arya yang kini mendekap Tiara, merasa sedih melihat wanita tersebut. Dia tidak dapat membayangkan seperti apa perasaan Tiara saat ini. Sebulan lamanya tidak mengetahui darah daging sendiri, itu pasti akan membuat sang istri terpukul.“Sayang, kamu kenapa?” Arya mengusap pipi Tiara. Dia membantu wanita itu beranjak dari tempat tidur menuju sofa yang ada di dekat jendela.“Aku takut, Mas.” Tiara menempelkan kepalanya di bahu Arya setelah mereka duduk di sofa tersebut.“Takut kenapa, Sayang?” “Aku merasa sesuatu terjadi pada Adit
***Seminggu telah berlalu, Aditya belum juga ditemukan. Tiara dan Arya semakin mencemaskan anak yang sangat mereka sayangi tersebut. Pasangan suami-istri itu sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi belum juga menunjukkan hasil.Tiara tidak pernah menyangka akan mengalami penderitaan yang sangat sakit seperti ini. Dia merasa kalau takdir telah mempermainkan hidupnya. Saat dirinya mengandung Aditya, dia dibuang oleh sang mantan suami. Setelah sang buah hati berumur lima tahun, kenyataan pahit kembali menghampirinya. Mereka harus berpisah.“Adit ke mana, Mas?” Tiara kembali menangis sambil mencium pakaian milik Aditya di kamar anak itu.“Kita sudah berusaha, Sayang, tapi kenyataannya Adit belum bersama kita sekarang. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah, tetap berharap agar Adit dalam keadaan baik-baik saja.” Arya selalu berusaha untuk menenangkan Tiara.“Apa yang harus kita lakukan, Mas? Ayah kandungnya Adit juga seolah-olah tidak peduli. Dia nggak berusaha menghubungiku.” Tiara ke
*** Tiara semakin tidak tenang karena sampai malam hari tiba, keberadaan Aditya belum juga diketahui. Tiara pun tidak mampu untuk tetap diam, dia ingin memberitahukan apa yang terjadi kepada Bayu.Tiara berpikir bahwa ayah kandung Aditya berhak tahu keadaan putranya saat ini. Ternyata Arya juga memiliki pikiran yang sama dengan sang istri. Dia pun memberikan persetujuan kepada Tiara agar menghubungi Bayu.Arya sangat mengerti dengan perasaan Tiara saat ini. Dia tidak ingin melihat kesedihan berlarut-larut menghampiri istrinya. Jika malam ini Aditya belum juga ditemukan, Arya akan segera melaporkan kejadian ini kepada yang berwajib besok pagi.Tiara segera mencari nomor kontak Bayu di ponselnya, lalu menekan tombol simbol telepon berwarna hijau. Dia berharap agar Bayu bersedia mencari tahu keberadaan sang buah hati tercinta. Tiara sangat tahu seperti apa besarnya kasih sayang mantan suaminya terhadap Aditya.“Hallo, Tia.” Tiara pun mendengar suara Bayu. Wanita itu tidak tahu bahwa san
***“Mas, kamu udah jemput Adit?” tanya Tiara kepada Arya melalui telepon.“Bukannya tadi aku udah nelepon kamu, Sayang. Aku nggak bisa jemput Adit hari ini karena lagi ada meeting.” Arya bingung mendengar pertanyaan istrinya.“Tapi Adit nggak ada di sekolah, Mas. Aku menemui gurunya tadi, kata beliau ada laki-laki yang jemput Adit. Beliau pikir itu kamu.” Tiara mulai tampak khawatir.“Dari tadi aku tetap di kantor, Sayang.” Arya juga mulai panik.“Jadi, siapa yang jemput Adit, Mas? Adit ke mana?” Tiara tidak mampu menahan air matanya. “Kamu harus tenang, ya, Sayang. Kamu di mana sekarang? Masih di sekolah Adit?” tanya Arya kepada istrinya.“Iya, Mas. Aku ke sini sama Pak Amin.” Tiara menjelaskan kalau dirinya ke sekolah Aditya bersama Pak Amin, supir keluarga Arya.“Oke, Sayang. Kamu minta Pak Amin pulang sekarang. Sebentar lagi aku sampai di sekolah Adit. Aku tutup teleponnya, ya.” Arya pun memasuki mobilnya, lalu meluncur meninggalkan kantor.Tiara merasa dunianya berakhir setelah