***
Keesokan harinya tepatnya sore, Bu Laras dan Tiara menuju tempat praktik kandungan. Namun, saat dalam perjalanan, Tiara melihat Bayu dan sang istri baru memasuki sebuah tempat perbelanjaan. Wanita itu kembali menumpahkan air matanya.
Bu Laras melajukan kendaraan roda empat miliknya dengan cepat agar Tiara tidak melihat pemandangan yang menyakitkan tersebut. Ia sebagai seorang ibu merasa tidak sanggup melihat kesedihan yang ada di wajah putrinya.
Wanita paruh baya itu sangat mengerti seperti apa perasaan anaknya. Perempuan mana yang akan sanggup melihat laki-laki yang dicintai bermesraan dengan orang lain yang merupakan penyebab kehancuran rumah tangganya bersama sang suami tercinta?
“Kamu baik-baik aja, Sayang?” Bu Laras melihat Tia yang masih menitikkan air mata.
“Iya, Bun.” Tiara mengusap air matanya dan berusaha untuk tersenyum kepada ibunya.
“Kamu harus belajar ikhlas, Sayang. Kamu nggak perlu menangisi laki-laki seperti dirinya. Dia nggak pantas untukmu.”
“Iya, Bun. Tia akan berusaha untuk kuat. Tia janji.”
“Bunda juga yakin kalau kamu pasti kuat, Sayang.” Bu Laras tetap berusaha meyakinkan dan memberikan semangat kepada putrinya.
Jika mengingat apa yang terjadi terhadap Tiara saat ini, Bu Laras sangat ingin menemui Bayu untuk memberikan pelajaran kepada laki-laki tersebut. Namun, niat itu ia urungkan karena tidak rela kalau keluarganya dianggap mengemis dan mengharap kepada pria itu.
Jalan terbaik yang telah diputuskan oleh Bu Laras dan suaminya adalah perpisahan untuk Tiara dan Bayu. Wanita itu tidak sanggup membayangkan jika putri bungsunya harus tinggal bersama perempuan lain yang juga merupakan istri dari Bayu.
Satu hal yang Bu Laras pikirkan saat ini adalah segera menemukan solusi agar Bayu tidak mengetahui keberadaan Tiara. Bu Laras tidak ingin melihat kesedihan dan penderitaan di wajah putrinya. Ia merasa kalau Tiara masih belum sanggup untuk tidak menangis saat bertemu dengan Bayu.
“Kita udah sampai, Sayang.” Bu Laras melihat Tiara termenung dan tidak menyadari keberadaan mereka yang telah tiba di tempat tujuan.
“Iya, Bun. Maaf, tadi Tia ngelamun.” Tiara pun membuka pintu mobil, lalu turun. Begitu juga dengan Bu Laras.
Dua wanita itu melangkah ke tempat praktik Dokter Mira. Ia merupakan keponakan Bu Laras, anak dari kakak laki-lakinya. Wanita itu sebelumnya sudah memberitahukan kalau dirinya akan datang bersama Tiara.
“Apa kabar, Tante?”Bu Laras dan Dokter Mira pun berpelukan.
“Alhamdulillah, baik, Sayang.” Mereka akhirnya melepas dekapan.
Dokter Mira melihat ke arah Tiara, mereka pun saling mengembangkan senyuman. Dokter Mira mempersilakan Bu Laras duduk. Sementara Tiara diminta untuk rebahan di tempat tidur yang telah tersedia. Dokter itu akhirnya memeriksa keadaan adik sepupunya.
Setelah melakukan pemeriksaan, Tiara duduk di sebelah ibunya. Sementara Dokter Mira menghempaskan tubuh di kursi yang ada di depan meja kerjanya. Ia pun mulai memberikan penjelasan kepada adik sepupunya tersebut.
“Apa benar aku hamil, Kak?” tanya Tiara kepada Dokter Mira.
“Setelah melakukan pemeriksaan dan mendengarkan penjelasan dari Tante Laras tadi di telepon sebelum kalian ke sini, kamu beneran hamil, Tia. Selamat, ya. Kamu dan Bayu pasti sangat bahagia. Akhirnya setelah sekian tahun, apa yang kalian harapkan sudah terwujud.” Dokter Mira tidak tahu bahwa adik sepupunya saat ini telah berpisah dengan sang suami.
Bu Laras akhirnya membuka suara dan memberikan penjelasan kepada Dokter Mira. Sang keponakan sangat terkejut mendengar penjelasan dari Bu Laras. Ia merasa semua ini seperti mimpi karena dirinya sangat tahu bahwa Bayu sangat mencintai Tiara.
***
Bu Laras dan Tiara akhirnya kembali ke rumah setelah melakukan pemeriksaan. Tiara langsung menuju kamar. Ia pun merebahkan tubuh, lalu pikirannya mengingat kembali apa yang ia saksikan saat menuju tempat praktik Dokter Mira. Dirinya sangat sakit melihat kemesraan Bayu bersama wanita yang menyebabkan perpisahan mereka.
Dada Tiara terasa sesak membayangkan laki-laki yang dulu menikahinya. Bayu sama sekali tidak menghargai hubungan yang telah terjalin selama beberapa tahun lamanya. Bayu justru lebih memilih melanjutkan untuk bersatu bersama wanita yang baru memasuki kehidupannya.
Tiara berusaha untuk kuat dan tegar demi buah hati tercinta yang kini ada di dalam rahimnya. Ia kembali mengingat penjelasan Dokter Mira. Usia kandungan Tiara saat ini memasuki delapan minggu. Setelah dirinya kembali mengingat saat di tempat Dokter Mira, ternyata ia terlambat kedatangan tamu rutinitas selama dua bulan lebih.
Tiara merasa sangat senang karena tidak lama lagi dirinya akan menyandang status sebagai ibu. Ia sudah sangat yakin untuk menutupi kehamilannya dari Bayu. Tiara tidak pernah menerima perbuatan Bayu yang telah mengucapkan kata cerai kepada dirinya.
Wanita itu tidak pernah tahu bahwa perpisahannya dengan Bayu berawal dari sebuah kesalahan yang tidak sepenuhnya berasal dari laki-laki tersebut. Akan tetapi, semua itu terjadi karena adanya campur tangan Bu Sandra, perempuan yang telah melahirkan Bayu.
Beberapa bulan yang lalu, Bu Sandra meminta Lisa, yang merupakan anak dari sahabatnya untuk menggoda Bayu. Wanita paruh baya itu ingin agar anak laki-laki satu-satunya segera mendapatkan keturunan. Ia sudah tidak sabar untuk menimang cucu dari Bayu. Ia merasa kalau Tiara tidak dapat mewujudkan impian dan harapannya.
“Tante ingin agar kamu bersedia membantu rencana Tante.” Niat itu Bu Sandra sampaikan kala itu kepada Lisa.
“Bantu apa, Tante?” tanya Lisa penasaran.
Saat itu dua wanita tersebut bertemu di salah satu kafe ternama di kota tempat tinggal mereka. Bu Sandra memilih Lisa karena mengetahui seperti apa kehidupan keluarga dari wanita itu yang sering serba kekurangan.
Bu Sandra ingin agar Lisa dapat melahirkan cucu untuknya. Ia akan memberikan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhan wanita tersebut karena sebelumnya, Bu Sandra sudah sering memberikan bantuan kepada keluarga Lisa.
“Kamu harus bisa menarik perhatian Bayu dan membuatnya jatuh cinta padamu. Tante ingin memiliki keturunan dari dia.” Bu Sandra pun memberikan penjelasan kepada Lisa.
“Maksud Tante, Lisa menggoda Mas Bayu?” Lisa saat itu belum mengerti dengan maksud Bu Sandra.
“Iya. Tante ingin agar dia berpisah dengan istrinya yang tidak mampu mewujudkan harapan Tante. Dia tidak dapat melahirkan anak untuk Bayu.”
“Jadi, Tante ingin agar Lisa yang melahirkan anak untuk Mas Bayu?” Lisa sedikit terkejut karena sebenarnya ia sudah memiliki kekasih.
“Kenapa tidak? Kamu nggak lupa, kan, siapa yang bantu kebutuhan keluargamu sejak kepergian ayahmu beberapa tahun yang lalu?” Bu Sandra mengingatkan apa yang ia berikan untuk keluarga Lisa.
“Lisa nggak mungkin lupa semua kebaikan Tante.”
“Jadi, sebagai balasannya, kamu harus bersedia membantu Tante.”
“Baik, Tante. Lisa bersedia.” Lisa akhirnya menyanggupi permintaan wanita yang telah melahirkan Bayu.
Kesepakatan itu pun akhirnya terjadi. Lisa mulai menjalankan rencana Bu Sandra untuk mendekati Bayu. Pertemuan pertama tidak menunjukkan adanya perubahan dari sikap laki-laki tersebut karena saat itu hanya Tiara, wanita yang sangat Bayu cintai.
Pertemuan kedua dan ketiga juga belum berhasil mengubah hati dan perhatian Bayu. Namun, untuk pertemuan keempat, Bayu pun luluh. Ia justru merasa kalau Lisa bertemu dengannya bukan karena kebetulan. Ia menganggap itu sebuah takdir.
Bayu makin terpana dengan pesona Lisa hingga akhirnya laki-laki itu lupa kalau ia sudah memiliki istri yang sangat mencintainya. Bayu justru makin berani menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih bersama Lisa di belakang Tiara.
Sejak saat itu, sikap Bayu akhirnya berubah dan sering mengabaikan Tiara. Ia juga berani tidak pulang ke rumah dengan alasan menyelesaikan pekerjaan kantor. Padahal tujuannya adalah agar dapat bersama dengan Lisa.
=============
***Tiara tidak dapat menahan diri agar tidak menangis. Ia sangat terkejut mendengar penjelasan Bayu. Dia makin sedih mengingat Aditya yang tidak tinggal bersamanya. Tiara sangat merindukan anak sulungnya tersebut.Tiara tidak sabar ingin bertemu Aditya. Dua bulan berpisah dengan sang buah hati, seperti berabad-abad lamanya. Ia tidak tahu seperti apa keadaan Aditya saat ini. Ia selalu mencemaskan anaknya itu.“Kita harus cari Adit, Mas.” Begitu pinta Tiara kepada Arya setelah dirinya mengakhiri telepon dengan Bayu.“Tapi sampai detik ini, kita belum tahu di mana Adit, Sayang.” Arya selalu bersabar menenangkan sang istri.“Mas Bayu bilang, Ayah pernah melihat seorang anak yang mirip dengan Adit. Tapi Ayah tidak berhasil menghampiri anak itu karena keburu pergi. Terus, temannya Mas Bayu yang berprofesi sebagai dokter, juga memiliki pasien baru-baru ini yang bernama Adit. Apa itu kebetulan, Mas?”“Bisa jadi, Sayang, sebab banyak anak memiliki nama yang sama dengan anak kita.”“Tapi kita
***Pak Arif dan Bu Laras pun akhirnya memasuki mobil, lalu meluncur dari tempat itu. Pak Arif masih memikirkan apa yang dia saksikan tadi. Akan tetapi, laki-laki paruh baya itu tidak terlalu merasa yakin kalau anak yang dilihat tadi adalah cucunya.Pak Arif berpikir, bagaimana mungkin Aditya ada di kota yang berbeda dengan orang tuanya? Sementara itu dia tahu kalau anak tersebut menghilang dari sekolah, dan pasti di kota kelahirannya. Pak Arif tidak ingin menduga-duga.Dia berpikir akan lebih baik jika menghubungi Bayu saja. Ayahnya Tiara tersebut sudah percaya kepada Bayu walaupun laki-laki itu pernah menyakiti Tiara. Pak Arif mengakui perubahan yang terlihat sekarang pada mantan menantunya tersebut.“Ayah kenapa? Lagi mikirin sesuatu?” Ternyata Bu Laras menyadari sikap yang ditunjukkan oleh suaminya. Wajah Pak Arif tampak seperti sedang memikirkan sesuatu.“Nggak, Bun.” Pak Arif terpaksa tidak memberitahukan apa yang dia pikirkan kepada istrinya. Dia tidak ingin melihat wanita itu
***Tiara merasakan sesuatu yang aneh. Aditya seolah-olah berlari dan berteriak memanggil dirinya. Hati Tiara kini menjadi tidak tenang karena takut terjadi sesuatu terhadap sang buah hati tercinta.Selama ini, Tiara telah berusaha untuk meyakinkan hati bahwa Aditya akan kembali mendekap dirinya. Namun, entah kenapa keyakinan itu tiba-tiba goyah saat dia merasakan sesuatu yang tidak dapat dimengerti. Tanpa diminta, bulir bening milik Tiara jatuh membasahi pipi.Arya yang kini mendekap Tiara, merasa sedih melihat wanita tersebut. Dia tidak dapat membayangkan seperti apa perasaan Tiara saat ini. Sebulan lamanya tidak mengetahui darah daging sendiri, itu pasti akan membuat sang istri terpukul.“Sayang, kamu kenapa?” Arya mengusap pipi Tiara. Dia membantu wanita itu beranjak dari tempat tidur menuju sofa yang ada di dekat jendela.“Aku takut, Mas.” Tiara menempelkan kepalanya di bahu Arya setelah mereka duduk di sofa tersebut.“Takut kenapa, Sayang?” “Aku merasa sesuatu terjadi pada Adit
***Seminggu telah berlalu, Aditya belum juga ditemukan. Tiara dan Arya semakin mencemaskan anak yang sangat mereka sayangi tersebut. Pasangan suami-istri itu sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi belum juga menunjukkan hasil.Tiara tidak pernah menyangka akan mengalami penderitaan yang sangat sakit seperti ini. Dia merasa kalau takdir telah mempermainkan hidupnya. Saat dirinya mengandung Aditya, dia dibuang oleh sang mantan suami. Setelah sang buah hati berumur lima tahun, kenyataan pahit kembali menghampirinya. Mereka harus berpisah.“Adit ke mana, Mas?” Tiara kembali menangis sambil mencium pakaian milik Aditya di kamar anak itu.“Kita sudah berusaha, Sayang, tapi kenyataannya Adit belum bersama kita sekarang. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah, tetap berharap agar Adit dalam keadaan baik-baik saja.” Arya selalu berusaha untuk menenangkan Tiara.“Apa yang harus kita lakukan, Mas? Ayah kandungnya Adit juga seolah-olah tidak peduli. Dia nggak berusaha menghubungiku.” Tiara ke
*** Tiara semakin tidak tenang karena sampai malam hari tiba, keberadaan Aditya belum juga diketahui. Tiara pun tidak mampu untuk tetap diam, dia ingin memberitahukan apa yang terjadi kepada Bayu.Tiara berpikir bahwa ayah kandung Aditya berhak tahu keadaan putranya saat ini. Ternyata Arya juga memiliki pikiran yang sama dengan sang istri. Dia pun memberikan persetujuan kepada Tiara agar menghubungi Bayu.Arya sangat mengerti dengan perasaan Tiara saat ini. Dia tidak ingin melihat kesedihan berlarut-larut menghampiri istrinya. Jika malam ini Aditya belum juga ditemukan, Arya akan segera melaporkan kejadian ini kepada yang berwajib besok pagi.Tiara segera mencari nomor kontak Bayu di ponselnya, lalu menekan tombol simbol telepon berwarna hijau. Dia berharap agar Bayu bersedia mencari tahu keberadaan sang buah hati tercinta. Tiara sangat tahu seperti apa besarnya kasih sayang mantan suaminya terhadap Aditya.“Hallo, Tia.” Tiara pun mendengar suara Bayu. Wanita itu tidak tahu bahwa san
***“Mas, kamu udah jemput Adit?” tanya Tiara kepada Arya melalui telepon.“Bukannya tadi aku udah nelepon kamu, Sayang. Aku nggak bisa jemput Adit hari ini karena lagi ada meeting.” Arya bingung mendengar pertanyaan istrinya.“Tapi Adit nggak ada di sekolah, Mas. Aku menemui gurunya tadi, kata beliau ada laki-laki yang jemput Adit. Beliau pikir itu kamu.” Tiara mulai tampak khawatir.“Dari tadi aku tetap di kantor, Sayang.” Arya juga mulai panik.“Jadi, siapa yang jemput Adit, Mas? Adit ke mana?” Tiara tidak mampu menahan air matanya. “Kamu harus tenang, ya, Sayang. Kamu di mana sekarang? Masih di sekolah Adit?” tanya Arya kepada istrinya.“Iya, Mas. Aku ke sini sama Pak Amin.” Tiara menjelaskan kalau dirinya ke sekolah Aditya bersama Pak Amin, supir keluarga Arya.“Oke, Sayang. Kamu minta Pak Amin pulang sekarang. Sebentar lagi aku sampai di sekolah Adit. Aku tutup teleponnya, ya.” Arya pun memasuki mobilnya, lalu meluncur meninggalkan kantor.Tiara merasa dunianya berakhir setelah