Anja menggelengkan kepala. “Sama sekali nggak.”“Kalau gitu, kamu suka?” “Apa saya harus menjawab, setelah kita sudah melakukannya?” William tertawa, ia pandangi iris mata bening itu, “Saya tidak ingin hubungan kita sampai di sini,” gumam William. “Why?” “Karena saya sudah merasakan bagaimana nikmatnya bercinta dengan kamu,” bisik Wiliam. “Istirahat lah, kamu pasti lelah,” ucap William, ia memandang Anja yang mengubah posisi tidurnya menyamping, namun William menarik tubuh Anja, dan membenamkan wajah itu ke dadanya. “Enjoy our moment.” *** Anja membersihkan tubuhnya dengan air hangat, ia merasakan rileks, dan lelahnya hilang begitu saja. Ia memejamkan mata beberapa detik, otaknya terus berpikir dengan ekstra bahwa ia tidak menyangka kalau ia sudah having sex dengan pria bernama William, pria itu merupakan klien nya sendiri. Bekerja sembilan tahun lamanya di perusahaan ini, baru kali ini ia melakukan hal gila. Ia tidak mengerti jalan pikirannya. Hanya karena dia tampan dan peng
HAPPY READINGAnja menggelengkan kepala, “Sama sekali nggak?”“Kamu suka?”“Apa saya harus menjawab, setelah kita sudah melakukannya?”William tertawa, ia pandangi iris mata bening itu, “Saya tidak ingin hubungan kita sampai di sini,” gumam William.“Why?”“Karena saya sudah merasakan bagaimana nikmatnya bercinta dengan kamu,” bisik Wiliam.“Istirahat lah, kamu pasti lelah,” ucap William, ia memandang Anja yang mengubah posisi tidurnya menyamping, namun William menarik tubuh Anja, dan membenamkan wajah itu ke dadanya.“Enjoy our moment.”***Anja membersihkan tubuhnya dengan air hangat, ia merasakan rileks, dan lelahnya hilang begitu saja. Ia memejamkan mata beberapa detik, otaknya terus berpikir dengan ekstra bahwa ia tidak menyangka kalau ia sudah having sex dengan pria bernama William, pria itu merupakan klien nya sendiri. Bekerja sembilan tahun lamanya di perusahaan ini, baru kali ini ia melakukan hal gila. Ia tidak mengerti jalan pikirannya. Hanya karena dia tampan dan pengusaha
HAPPY READINGMereka sudah berada di basemen, William mengikuti langkah Anja menuju mobilnya. Wanita itu menghidupkan central lock, ia memperhatikan mobil Anja, mobilnya HRV berwarna putih bentuknya sporty dan terkesan maskulin, mobil dengan 2 seat memang terkesan feminim dan Anja memang sangat pantas menggunakannya. Ia yakin kalau Anja memiliki finansial yang baik sehingga mampu membeli mobil ini.“Kamu hati-hati di jalan. Fun to drive.”“Kamu juga.”“Nanti saya akan hubungi kamu lagi,” ucap William.“Iya.”William mencondongkan wajahnya dan mengecup kening Anja, ia memeluk sebentar sebelum melepaskan kepergian Anja. Anja merasakan ketenangan pada dirinya, ia mendongakan wajahnya menatap William. Ia lalu melangkah menjauhi pria itu.“Saya pulang dulu,” ucap Anja, ia membuka hendel pintu mobilnya.“Iya.”William memandang Anja, menghidupkan mesin mobilnya, setalah itu mobil meninggalkan area parkiran. Setelah itu mobil hilang dari pandangannya. Ia kembali ke mobilnya, ia masuk ke dala
HAPPY READINGIa memandang ke samping, di dekat ruangannya ada dua blok kubikel kecil dan besar, di sana di isi oleh staff-nya, Karen, Tio dan Nia. Di belakangnya terdapat ruangan direktur marketing, pak Emmanuel, dia sudah berumur 59 tahun, katanya jabatannya akan digantikan oleh sang anak dari USA. Ia pernah mendengar kalau beliau memiliki saham 30 persen di perusahaan ini. Perusahaan ini dibangun oleh tiga bersaudara salah satunya pak Emmanuel, walau dia tidak terlalu aktif di kantor.Beberapa saat kemudian, ia memandan pak Emmanuel keluar dari ruangannya, pria itu masih tampak gagah dengan balutan kemeja biru dan celana hitam. Pria itu berjalan tersenyum kepadanya, mungkin beliau mendengar bahwa pak Willi sebagai target utama mereka menyetujui kerja sama ini. Ia lalu berdiri ketika pak Emmanuel berada di hadapannya.“Selamat ya ibu Anja, saya dengar pak William sudah menyetujui kerja sama dengan kita.”Anja tersenyum, “Iya, pak sama-sama.”“Saya senang dengan kinerja kamu. Kamu
HAPPY READINGIa membandingkan William dan Richad, mungkin mereka berdua sama-sama pria dewasa, William itu cool dan Richad lebih hot. Oh Tuhan, kenapa ia membandingan pria itu dengan William, padahal mereka sama sekali tidak kenal.“Selamat sore pak, bapak cari saya?” Sapa Anja, ia lalu masuk ke dalam.“Selama sore juga Anjani, mari masuk,” ucap pak Emmanuel.Anja menutup pintu itu kembali, ia memandang pak Emmanuel beranjak dari duduknya, lalu menghampirinya. Ia itdak tahu prihal pak Emmanuel memanggilnya di jam-jam mau pulang seperti ini.“Kamu belum pulang?”“Belum pak, sebentar lagi,” ucap Anja.Pak Emmanuel melirik putranya, pria itu lalu beranjak dari duduknya mendekati sang ayah.“Ini anak pertama saya Richad Austin, dia yang akan menggantikan saya mulai besok.”Richad memperhatkan wanita yang baru masuk itu, katanya dia adalah Anjani seorang manager marketing di perusahaan ini. Semua orang mengakui kalau kinerja Anjani sangat baik, bahkan sang ayah kerap memujinya. Katanya di
HAPPY READINGJuliet menarik nafas, “Menurut gua, FWB nggak ada masa depannya sih, cuma sebatas having fun. Hanya menjalin relasi intim sama lawan jenis. Ada sih, beberapa orang yang open relationship. Kayak pacaran tapi nggak mau komitmen yang jelas.”“Itu kayak kasual aja sih? Tapi ada jarak, dia bebas ngapain aja dan lo bebas juga.”“Tapi menurut gua, nggak guna juga sih hubungan kayak gitu. Intinya lo nggak mau berkomitmen dengan siapapun dia juga gitu.”“Terus.”“Kalau lo tanya gue mau apa nggak, ya gue nggak lah. Enggak jelas gitu,” ucap Juliet.“FWB itu, make it clear, no baper, dan jangan pakai perasaan.”Juliet memicingkan matanya, “Lo FWB an?” Tanya Juliet to the point.Anja sebenarnya tidak tahu, apa hubungan dirinya dan William, mereka tidak konfirmasi apapun. Hanya saja ia dan William melakukan hubungan intim, lalu dia menawarkan friend with benefit, dan ia merasa bahwa inilah yang ia jalani. Ia akui bahwa ia memang jenuh menjalani hubungan konvensional, karena terlalu me
HAPPY READING“Morning, Anja.”“Morning juga, pak.”William menyungging senyum akhirnya ia bisa mendengar suara wanita ini lagi.“Kamu lagi apa?”“Saya lagi breakfast dengan teman saya.”“Di mana?”“Di Le Quartier,” ucap Anja.William menyungging senyum, “Padahal tadi saya mau ngajak kamu brunch. Nanti malam kamu sibuk nggak?” Tanya William.“Enggak sih. Kenapa?”“Saya ngajak kamu dinner.”“Hemmm.”“Saya jemput kamu.”“Memang bapak tau saya tinggal di mana?”“Enggak, makanya kamu kasih alamatnya ke saya.”Anja menahan tawa, ia melihat Juliet yang terkekeh, “Iya.”“Sampai ketemu, nanti malam.”Sambunganpun terputus begitu saja, Anja meletakan ponsel di meja. Ia melirik Juliet yang hanya menyungging senyum.“Ngajak ketemuan?”“Iya, malam ini dia ngajak dinner gitu.”“Yaudah, pergi aja.”“Gua harus gimana?” Tanya Anja, ia memakan cake nya lagi.“Jalani aja lah. Lo kayak kesenengan gitu sama William.”“Ih, lo kok tau sih.”“Ekpresi wajah lo nggak bisa bohong Anja.”Anja tertawa geli, “Dia
HAPPY READING***Anja dan Richad lalu keluar dari office. Anja tahu kalau seharusnya pak Richad membawa sekretarisnya untuk pergi kegiatan namun justru dia tidak membawanya. Ia melirik pak Richad menyeimbangi langkahnya, pria itu terlihat ramah dengan beberapa karyawan, mungkin karena dia baru, jadi butuh penyesuaian. Namun yang ia lihat dia tidak mengurangi wibawanya sebagai atasan.Mereka masuk ke dalam lift dan lift menuju lantai dasar. Richad menatap Anja, wanita itu berada di sampingnya,“Bertemunya di gerai bawah kan?”“Iya, pak benar.”Anja melirik pak Richad, tidak enak rasanya hanya diam-diam saja seperti ini, “Bagaimana hari pertama bapak berkerja di kantor ini?”Richad memandang Anja, “Saya masih penyesuaian, kurang lebih mirip budaya capitalist seperti China dan Amerika, agak workaholic saya lihat. Saya kemarin di sini sampai jam delapan malam, saya melihat banyak karyawan yang masih di office.”Anja tertawa, “Saya biasa juga pulang jam segitu.”“Why?”“Menghindari macet,