Share

BAB 7

No, saya di sini  saja,” jawab Anja pada akhirnya,

“Why? Saya nggak apa-apain kamu?”

Ucapan William membuat Anja mulai berpkir.

Ia menatap mata elang itu lama.

Anja sadar benar pria itu tidak aman, namun entahlah ia tetap melakukannya. Dilepasnya stiletto, dan mulai mendekati William.

Entah apa yang merasuki dirinya, Anjani pun  berbaring di samping pria itu.

Sungguh ia menangkap umpan William dengan sangat baik, ia tahu bahwa ini tidak akan baik-baik saja.

Anja menaikan kepalanya di atas bantal, ia menatap langit-langit plafon dan berusaha setenang mungkin. Sementara William mengubah posisi tidurnya menyamping, ia memandang Anja, ia dapat mencium aroma parfume vanilla dari tubuh wanita itu.

Mereka saling menatap satu sama lain, dilihat dari jarak dekat seperti ini, Anja terlihat semakin menarik. Ia tahu masih banyak wanita-wanita di luar sana jauh lebih cantik dari Anja. Namun saat dia berpendapat terdengar realistis. Sejujurnya ia suka dengan wanita yang berpikiran terbuka seperti Anja. Berbicara dengan wanita yang open minded seperti Anja ini sangat asyik dan ia merasa sangat di terima,  willing to consider new ideas, unprejudiced.

“Kamu biasa dipanggil apa?” tanya William.

“Semua orang memanggil saja Anja.”

“Nice name, Anja,” ucap Wiliam dengan suara semakin berat.

Anja merinding. Ia pun menoleh ke samping menatap William, “Iya.”

“Kamu mau jadi FWB sama saya?” ycap William akhirnya to the point menyuarakan yang ada di dalam pikirannya.

Anja sudah menduga bahwa William akan membahas ini, ia menelan ludah, “Why?”

Pria itu menarik nafas beberapa detik, “Karena saya tidak ingin memiliki ikatan dengan wanita manapun. Dan alasan selanjutnya, karena saya  senang ngobrol sama kamu, tidak lebih.”

“No, saya tidak akan melakukannya,” ucap Anja.

“Kita sama Anja, sama-sama tidak ingin berkomitmen dengan siapapun.”

“Tapi itu beresiko, saya tidak ingin. Apalagi saya baru kenal kamu satu jam yang lalu.”

“I know, tapi ini just FWB, enggak perlu mengenal terlalu dalam kan? Kamu bebas dengan dunia kamu dan saya pun begitu.”

“So, you want sex?”

“Of course, I'm realistic. Jika kamu ingin, saya akan memberikan apa yang kamu butuhkan.”

“Are you trying to be a sugar daddy?”

William tertawa geli. “Kita hanya berda beberapa tahun Anja, umur saya masih 36 tahun. Kamu jangan mengatakan saya sugar daddy, saya nggak setua itu.”

“Oh God. Apakah kamu bisa membuang semua ide gila kamu, saya ini mitra kerja kamu. Saya hanya manager marketing yang menawarkan material kepada kamu.”

“Terus masalahnya di mana? Itu hal biasa kan, anggap saja ini hubungan relasi.”

Anja tidak menyangka bahwa William memiliki pikiran ingin FWB dengannya, padahal mereka baru saja kenal. Mereka saling menatap satu sama lain, pria itu memperhatikannya.

Anja tahu, ini kedengarannya gila, wanita mana yang berani menolak seorang William, lihtalah betapa tampannya dia,

“Kalau kamu ragu, kamu bisa jawab nanti,” ucap William memberi waktu Anja untuk berpikir atas tawarannya.

Anja hanya diam, tidak menjawab pertanyaan William. Ia mengalihkan pandangannya ke arah layar TV. Namun pikirannya ke mana-mana, ia bingung akan melakukan apa. Jarak mereka sangat dekat bahkan ia merasakan deru nafas mereka terdengar.

Suara TV yang menyala, seakan tidak terdengar, karena fokusnya hanya William. Mereka disibukan dengan pikiran masing-masing.

William menarik nafas.

Sebagai seorang pria, tentu saja pikirannya menggila kala berduaan saja dengan Anjani.

Ia sudah membayangkan bagaimana posisi yang enak. Bahkan, foreplay apa yang harus mereka lakukan.

Haruskah ia melakukan itu kepada Anjani sekarang? 

William ingin tahu bagaimana rasanya menyentuh wanita itu. Tapi, pikirannya melarang. Ia khawatir itu akan membuat Anja takut kepadanya, kecuali mereka sama-sama ingin melakukanya.

William mencoba fokus memandang ke arah layar TV.

Tapi, di sana justru menayangkan film Fifth Shades of Grey, kisah percintaan mahasiswi dan seorang CEO perusahaan dengan fetish seksual sedomakisme-nya!

Banyak adegan ranjang dipertontonkan secara eksplisit dalam series pertama ini.

'Shit,' maki William dalam hati.

Sementara itu, Anja melirik William memandang film itu cukup serius. Bermenit-menit mereka hanya diam menyaksikan adegan demi adegan dewasa diperlihatkan.

Tanpa sengaja, mata keduanya saling bertatapan. Tampak hasrat menyelimuti keduanya kala melihat Anastasia Steele berhubungan seks dengan Christian Grey diikat menggunakan tali di ranjang.

Adegan itu membuat libido keduanya naik. 

“Kamu kenapa?” ucap William memecah keheningan.

Suaranya yang terdengar serak membuat Anja merinding.

Entah mengapa, perempuan itu tak tahan. Ia lalu beranjak dari tidurnya dan memutuskan tak bisa berlama-lama dengan William di kamar hotel ini.

William pun ikut berdiri memperhatikan Anja yang menjauhi tempat tidur. Ia mendekati Anjani. "Are you okay?”

Yes, I'm okay,” ucap Anja pelan.

“Tapi?"  William menatapnya dengan menyelidik. 

“I am fine,” ucap Anja gugup.

“You're not fine, Anja.”  William mendekati Anja, ia mencoba memegang pundak Anja, namun wanita itu mengelak menjauhinya.

“Don’t touch me! Saya justru tidak tenang disentuh kamu.” Anja menarik nafas sembari memandang William berani, “Stay away from me!”

“Saya tidak mengerti kenapa kamu ingin saya menjauh, bahkan saya tidak menyentuh kamu,” ucap William tidak mengerti.

“Saya nggak suka kamu dekat-dekat saya.”

“Mind to explain?

Namun, Anja belum memberi jawaban kepadanya....

Ia justru memejamkan matanya beberapa detik. Hanya saja, saat ia membuka mata, William sudah berada di hadapannya!

Jarak mereka sangat dekat, bahkan Anja merasakan hembusan nafas William dipermukaan wajahnya.

Seketika kamar yang dingin itu berubah hawanya menjadi panas. 

Anjani menahan nafas, ketika tangan hangat William menyentuhnya.

Rasa hangat itu menjalar ke tubuh.

Tanpa bisa dicegah, William pun menyatukan bibirnya dan bibir Anjani!

"Ehmmm...."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status