“No, saya di sini saja,” jawab Anja pada akhirnya,
“Why? Saya nggak apa-apain kamu?”
Ucapan William membuat Anja mulai berpkir.
Ia menatap mata elang itu lama.
Anja sadar benar pria itu tidak aman, namun entahlah ia tetap melakukannya. Dilepasnya stiletto, dan mulai mendekati William.
Entah apa yang merasuki dirinya, Anjani pun berbaring di samping pria itu.
Sungguh ia menangkap umpan William dengan sangat baik, ia tahu bahwa ini tidak akan baik-baik saja.
Anja menaikan kepalanya di atas bantal, ia menatap langit-langit plafon dan berusaha setenang mungkin. Sementara William mengubah posisi tidurnya menyamping, ia memandang Anja, ia dapat mencium aroma parfume vanilla dari tubuh wanita itu.
Mereka saling menatap satu sama lain, dilihat dari jarak dekat seperti ini, Anja terlihat semakin menarik. Ia tahu masih banyak wanita-wanita di luar sana jauh lebih cantik dari Anja. Namun saat dia berpendapat terdengar realistis. Sejujurnya ia suka dengan wanita yang berpikiran terbuka seperti Anja. Berbicara dengan wanita yang open minded seperti Anja ini sangat asyik dan ia merasa sangat di terima, willing to consider new ideas, unprejudiced.
“Kamu biasa dipanggil apa?” tanya William.
“Semua orang memanggil saja Anja.”
“Nice name, Anja,” ucap Wiliam dengan suara semakin berat.
Anja merinding. Ia pun menoleh ke samping menatap William, “Iya.”
“Kamu mau jadi FWB sama saya?” ycap William akhirnya to the point menyuarakan yang ada di dalam pikirannya.
Anja sudah menduga bahwa William akan membahas ini, ia menelan ludah, “Why?”
Pria itu menarik nafas beberapa detik, “Karena saya tidak ingin memiliki ikatan dengan wanita manapun. Dan alasan selanjutnya, karena saya senang ngobrol sama kamu, tidak lebih.”
“No, saya tidak akan melakukannya,” ucap Anja.
“Kita sama Anja, sama-sama tidak ingin berkomitmen dengan siapapun.”
“Tapi itu beresiko, saya tidak ingin. Apalagi saya baru kenal kamu satu jam yang lalu.”
“I know, tapi ini just FWB, enggak perlu mengenal terlalu dalam kan? Kamu bebas dengan dunia kamu dan saya pun begitu.”
“So, you want sex?”
“Of course, I'm realistic. Jika kamu ingin, saya akan memberikan apa yang kamu butuhkan.”
“Are you trying to be a sugar daddy?”
William tertawa geli. “Kita hanya berda beberapa tahun Anja, umur saya masih 36 tahun. Kamu jangan mengatakan saya sugar daddy, saya nggak setua itu.”
“Oh God. Apakah kamu bisa membuang semua ide gila kamu, saya ini mitra kerja kamu. Saya hanya manager marketing yang menawarkan material kepada kamu.”
“Terus masalahnya di mana? Itu hal biasa kan, anggap saja ini hubungan relasi.”
Anja tidak menyangka bahwa William memiliki pikiran ingin FWB dengannya, padahal mereka baru saja kenal. Mereka saling menatap satu sama lain, pria itu memperhatikannya.
Anja tahu, ini kedengarannya gila, wanita mana yang berani menolak seorang William, lihtalah betapa tampannya dia,
“Kalau kamu ragu, kamu bisa jawab nanti,” ucap William memberi waktu Anja untuk berpikir atas tawarannya.
Anja hanya diam, tidak menjawab pertanyaan William. Ia mengalihkan pandangannya ke arah layar TV. Namun pikirannya ke mana-mana, ia bingung akan melakukan apa. Jarak mereka sangat dekat bahkan ia merasakan deru nafas mereka terdengar.
Suara TV yang menyala, seakan tidak terdengar, karena fokusnya hanya William. Mereka disibukan dengan pikiran masing-masing.
William menarik nafas.
Sebagai seorang pria, tentu saja pikirannya menggila kala berduaan saja dengan Anjani.Ia sudah membayangkan bagaimana posisi yang enak. Bahkan, foreplay apa yang harus mereka lakukan.
Haruskah ia melakukan itu kepada Anjani sekarang?
William ingin tahu bagaimana rasanya menyentuh wanita itu. Tapi, pikirannya melarang. Ia khawatir itu akan membuat Anja takut kepadanya, kecuali mereka sama-sama ingin melakukanya.William mencoba fokus memandang ke arah layar TV.
Tapi, di sana justru menayangkan film Fifth Shades of Grey, kisah percintaan mahasiswi dan seorang CEO perusahaan dengan fetish seksual sedomakisme-nya!
Banyak adegan ranjang dipertontonkan secara eksplisit dalam series pertama ini.
'Shit,' maki William dalam hati.
Sementara itu, Anja melirik William memandang film itu cukup serius. Bermenit-menit mereka hanya diam menyaksikan adegan demi adegan dewasa diperlihatkan.
Tanpa sengaja, mata keduanya saling bertatapan. Tampak hasrat menyelimuti keduanya kala melihat Anastasia Steele berhubungan seks dengan Christian Grey diikat menggunakan tali di ranjang.
Adegan itu membuat libido keduanya naik.
“Kamu kenapa?” ucap William memecah keheningan.
Suaranya yang terdengar serak membuat Anja merinding.
Entah mengapa, perempuan itu tak tahan. Ia lalu beranjak dari tidurnya dan memutuskan tak bisa berlama-lama dengan William di kamar hotel ini.
William pun ikut berdiri memperhatikan Anja yang menjauhi tempat tidur. Ia mendekati Anjani. "Are you okay?”
“Yes, I'm okay,” ucap Anja pelan.
“Tapi?" William menatapnya dengan menyelidik.
“I am fine,” ucap Anja gugup.
“You're not fine, Anja.” William mendekati Anja, ia mencoba memegang pundak Anja, namun wanita itu mengelak menjauhinya.
“Don’t touch me! Saya justru tidak tenang disentuh kamu.” Anja menarik nafas sembari memandang William berani, “Stay away from me!”
“Saya tidak mengerti kenapa kamu ingin saya menjauh, bahkan saya tidak menyentuh kamu,” ucap William tidak mengerti.
“Saya nggak suka kamu dekat-dekat saya.”
“Mind to explain?”
Namun, Anja belum memberi jawaban kepadanya....
Ia justru memejamkan matanya beberapa detik. Hanya saja, saat ia membuka mata, William sudah berada di hadapannya!
Jarak mereka sangat dekat, bahkan Anja merasakan hembusan nafas William dipermukaan wajahnya.
Seketika kamar yang dingin itu berubah hawanya menjadi panas.
Anjani menahan nafas, ketika tangan hangat William menyentuhnya.
Rasa hangat itu menjalar ke tubuh.
Tanpa bisa dicegah, William pun menyatukan bibirnya dan bibir Anjani!
"Ehmmm...."
HAPPY READING William memandang Anja cukup serius, memperhatikan wanita itu dari kejauhan, ia menepuk bantal di sampingnya, “Kamu nggak mau ke sini?” Tanya William. Anja menarik nafas, ia tidak bisa membayangkan bagaimana ia bisa sekasur dengan William. “No, saya di sini saja.” “Why? Saya nggak apa-apain kamu?” Ucap William. Anja mulai berpkir, ia menatap mata elang itu. Ia tahu bahwa pria itu tidak aman, namun entahlah ia tetap melakukannya. Anja lalu melepas stiletto nya, ia menatap William, ia tidak yakin kalau William tidak akan apa-apain dirinya jika mereka bersama. Entah dorongan apa, ia mendekati William, dan lalu berbaring di samping pria itu. Sungguh ia menangkap umpan William dengan sangat baik, ia tahu bahwa ini tidak akan baik-baik saja. Anja menaikan kepalanya di atas bantal, ia menatap langit-langit plafon dan berusaha setenang mungkin. Sementara William mengubah posisi tidurnya menyamping, ia memandang Anja, ia dapat mencium aroma parfume vanilla dari tubuh wanita
Anja menggelengkan kepala. “Sama sekali nggak.”“Kalau gitu, kamu suka?” “Apa saya harus menjawab, setelah kita sudah melakukannya?” William tertawa, ia pandangi iris mata bening itu, “Saya tidak ingin hubungan kita sampai di sini,” gumam William. “Why?” “Karena saya sudah merasakan bagaimana nikmatnya bercinta dengan kamu,” bisik Wiliam. “Istirahat lah, kamu pasti lelah,” ucap William, ia memandang Anja yang mengubah posisi tidurnya menyamping, namun William menarik tubuh Anja, dan membenamkan wajah itu ke dadanya. “Enjoy our moment.” *** Anja membersihkan tubuhnya dengan air hangat, ia merasakan rileks, dan lelahnya hilang begitu saja. Ia memejamkan mata beberapa detik, otaknya terus berpikir dengan ekstra bahwa ia tidak menyangka kalau ia sudah having sex dengan pria bernama William, pria itu merupakan klien nya sendiri. Bekerja sembilan tahun lamanya di perusahaan ini, baru kali ini ia melakukan hal gila. Ia tidak mengerti jalan pikirannya. Hanya karena dia tampan dan peng
HAPPY READINGAnja menggelengkan kepala, “Sama sekali nggak?”“Kamu suka?”“Apa saya harus menjawab, setelah kita sudah melakukannya?”William tertawa, ia pandangi iris mata bening itu, “Saya tidak ingin hubungan kita sampai di sini,” gumam William.“Why?”“Karena saya sudah merasakan bagaimana nikmatnya bercinta dengan kamu,” bisik Wiliam.“Istirahat lah, kamu pasti lelah,” ucap William, ia memandang Anja yang mengubah posisi tidurnya menyamping, namun William menarik tubuh Anja, dan membenamkan wajah itu ke dadanya.“Enjoy our moment.”***Anja membersihkan tubuhnya dengan air hangat, ia merasakan rileks, dan lelahnya hilang begitu saja. Ia memejamkan mata beberapa detik, otaknya terus berpikir dengan ekstra bahwa ia tidak menyangka kalau ia sudah having sex dengan pria bernama William, pria itu merupakan klien nya sendiri. Bekerja sembilan tahun lamanya di perusahaan ini, baru kali ini ia melakukan hal gila. Ia tidak mengerti jalan pikirannya. Hanya karena dia tampan dan pengusaha
HAPPY READINGMereka sudah berada di basemen, William mengikuti langkah Anja menuju mobilnya. Wanita itu menghidupkan central lock, ia memperhatikan mobil Anja, mobilnya HRV berwarna putih bentuknya sporty dan terkesan maskulin, mobil dengan 2 seat memang terkesan feminim dan Anja memang sangat pantas menggunakannya. Ia yakin kalau Anja memiliki finansial yang baik sehingga mampu membeli mobil ini.“Kamu hati-hati di jalan. Fun to drive.”“Kamu juga.”“Nanti saya akan hubungi kamu lagi,” ucap William.“Iya.”William mencondongkan wajahnya dan mengecup kening Anja, ia memeluk sebentar sebelum melepaskan kepergian Anja. Anja merasakan ketenangan pada dirinya, ia mendongakan wajahnya menatap William. Ia lalu melangkah menjauhi pria itu.“Saya pulang dulu,” ucap Anja, ia membuka hendel pintu mobilnya.“Iya.”William memandang Anja, menghidupkan mesin mobilnya, setalah itu mobil meninggalkan area parkiran. Setelah itu mobil hilang dari pandangannya. Ia kembali ke mobilnya, ia masuk ke dala
HAPPY READINGIa memandang ke samping, di dekat ruangannya ada dua blok kubikel kecil dan besar, di sana di isi oleh staff-nya, Karen, Tio dan Nia. Di belakangnya terdapat ruangan direktur marketing, pak Emmanuel, dia sudah berumur 59 tahun, katanya jabatannya akan digantikan oleh sang anak dari USA. Ia pernah mendengar kalau beliau memiliki saham 30 persen di perusahaan ini. Perusahaan ini dibangun oleh tiga bersaudara salah satunya pak Emmanuel, walau dia tidak terlalu aktif di kantor.Beberapa saat kemudian, ia memandan pak Emmanuel keluar dari ruangannya, pria itu masih tampak gagah dengan balutan kemeja biru dan celana hitam. Pria itu berjalan tersenyum kepadanya, mungkin beliau mendengar bahwa pak Willi sebagai target utama mereka menyetujui kerja sama ini. Ia lalu berdiri ketika pak Emmanuel berada di hadapannya.“Selamat ya ibu Anja, saya dengar pak William sudah menyetujui kerja sama dengan kita.”Anja tersenyum, “Iya, pak sama-sama.”“Saya senang dengan kinerja kamu. Kamu
HAPPY READINGIa membandingkan William dan Richad, mungkin mereka berdua sama-sama pria dewasa, William itu cool dan Richad lebih hot. Oh Tuhan, kenapa ia membandingan pria itu dengan William, padahal mereka sama sekali tidak kenal.“Selamat sore pak, bapak cari saya?” Sapa Anja, ia lalu masuk ke dalam.“Selama sore juga Anjani, mari masuk,” ucap pak Emmanuel.Anja menutup pintu itu kembali, ia memandang pak Emmanuel beranjak dari duduknya, lalu menghampirinya. Ia itdak tahu prihal pak Emmanuel memanggilnya di jam-jam mau pulang seperti ini.“Kamu belum pulang?”“Belum pak, sebentar lagi,” ucap Anja.Pak Emmanuel melirik putranya, pria itu lalu beranjak dari duduknya mendekati sang ayah.“Ini anak pertama saya Richad Austin, dia yang akan menggantikan saya mulai besok.”Richad memperhatkan wanita yang baru masuk itu, katanya dia adalah Anjani seorang manager marketing di perusahaan ini. Semua orang mengakui kalau kinerja Anjani sangat baik, bahkan sang ayah kerap memujinya. Katanya di
HAPPY READINGJuliet menarik nafas, “Menurut gua, FWB nggak ada masa depannya sih, cuma sebatas having fun. Hanya menjalin relasi intim sama lawan jenis. Ada sih, beberapa orang yang open relationship. Kayak pacaran tapi nggak mau komitmen yang jelas.”“Itu kayak kasual aja sih? Tapi ada jarak, dia bebas ngapain aja dan lo bebas juga.”“Tapi menurut gua, nggak guna juga sih hubungan kayak gitu. Intinya lo nggak mau berkomitmen dengan siapapun dia juga gitu.”“Terus.”“Kalau lo tanya gue mau apa nggak, ya gue nggak lah. Enggak jelas gitu,” ucap Juliet.“FWB itu, make it clear, no baper, dan jangan pakai perasaan.”Juliet memicingkan matanya, “Lo FWB an?” Tanya Juliet to the point.Anja sebenarnya tidak tahu, apa hubungan dirinya dan William, mereka tidak konfirmasi apapun. Hanya saja ia dan William melakukan hubungan intim, lalu dia menawarkan friend with benefit, dan ia merasa bahwa inilah yang ia jalani. Ia akui bahwa ia memang jenuh menjalani hubungan konvensional, karena terlalu me
HAPPY READING“Morning, Anja.”“Morning juga, pak.”William menyungging senyum akhirnya ia bisa mendengar suara wanita ini lagi.“Kamu lagi apa?”“Saya lagi breakfast dengan teman saya.”“Di mana?”“Di Le Quartier,” ucap Anja.William menyungging senyum, “Padahal tadi saya mau ngajak kamu brunch. Nanti malam kamu sibuk nggak?” Tanya William.“Enggak sih. Kenapa?”“Saya ngajak kamu dinner.”“Hemmm.”“Saya jemput kamu.”“Memang bapak tau saya tinggal di mana?”“Enggak, makanya kamu kasih alamatnya ke saya.”Anja menahan tawa, ia melihat Juliet yang terkekeh, “Iya.”“Sampai ketemu, nanti malam.”Sambunganpun terputus begitu saja, Anja meletakan ponsel di meja. Ia melirik Juliet yang hanya menyungging senyum.“Ngajak ketemuan?”“Iya, malam ini dia ngajak dinner gitu.”“Yaudah, pergi aja.”“Gua harus gimana?” Tanya Anja, ia memakan cake nya lagi.“Jalani aja lah. Lo kayak kesenengan gitu sama William.”“Ih, lo kok tau sih.”“Ekpresi wajah lo nggak bisa bohong Anja.”Anja tertawa geli, “Dia