Home / Romansa / HASRAT MEMBARA CEO PERKASA / BAB. 4 Tak Sabar Ingin Bertemu

Share

BAB. 4 Tak Sabar Ingin Bertemu

last update Last Updated: 2025-09-24 16:41:56

Di sebuah gedung perkantoran,

Di lantai tertinggi gedung perkantoran JM Corp, ruangan CEO terlihat begitu tenang. Ruangan luas dengan jendela besar yang memperlihatkan pemandangan Kota Jakarta dari ketinggian. Joseph Mikuel, pria tampan dengan jas hitam elegan, sedang sibuk di depan laptopnya. Jemarinya lincah mengetik laporan keuangan yang harus ditinjau sebelum rapat esok hari.

Namun sebuah suara notifikasi email mengalihkan perhatiannya. Dengan gerakan refleks, Joseph menggeser kursor ke ikon email di layar dan melihat subjek pesan yang baru masuk.

"Lamaran Pekerjaan, Mary Violet."

Joseph tiba-tiba merasa dadanya berdebar. Dia mulai menyipitkan mata, memastikan jika dia tidak salah membaca nama itu. Mary Violet. Sebuah nama yang sudah lama tidak didengar olehnya. Dengan penuh rasa penasaran, Joseph segera membuka email tersebut.

Matanya langsung tertuju pada lampiran CV yang tertera. Dengan napas sedikit tertahan, dia mulai mengklik dokumen itu dan mulai membaca.

"Mary Violet, lulusan universitas ternama, memiliki pengalaman di bidang administrasi dan manajemen, serta memiliki keterampilan komunikasi yang baik."

Joseph terus membaca detailnya. Namun, pikirannya mulai melayang ke masa lalu. Nama ini bukan hanya sekadar nama bagi dirinya. Mary Violet adalah cinta pertamanya.

Flashback, SMA Cipta Nusantara, sepuluh tahun lalu,

Joseph berjalan menyusuri lorong sekolah dengan buku tebal di tangannya. Dia bukan tipe siswa yang suka bergaul, lebih sering terlihat dengan tugas dan buku-bukunya. Namun, ada satu orang yang selalu bisa menarik perhatiannya yaitu gadis bernama Mary Violet.

Mary adalah gadis ceria dengan rambut panjang dan senyum yang selalu mampu membuat hatinya bergetar. Mereka dulu sering belajar bersama di perpustakaan. Mary selalu ramah, sangat perhatian, dan tanpa sadar membuat Joseph menyimpan perasaan khusus terhadapnya.

Suatu hari, sebelum hari kelulusan, Joseph hampir mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan perasaannya yang ingin bertunangan dengan Mary.

Namun, sebelum Joseph sempat melakukannya, Mary harus pindah ke luar negeri bersama keluarganya. Sejak itu, mereka kehilangan kontak.

Kembali ke JM Corp,

Joseph menghela napas panjang, kembali ke masa kini. Sekarang, setelah bertahun-tahun, Mary muncul lagi dalam hidupnya, sebagai pelamar kerja untuk posisi sekretaris CEO di perusahaannya sendiri.

Joseph pun menatap layar laptopnya dengan perasaan campur aduk. Takdir seperti sedang mempermainkannya.

“Kali ini, aku tidak akan melepaskanmu, Mary!” tekadnya dalam hati.

Tiba-tiba, suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya.

“Masuk,” ucap Joseph tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.

Pintu terbuka, seorang pria berkacamata dengan jas rapi masuk ke dalam. Dia adalah Andi, asistennya.

“Maaf mengganggu, Bos Joseph. Saya ingin mengingatkan jika sesi wawancara untuk posisi sekretaris CEO akan dimulai besok pagi. Apakah Anda ingin saya menyeleksi pelamar terlebih dahulu?” tanyanya ragu-ragu.

Lalu Asisten Andi berkata lagi,

“Bos, apakah Anda sudah membaca CV pelamar bernama Mary Violet? Sepertinya dia teman kita saat SMA Bos,” tutur Andi lagi.

“Cih! Tentu saja saya sudah membaca dan memeriksa semuanya! Dia adalah Mary. Gadis yang saya cari selama ini!” seru Joseph.

“Sepertinya memang begitu, Bos. Apakah yang harus saya lakukan, Tuan Muda?” tutur sang asisten.

Joseph masih diam beberapa detik sebelum akhirnya mengalihkan pandangan ke arah Andi. Senyum tipis muncul di sudut bibirnya.

“Gagalkan pelamar lainnya. Posisi ini untuk Mary. Saya sendiri yang akan mewawancarainya besok.”

Asisten Andi sedikit terkejut. “Anda sendiri, Tuan Muda?”

Joseph mengangguk pasti. “

Ya. Saya ingin melihat sendiri bagaimana kemampuan dari Mary. Pastikan dia datang tepat waktu besok.”

Asisten Andi mengangguk memahami.

“Baik, kalau begitu saya akan memastikan jika Nona Mary akan hadir besok. Ada hal lain yang perlu saya siapkan, Tuan Muda?”

Joseph menutup laptopnya perlahan.

“Tidak. Cukup pastikan Mary Violet datang tepat waktu di wawancara besok.”

Asisten Andi mencatat semua yang dikatakan oleh sang atasan.

“Baik, Bos! Saya akan pastikan dia hadir.”

Setelah itu, Asisten Andi keluar dari ruangan sang atasan, meninggalkan Joseph yang kini senyum-senyum sendiri. Dia pun menatap CV Mary sekali lagi dan berbisik pelan,

“Akhirnya kita bertemu lagi, Mary.”

Langit malam Jakarta bertabur lampu-lampu kota yang berkelap-kelip, memantulkan cahaya di jalanan yang masih dipadati kendaraan. Joseph Mikuel, CEO JM Corp, melangkah keluar dari lobi gedung kantornya yang megah. Jam tangannya menunjukkan pukul sembilan malam. Dia lalu merapikan jasnya sebelum berjalan menuju mobil sport hitam yang sudah terparkir di depan lobi kantor.

Di samping mobil, Andi, asisten pribadinya, sudah menunggu sambil membuka pintu mobil untuknya.

“Kita langsung ke butik, Bos?” tanya Asisten Andi dengan sopan.

Joseph mengangguk, matanya berbinar penuh semangat.

“Ya. Aku butuh setelan tuksedo yang sempurna untuk besok.”

Asisten Andi hanya tersenyum simpul sebelum masuk ke kursi pengemudi dan mulai melajukan mobil menuju butik ternama di kawasan Jakarta Selatan.

Setengah jam kemudian, mobil sport hitam itu berhenti di depan sebuah butik mewah yang terkenal hanya melayani klien eksklusif. Seorang petugas valet dengan sigap membuka pintu mobil untuk Joseph, sementara Andi tetap berdiri di belakangnya, siap membantu kapan saja.

Saat mereka melangkah masuk, Desainer Elvira, pemilik butik sekaligus desainer ternama, langsung menyambut mereka dengan senyum hangat.

“Tuan Joseph, sudah lama tidak berkunjung ke butik saya. Kali ini Anda ingin mencari apa?” tanyanya dengan nada ramah.

Joseph menatap sekeliling butik yang dipenuhi koleksi eksklusif, lalu menjawab dengan suara tenang,

“Aku butuh setelan tuksedo. Tapi bukan sembarang tuksedo, Desainer Elvira. Aku ingin sesuatu yang elegan, berkelas, dan tentunya istimewa.”

Desainer Elvira mengangkat alisnya dengan penuh minat. “Ah, menarik. Ada acara penting?”

Joseph tersenyum tipis,

“Bisa dibilang begitu.”

Tanpa banyak bertanya lagi, Desainer Elvira segera mengarahkan Joseph ke area fitting eksklusif butik. Beberapa asistennya sudah menyiapkan berbagai koleksi tuksedo limited edition yang tergantung rapi di rak.

“Silakan lihat koleksi ini. Semua adalah edisi terbatas, hanya dibuat untuk klien khusus seperti Anda, Tuan Joseph,” ujar Desainer Elvira sambil menunjuk beberapa setelan tuksedo yang tampak mewah dengan berbagai desain dan potongan.

Joseph berjalan mendekati rak tersebut, menyentuh bahan kainnya satu per satu. Namun, setelah beberapa menit, dia menggeleng.

“Tidak. Ini masih belum sesuai dengan seleraku.”

Desainer Elvira sedikit terkejut. “Tuan Joseph, ini adalah koleksi terbaik kami. Mungkin Anda ingin menjelaskan lebih detail seperti apa yang Anda cari?”

Joseph terdiam sejenak, matanya menerawang. Dia tidak hanya mencari tuksedo yang sekadar bagus. Pria itu menginginkan sesuatu yang bisa membuatnya tampil sempurna di depan seseorang.

Mary Violet.

Nama itu mulai berputar-putar di pikirannya. Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali dia melihatnya. Besok, Joseph akan bertemu Mary lagi. Bukan sebagai teman SMA, akan tetapi sebagai CEO yang akan mewawancarainya sebagai calon sekretarisnya.

Joseph ingin memberikan kesan yang kuat. Dia ingin Mary melihatnya bukan sebagai Joseph yang dulu, tapi sebagai seseorang yang berkelas, sukses, dan tak mudah dilupakan.

Dengan napas panjang, Joseph menoleh ke arah Desainer Elvira.

“Aku ingin sesuatu yang klasik, tapi tetap modern. Potongannya harus sempurna, tidak terlalu kaku, tapi tetap menunjukkan wibawa. Warna hitam pekat, dengan detail yang halus.”

Elvira berpikir sejenak sebelum tersenyum.

“Saya mengerti. Tunggu sebentar, Tuan.”

Wanita itu berbalik, berjalan ke ruangan lain. Tak lama kemudian, dia kembali membawa sebuah tuksedo yang diselimuti kain penutup. Dengan penuh kehati-hatian, desainer itu membukanya di depan Joseph.

“Ini adalah salah satu karya terbaik saya. Tangan pertama, belum pernah dipakai oleh siapa pun.”

Joseph memperhatikan tuksedo itu. Hitam pekat, dengan potongan ramping yang membentuk siluet tubuh dengan sempurna. Kainnya terlihat berkualitas tinggi, dengan kilau elegan yang tidak berlebihan.

Pria itu lalu mengulurkan tangan, menyentuh bahan kainnya. Rasanya lembut dan eksklusif.

“Ini sungguh … sempurna,” ucap Joseph akhirnya.

Desainer Elvira tersenyum puas.

“Saya yakin ini akan terlihat luar biasa di tubuh Anda, Tuan Joseph. Mau mencobanya?”

Joseph mengangguk. Seorang asisten butik segera membantunya masuk ke ruang ganti. Beberapa menit kemudian, dia keluar dengan tuksedo tersebut.

Asisten Andi yang sedari tadi hanya mengamati dari jauh kini terkejut.

“Wow, Tuan. Setelan tuksedo ini benar-benar cocok dengan Anda.”

Joseph melihat dirinya di cermin besar yang ada di hadapannya. Ia mengangguk kecil, merasa puas.

“Aku akan mengambilnya.”

Desainer Elvira tersenyum lebar.

“Pilihan yang tepat, Tuan Muda. Saya akan menyesuaikan sedikit agar lebih pas di tubuh Anda. Beri kami waktu satu jam.”

Joseph setuju. Sementara tuksedonya disesuaikan, dia duduk di sofa butik sambil menyeruput espresso yang disajikan oleh staf butik. Matanya masih terpaku pada refleksinya di cermin.

Besok adalah hari besar. Joseph akan bertemu Mary lagi. Dan dia ingin memastikan bahwa pertemuan itu akan menjadi awal dari sesuatu yang baru dalam hubungan mereka.

Setelah satu jam, Joseph akhirnya mengenakan tuksedonya yang sudah disesuaikan. Rasanya pas, nyaman, dan memancarkan aura yang dia inginkan.

“Terima kasih, Desainer Elvira. Kamu selalu tahu apa yang aku butuhkan,” ucapnya sambil menjabat tangan sang desainer.

Desainer Elvira tertawa kecil. “Tentu saja, Tuan Joseph. Saya harap acara Anda besok berjalan lancar.”

Joseph hanya tersenyum penuh arti. “Aku juga berharap begitu.”

Setelah menyelesaikan pembayaran, Joseph dan Asisten Andi keluar dari butik. Malam sudah semakin larut, tapi hatinya justru semakin bersemangat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB.. 13 Pagi Yang Hangat

    Suasana pagi yang hangat menyelimuti Kota Jakarta. Sinar matahari menembus tirai putih di apartemen mewah milik Joseph, memberikan nuansa damai setelah malam yang begitu melelahkan bagi pasangan pengantin baru itu. Namun, di dalam kamar yang luas dan elegan, dua insan masih terlelap di bawah selimut putih lembut.Joseph membuka matanya perlahan. Seluruh tubuhnya masih terasa lelah, tapi ada sesuatu yang lebih menarik perhatiannya dibandingkan rasa kantuk yang masih tersisa yaitu wajah istrinya, Mary.Di bawah sinar matahari yang lembut, Mary terlihat begitu cantik. Rambut hitamnya terurai di atas bantal, napasnya teratur, dan bibirnya sedikit terbuka. Joseph tersenyum simpul. Dia masih sulit percaya jika gadis yang dirinya cintai sejak SMA tersebut kini telah menjadi istrinya, sah di mata Tuhan dan hukum.Perlahan, Joseph mengangkat tangannya dan menyentuh lembut pipi Mary."Ya Tuhan, dia begitu cantik," pikirnya. "Aku benar-benar beruntung telah menikah dengannya."Joseph memiringk

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 12 Hot Night

    Malam telah larut ketika Mary dan Joseph memasuki kamar mereka di dalam apartemen milik Joseph. Ruangan itu cukup luas dengan dekorasi minimalis yang elegan. Tempat tidur berukuran king size dengan seprai putih bersih mendominasi ruangan, sementara sebuah lampu tidur di nakas memberikan cahaya temaram yang lembut.Mary duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan campur aduk. Hari ini adalah hari pernikahannya, akan tetapi pernikahan itu terjadi begitu mendadak dan penuh kejutan. Mereka menikah di rumah sakit, di tengah kondisi yang tidak terduga. Dia belum sepenuhnya bisa mencerna kenyataan bahwa dirinya kini adalah istri Joseph.Joseph yang melihat kecanggungan Mary mencoba mencairkan suasana. Dengan santai, dia mulai membuka kancing kemejanya satu per satu hingga akhirnya melepaskan bajunya begitu saja.Mary yang melihat tindakan itu langsung membelalakkan mata, lalu buru-buru menundukkan kepalanya, wajahnya merona.“Kak Joseph! Kok malah buka baju sih?” serunya gugup.“Ha-ha-ha!”Jo

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 11 Ke Rumah Orang Tua Mary

    Oma Barbara terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah yang tampak lebih tenang dari sebelumnya. Senyuman bahagia menghiasi bibirnya saat melihat Joseph dan Mary berdiri di sampingnya, kini sudah resmi menjadi suami istri. Di sisi lain ranjang, Papi Efendi dan Mami Naura juga terlihat lega, meskipun kelelahan masih tergambar di wajah mereka setelah mengurus semua proses pernikahan yang dilakukan di rumah sakit."Oma sekarang bisa tenang," ujar Oma Barbara dengan suara yang lemah namun penuh kebahagiaan. "Oma akhirnya melihat cucu Oma satu-satunya menikah dengan wanita yang dicintainya," ujar sang nenek lagi.Joseph pun menggenggam tangan Mary erat, sementara gadis itu tersenyum lembut, matanya sedikit berkaca-kaca."Terima kasih, Oma," ucap Joseph dengan suara penuh emosi. "Kami sangat bersyukur Oma masih bisa menyaksikan hari bahagia ini."Mami Naura menepuk lembut bahu Mary. "Sekarang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami, Mary. Selamat datang di keluarga besar Mikuel.

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 10 Mendadak Menikah

    Suasana ruang tunggu ICU di Rumah Sakit Siloam masih dipenuhi ketegangan. Joseph dan Mary duduk berdampingan di kursi panjang, sementara kedua tangan mereka kembali saling bertaut. Wajah Joseph tetap tegang, sementara Mary tampak berusaha menenangkan dirinya sendiri. Di sudut ruangan, Tuan Efendi Mikuel dan Nyonya Naura Mikuel, kedua orang tuanya Joseph, sedang berdiri sambil sesekali melirik ke arah pintu."Petugas catatan sipil sudah dihubungi, kan, Asisten Andi?" tanya Tuan Efendi kepada asistennya."Sudah, Tuan. Mereka sedang dalam perjalanan dan harusnya tiba dalam beberapa menit lagi," jawab Asisten Andi dengan suara mantap.Joseph menghela napas berat. "Mami, Papi ... aku masih merasa ini terlalu cepat. Pernikahan itu bukan hal yang bisa diputuskan dalam hitungan jam," ucapnya lirih.Joseph memang ingin hubungannya lebih serius lagi dengan Mary dan tidak akan melepaskan gadis itu. Akan tetapi bukan dengan pernikahan yang terkesan sangat mendadak ini."Tapi ini adalah harapan te

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 9 Cinta Yang Tak Terduga di Ruang Tunggu ICU

    Langit Jakarta sore itu terlihat muram, seakan ikut merasakan ketegangan yang melingkupi ruang tunggu ICU di Rumah Sakit Siloam, Jakarta. Di sana, Joseph Mikuel, CEO muda dari JM Corp, duduk dengan wajah tegang dan penuh kekhawatiran. Di sampingnya, Mary, sekretaris setianya yang juga mantan kekasihnya di masa lalu duduk dengan ekspresi cemas. Tangan mereka saling bertaut erat, saling memberi kekuatan dalam diam."Kak Joseph, tetap tabah, ya," bisik Mary lembut. "Oma Barbara adalah perempuan yang kuat. Kita doakan saja dia segera pulih."Joseph mengangguk pelan, matanya menatap lurus ke arah pintu ICU yang tertutup rapat. Di dalam ruangan itu, nenek tercintanya tengah berjuang antara hidup dan mati. Oma Barbara adalah sosok yang selalu mendukungnya dalam setiap langkah hidupnya. Dan kini, sang nenek sedang tak berdaya."Mary," suara Joseph bergetar, "Aku sangat takut kehilangan Oma."Mary menatap wajah pria itu dengan penuh empati. "Kamu nggak sendirian, Kak Joseph. Aku di sini ber

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 8 Kabar Darurat Dari Rumah Sakit

    Masih di Kantor JM CorpPagi semakin menyinari, ruangan di lantai tertinggi JM Corp terasa berbeda. Suasana yang biasanya penuh kesibukan dan diskusi bisnis kini diwarnai dengan kehadiran Mary Violet, sekretaris baru sekaligus cinta lama Tuan Muda Joseph Mikuel. Di ruangan besar dengan jendela kaca raksasa itu, keduanya duduk berhadapan di meja CEO.Joseph, dengan setelan jas hitam dan kemeja putih bersih, menatap Mary dengan sorot mata penuh kerinduan. Namun, dia berusaha keras menjaga profesionalismenya. Pria itu lalu menarik napas dalam-dalam dan memusatkan perhatian pada lembaran kerja di tangannya.“Jadi, Mary,” ujar Joseph memulai diskusi, suaranya tegas meski sesekali terdengar lembut. “Sebagai sekretaris pribadiku, tugasmu tidak hanya mengatur jadwal rapat atau menerima tamu. Lebih dari itu, kamu juga harus memahami proyek-proyek yang sedang berjalan dan menyiapkan dokumen penting sebelum rapat dimulai.”Mary mengangguk sambil mencatat di buku kecilnya. “Baik, Bos Joseph. Jad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status