Home / Romansa / HASRAT MEMBARA CEO PERKASA / BAB. 3 Surprise Dari Para Sahabat

Share

BAB. 3 Surprise Dari Para Sahabat

last update Last Updated: 2025-09-21 08:55:10

Kejutan di Apartemen Mary

Malam sudah cukup larut ketika Mary duduk di dalam mobil, membiarkan kepalanya bersandar pada jendela. Dia baru saja menghabiskan waktu di rumah orangtuanya, melepas rindu dengan Papi Desmond dan Mami Intan. Momen itu membuat hatinya terasa hangat. Namun, sekarang saatnya dia kembali ke apartemennya di kawasan Jakarta Selatan.

Pak Ridwan, sopir pribadinya, menyetir dengan tenang melewati jalanan Kota Jakarta yang mulai lengang. Sesekali, Mary melirik ke layar ponselnya, membaca beberapa pesan masuk, akan tetapi pikirannya masih melayang pada obrolan dengan orang tuanya tadi tentang pekerjaan dan masa depannya.

“Nona Mary, kita sudah sampai,” ucap Pak Ridwan, menghentikan mobil di depan lobi apartemen.

Mary menghela napas lega dan tersenyum.

“Terima kasih, Pak Ridwan. Hati-hati di jalan pulangnya, ya.”

Pak Ridwan mengangguk sopan.

“Sama-sama, Nona Mary. Selamat beristirahat.”

Mary pun keluar dari mobil, lalu melangkah masuk ke dalam lobi apartemen yang tampak sepi. Hanya ada seorang resepsionis yang menyapanya dengan anggukan ramah. Mary membalas sapaan itu sebelum menuju lift. Jemarinya menekan tombol lantai tempat unit apartemennya berada, dan beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka.

Di dalam lift, Mary melipat tangannya di dada sambil menunggu. Sesekali, dia mengecek jam tangan. Hari ini cukup melelahkan, dan gadis itu sungguh tidak sabar untuk beristirahat di apartemen kesayangannya.

Setelah sampai di lantai yang dituju, Mary berjalan menuju unit apartemennya. Dia lalu mengeluarkan kunci dari tas kecilnya dan membuka pintu. Namun, begitu pintu terbuka .…

“Surprise!”

Mary terlonjak kaget. Di ruang tamunya, telah berdiri dua sosok yang sangat dikenalnya yaitu Zera dan Marsha dengan senyum lebar di wajah mereka.

“Ya ampun, Marsha? Zera? Kalian kok bisa ada di sini?” seru Mary dengan mata terbelalak.

Tanpa pikir panjang, sang gadis segera memeluk kedua sahabatnya secara bergantian dengan erat. Sudah lama mereka tidak berkumpul seperti ini, dan Mary sangat merindukan momen-momen seperti ini.

Marsha terkikik.

“Hi-hi-hi. Kita dapat kunci dari Tante Intan.”

Mary menggeleng tak percaya. “Oh, pantas saja! Mami memang suka kejutan seperti ini.”

Zera tertawa senang.

“He-he-he. Beliau bilang kamu pasti senang kalau kami datang. Dan ternyata benar, kan?”

“Tentu saja! Kalian kangen aku, ya?” goda Mary sambil tersenyum jahil.

“Banget!” jawab Marsha dan Zera bersamaan, membuat mereka bertiga tertawa.

“Ha-ha-ha!”

Mereka pun duduk di sofa ruang tamu. Mary menatap sekeliling, memastikan tidak ada yang berubah di apartemennya. Semua tetap rapi, seperti saat dirinya tinggalkan selama ini.

“Jadi, bagaimana kabar kalian?” tanya Mary antusias.

Zera tersenyum bahagia.

“Aku baru saja menikah dengan Kak Farez, kamu pasti sudah tahu, kan?”

Mary menepuk tangan Zera dengan girang.

“Tentu saja! Selamat ya, Zera! Aku lihat fotomu dan Kak Farez di medsos milikmu. Kalian berdua tampak serasi banget.”

“Terima kasih, Mary,” ucap Zera tersipu.

Mary kemudian menoleh ke arah Marsha dengan tatapan penuh arti.

“Dan kamu, Marsha? Aku dengar kamu makin dekat dengan Kak Arnold, ya?”

Marsha langsung memerah. “Eh, siapa yang bilang?” tanyanya pura-pura tidak tahu.

Zera tertawa.

“Ha-ha-ha. Sudahlah, Marsha, kami tahu segalanya!”

Mary ikut tertawa.

“Ha-ha-ha. Pokoknya, aku ikut senang untuk kalian berdua.”

Malam itu mereka bertiga berbincang dengan akrab, melepas rindu dan berbagi cerita. Mary lalu memesan pizza favorit mereka dari restoran langganannya.

“Aku pesan pizza dan moktail, biar ngobrolnya lebih seru,” ucap Mary.

“Setuju!” seru Marsha dan Zera bersamaan.

Tak lama kemudian, pesanan mereka tiba. Aroma pizza yang menggoda memenuhi ruangan. Mereka menikmati potongan demi potongan sambil terus mengobrol tentang banyak hal, dari pekerjaan hingga kehidupan pribadi masing-masing.

Ruangan apartemen Mary terasa begitu nyaman malam itu. Aroma pizza yang baru saja dikeluarkan dari kotak memenuhi udara, menggoda selera mereka bertiga. Mary, Zera, dan Marsha duduk di sofa dengan santai, masing-masing memegang sepotong pizza panas yang keju lelehnya masih terlihat menggoda.

“Duh, ini enak banget!” seru Marsha sambil menggigit potongan pizzanya.

Mary tertawa pelan.

“He-he-he. Makanya, aku langsung pesan begitu kalian datang. Kita kan udah lama nggak makan pizza bareng.”

Zera mengangguk setuju. “Bener banget. Apalagi sekarang aku udah jadi istri orang. Susah deh kalau mau kabur ke apartemen temen buat makan pizza gini.”

Marsha dan Mary tertawa mendengar candaan Zera.

Ha-ha-ha!”

“Tapi serius, aku masih nggak percaya kamu udah menikah, Zera. Rasanya baru kemarin kita ngobrolin tentang Kak Farez di kafetaria sekolah dulu,” ucap Mary sambil mengambil sepotong lagi.

Zera tersenyum penuh arti.

“Ya, namanya juga jodoh, Mary. Kadang datang lebih cepat dari yang kita duga.”

Marsha yang duduk di samping Zera menatap Mary dengan tatapan menyelidik. “Ngomong-ngomong soal jodoh, kamu bagaimana, Mary? Masih jomlo atau ada gebetan baru?”

Mary menggeleng sambil tertawa.

“Nggak ada siapa-siapa. Aku sekarang lagi fokus cari kerja dulu.”

Mendengar itu, Zera dan Marsha langsung menoleh dengan perhatian penuh.

“Serius? Kamu lagi nyari kerja?” tanya Zera.

Mary mengangguk sambil menyeruput moktailnya.

“Iya, aku lagi cari posisi yang cocok buat aku. Mau mulai kerja di perusahaan yang bagus.”

Zera tampak berpikir sejenak, lalu wajahnya berbinar.

“Eh, aku baru ingat! JM Corp lagi cari sekretaris CEO. Kayaknya cocok banget buat kamu, Mary.”

Mary menoleh dengan antusias.

“JM Corp? Perusahaan besar itu?”

Zera mengangguk.

“Iya, perusahaan multinasional. Kak Farez kebetulan punya kenalan di sana. Mereka lagi butuh sekretaris CEO yang baru.”

Mary meletakkan piringnya dan menatap Zera dengan penuh minat.

“Kamu serius? Bagaimana cara daftarnya?”

Zera segera merogoh ponselnya dan mulai mencari informasi.

“Sebentar, aku cari link pendaftarannya dulu.”

Sementara itu, Marsha ikut menimpali.

“Wah, kalau Mary kerja di JM Corp, keren banget tuh. Gajinya pasti gede, kan?”

Zera tertawa.

“Ha-ha-ha. Ya jelas! Apalagi posisi sekretaris CEO, pasti banyak benefitnya.”

Mary merasa semakin tertarik. Dia memang sedang mencari pekerjaan yang menawarkan tantangan baru. Bekerja di perusahaan besar seperti JM Corp tentu akan menjadi pengalaman yang luar biasa.

Tak lama, Zera menunjukkan layar ponselnya kepada Mary. “Nih, link-nya. Kamu bisa daftar online langsung.”

Mary dengan cepat mengambil ponselnya dan mulai membuka tautan tersebut. Dia pun membaca persyaratan dan merasa yakin bahwa dirinya memenuhi kriteria.

“Kayaknya aku cocok untuk posisi ini,” gumam Mary sambil mulai mengisi formulir online.

Zera dan Marsha memperhatikannya dengan penuh semangat.

“Tulis pengalaman kerja dan keterampilanmu yang paling menonjol, Mary,” saran Marsha.

Mary mengangguk,

“Tenang, aku udah terbiasa bikin CV yang menarik.”

Zera tersenyum puas.

“Bagus! Aku yakin kamu pasti dipanggil untuk interview.”

Setelah beberapa menit, Mary akhirnya mengirimkan lamaran tersebut. Dia lalu menatap layar ponselnya dengan perasaan lega dan sedikit gugup.

“Done! Aku sudah kirim,” katanya dengan napas lega.

Marsha menepuk bahunya. “Good luck, Mary! Siapa tahu minggu depan kamu sudah mulai kerja di sana.”

Mary tertawa pelan.

“He-he-he. Amin! Doakan aku diterima, ya.”

Zera mengangguk penuh keyakinan.

“Kamu pasti bisa, Mary. Aku yakin kamu adalah kandidat yang kuat.”

Mereka bertiga kembali menikmati pizza sambil terus mengobrol santai. Malam itu terasa istimewa bagi Mary, bukan hanya karena kebersamaannya dengan sahabat-sahabatnya, tetapi juga karena langkah barunya menuju dunia kerja yang lebih menantang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB.. 13 Pagi Yang Hangat

    Suasana pagi yang hangat menyelimuti Kota Jakarta. Sinar matahari menembus tirai putih di apartemen mewah milik Joseph, memberikan nuansa damai setelah malam yang begitu melelahkan bagi pasangan pengantin baru itu. Namun, di dalam kamar yang luas dan elegan, dua insan masih terlelap di bawah selimut putih lembut.Joseph membuka matanya perlahan. Seluruh tubuhnya masih terasa lelah, tapi ada sesuatu yang lebih menarik perhatiannya dibandingkan rasa kantuk yang masih tersisa yaitu wajah istrinya, Mary.Di bawah sinar matahari yang lembut, Mary terlihat begitu cantik. Rambut hitamnya terurai di atas bantal, napasnya teratur, dan bibirnya sedikit terbuka. Joseph tersenyum simpul. Dia masih sulit percaya jika gadis yang dirinya cintai sejak SMA tersebut kini telah menjadi istrinya, sah di mata Tuhan dan hukum.Perlahan, Joseph mengangkat tangannya dan menyentuh lembut pipi Mary."Ya Tuhan, dia begitu cantik," pikirnya. "Aku benar-benar beruntung telah menikah dengannya."Joseph memiringk

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 12 Hot Night

    Malam telah larut ketika Mary dan Joseph memasuki kamar mereka di dalam apartemen milik Joseph. Ruangan itu cukup luas dengan dekorasi minimalis yang elegan. Tempat tidur berukuran king size dengan seprai putih bersih mendominasi ruangan, sementara sebuah lampu tidur di nakas memberikan cahaya temaram yang lembut.Mary duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan campur aduk. Hari ini adalah hari pernikahannya, akan tetapi pernikahan itu terjadi begitu mendadak dan penuh kejutan. Mereka menikah di rumah sakit, di tengah kondisi yang tidak terduga. Dia belum sepenuhnya bisa mencerna kenyataan bahwa dirinya kini adalah istri Joseph.Joseph yang melihat kecanggungan Mary mencoba mencairkan suasana. Dengan santai, dia mulai membuka kancing kemejanya satu per satu hingga akhirnya melepaskan bajunya begitu saja.Mary yang melihat tindakan itu langsung membelalakkan mata, lalu buru-buru menundukkan kepalanya, wajahnya merona.“Kak Joseph! Kok malah buka baju sih?” serunya gugup.“Ha-ha-ha!”Jo

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 11 Ke Rumah Orang Tua Mary

    Oma Barbara terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah yang tampak lebih tenang dari sebelumnya. Senyuman bahagia menghiasi bibirnya saat melihat Joseph dan Mary berdiri di sampingnya, kini sudah resmi menjadi suami istri. Di sisi lain ranjang, Papi Efendi dan Mami Naura juga terlihat lega, meskipun kelelahan masih tergambar di wajah mereka setelah mengurus semua proses pernikahan yang dilakukan di rumah sakit."Oma sekarang bisa tenang," ujar Oma Barbara dengan suara yang lemah namun penuh kebahagiaan. "Oma akhirnya melihat cucu Oma satu-satunya menikah dengan wanita yang dicintainya," ujar sang nenek lagi.Joseph pun menggenggam tangan Mary erat, sementara gadis itu tersenyum lembut, matanya sedikit berkaca-kaca."Terima kasih, Oma," ucap Joseph dengan suara penuh emosi. "Kami sangat bersyukur Oma masih bisa menyaksikan hari bahagia ini."Mami Naura menepuk lembut bahu Mary. "Sekarang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami, Mary. Selamat datang di keluarga besar Mikuel.

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 10 Mendadak Menikah

    Suasana ruang tunggu ICU di Rumah Sakit Siloam masih dipenuhi ketegangan. Joseph dan Mary duduk berdampingan di kursi panjang, sementara kedua tangan mereka kembali saling bertaut. Wajah Joseph tetap tegang, sementara Mary tampak berusaha menenangkan dirinya sendiri. Di sudut ruangan, Tuan Efendi Mikuel dan Nyonya Naura Mikuel, kedua orang tuanya Joseph, sedang berdiri sambil sesekali melirik ke arah pintu."Petugas catatan sipil sudah dihubungi, kan, Asisten Andi?" tanya Tuan Efendi kepada asistennya."Sudah, Tuan. Mereka sedang dalam perjalanan dan harusnya tiba dalam beberapa menit lagi," jawab Asisten Andi dengan suara mantap.Joseph menghela napas berat. "Mami, Papi ... aku masih merasa ini terlalu cepat. Pernikahan itu bukan hal yang bisa diputuskan dalam hitungan jam," ucapnya lirih.Joseph memang ingin hubungannya lebih serius lagi dengan Mary dan tidak akan melepaskan gadis itu. Akan tetapi bukan dengan pernikahan yang terkesan sangat mendadak ini."Tapi ini adalah harapan te

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 9 Cinta Yang Tak Terduga di Ruang Tunggu ICU

    Langit Jakarta sore itu terlihat muram, seakan ikut merasakan ketegangan yang melingkupi ruang tunggu ICU di Rumah Sakit Siloam, Jakarta. Di sana, Joseph Mikuel, CEO muda dari JM Corp, duduk dengan wajah tegang dan penuh kekhawatiran. Di sampingnya, Mary, sekretaris setianya yang juga mantan kekasihnya di masa lalu duduk dengan ekspresi cemas. Tangan mereka saling bertaut erat, saling memberi kekuatan dalam diam."Kak Joseph, tetap tabah, ya," bisik Mary lembut. "Oma Barbara adalah perempuan yang kuat. Kita doakan saja dia segera pulih."Joseph mengangguk pelan, matanya menatap lurus ke arah pintu ICU yang tertutup rapat. Di dalam ruangan itu, nenek tercintanya tengah berjuang antara hidup dan mati. Oma Barbara adalah sosok yang selalu mendukungnya dalam setiap langkah hidupnya. Dan kini, sang nenek sedang tak berdaya."Mary," suara Joseph bergetar, "Aku sangat takut kehilangan Oma."Mary menatap wajah pria itu dengan penuh empati. "Kamu nggak sendirian, Kak Joseph. Aku di sini ber

  • HASRAT MEMBARA CEO PERKASA    BAB. 8 Kabar Darurat Dari Rumah Sakit

    Masih di Kantor JM CorpPagi semakin menyinari, ruangan di lantai tertinggi JM Corp terasa berbeda. Suasana yang biasanya penuh kesibukan dan diskusi bisnis kini diwarnai dengan kehadiran Mary Violet, sekretaris baru sekaligus cinta lama Tuan Muda Joseph Mikuel. Di ruangan besar dengan jendela kaca raksasa itu, keduanya duduk berhadapan di meja CEO.Joseph, dengan setelan jas hitam dan kemeja putih bersih, menatap Mary dengan sorot mata penuh kerinduan. Namun, dia berusaha keras menjaga profesionalismenya. Pria itu lalu menarik napas dalam-dalam dan memusatkan perhatian pada lembaran kerja di tangannya.“Jadi, Mary,” ujar Joseph memulai diskusi, suaranya tegas meski sesekali terdengar lembut. “Sebagai sekretaris pribadiku, tugasmu tidak hanya mengatur jadwal rapat atau menerima tamu. Lebih dari itu, kamu juga harus memahami proyek-proyek yang sedang berjalan dan menyiapkan dokumen penting sebelum rapat dimulai.”Mary mengangguk sambil mencatat di buku kecilnya. “Baik, Bos Joseph. Jad

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status