Home / Romansa / HASRAT MEMBARA SUGAR DADDY / BAB 5 - POV Isabella

Share

BAB 5 - POV Isabella

Author: Dita Sintiya
last update Last Updated: 2024-02-05 11:39:27

"Mama... Mama." 

Anak kecil laki-laki berusia dua tahun memegangi tanganku, seperti hendak memohon agar Aku tidak meninggalkannya sendiri. 

"Ethan sayang, Mama pergi bekerja dulu yah, ini sudah malam Ethan tidurlah bersama Nenek." Ucapku menenangkan anak sekecil itu.

"Bu, Aku pergi bekerja dulu." Aku mengulurkan tangan untuk mencium punggung tangan Wanita yang telah melahirkanku itu.

"Nak, kamu sudah terlalu bekerja keras, istirahatlah sejenak, jangan memforsir diri." 

"Aku harus segera mengumpulkan uang untuk operasi Ethan, Bu. Aku harus bekerja keras."

"Ya sudah, hati-hati ya nak, kamu sungguh ibu yang baik." 

Aku tersenyum mendengar ucapan ibuku, "Aku titip Entah ya Bu." 

Aku segera bergegas dadi rumah karena waktu ganti sift di kelab malam sekitar satu jam lagi. Aku harus segera sampai.

Aku Isabella, wanita berusia dua puluh satu tahun , sudah memiliki anak karena rayuan seorang pria waktu masih kuliah dulu. Tidak ingin menambah dosa lagi dengan membu*nuh janin di dalam kandunganku, Aku lebih memilih untuk membiarkannya tumbuh dan melahirkannya.

Sayangnya, pangeran kecilku itu sedang menderita sakit yang cukup serius, ada yang bermasalah di harinya, dan Aku harus mengumpulkan banyak uang untuk pengobatan putraku.

Ojek online yang ku tumpangi berhenti tempat yang aku arahkan, tentu sedikit jauh dari kelab malam tempatku bekerja part time. Berlari kecil agar bisa segera sampai, gegas Aku mengganti bajuku, melepas setelan blouse panjang dengan celana jins panjang dengan setelan rok pendek yang lumayan minim. 

Aku mulai bekerja, membawakan minuman kepada pelanggan, namun kali ini Aku tanpa sengaja menumpahkan minuman kepada pria yang sedang duduk dan mengobrol. 

Bajunya basah semua karena ulahku, Pria tersebut langsung berdiri dan seperti akan memarahiku bahkan lebih buruknya nanti bisa saja dia akan memakiku.

Aku menundukkan kepala setelah mendengar suara baritonnya yang penuh dengan amarah. Aku bersiap untuk di marahi, Aku pun segera meminta maaf karena memang itu semua salahku.

Manajerku pun segera menghampiriku karena terjadi keributan, namun pria itu justru hanya diam dan memandangi kakiku, risih di pandangi oleh pria seperti itu. 

Aku dan pak manajer meminta maaf bersama, syukurlah pria itu ternyata orang yang baik, dia tidak memarahiku tapi justru memaafkanku dan menyuruhku mengobati luka di kakiku yang terkena serpihan kaca.

"Pantas saja dia memerhatikan kakiku, ternyata dia kasihan kepadaku karena Aku terluka," batinku setelah pergi dari sana menuju tempat istirahat di belakang.

"Bella, kamu telah membuat kesalahan, sebaiknya kamu pulang saja dan cukup sampai di hari ini kamu bekerja di sini." Ucap manajerku tanpa adanya basa basi sama sekali, sembari memberikan sebuah amplop putih kepadaku.

"A..apakah Bapak mememcatku? Apakah pria tadi mengajukan keluhan kepada Bapak? Bukankah Pria tadi sudah memaafkan Aku?" 

"Pria tadi adalah pelanggan VVIP kami, Bel. Kejadian tadi sangat fatal, walau Pria tadi memaafkanmu tetap kamu harus bertindak tegas kepadamu."

"Ta..tapi aku membutuhkan pekerjaan ini, pak. Beri Aku kesempatan sekali lagi, Aku akan bekerja dengan baik." Pintaku memohon.

"Maaf kami tidak bisa memperkerjakan Kamu lagi. Setelah selesei mengobati lukamu, segeralah pergi meninggalkan kelab ini." 

Setelah mengucapkan semua itu, manajer langsung pergi, Aku hanya bisa terdiam menerima keputusan itu. 

Aku segera pulang, sepertinya ibu dan Ethan sudah tidur. Aku mengecek kamar Ethan, anak itu sudah tertidur pulang di boxnya. Segera Aku membersihkan diri, ibu yang mungkin mendengarku sedang mandi pun terbangun dan menungguku di mini bar.

"Ibu? Maaf ibu jadi terbangun karena mendengarku mandi." 

"Tidak apa-apa, nak. Kenapa pulang cepat." 

"Ee.. Bella di pecat, Bu." 

"Kenapa bisa begitu? Bukankah kamu bilang managermu menyukai pekerjaanmu?" 

"Tadi Bella tanpa sengaja berbuat kesalahan, Bu. Sudah tidak usah dibahas, Bella nanti akan cari pekerjaan lainnya." Ucapku sambil tersenyum agar ibumu tengah.

"Ya sudah Nak, mungkin sudah tidak rezekinya."

"Iya Bu. Bella ke kamar dulu, ibu lanjut tidur lagi saja." 

"Nak, ini ada surat dari Group M&P, ibu baru mengeceknya di kotak pos tadi setelah kamu pergi bekerja." 

"Surat?" Segera Aku raih surat itu dan membacanya.

Hatiku begitu bahagia membaca isi surat itu, penyataan bahwa Aku di terima di perusahaan besar seperti grup M&P. 

"Bu, Aku di terima kerja!" Ucapku sedikit berteriak.

"Syukurlah Nak, kamu memiliki pekerjaan tetap jadi tidak perlu serabutan lagi." 

"Iya Bu, ini perusahaan besar Bu, Bella akan bekerja keras." Segera Aku memeluk ibuku.

Keesokan harinya Aku bersiap dengan setelan Hem dan celana kain panjang, 

Kini Aku telah berdiri di depan gedung tinggi bertuliskan M&P , kedua bola mataku berbinar memandangnya, sudah beberapa kali Aku memasukkan lamaran pekerjaan dan ini baru dapat panggilan kerja.

Segera ku beritahu kepada resepsionis yang berada di depan, ramah dan enak sekali di ajak bicara.

"Kaka tunggu saja di ruang tunggu di lantai tiga, nanti akan bertemu dengan ibu Zoya yang akan memberikan arahan." Ujar wanita cantik yang menjadi resepsionis itu.

Sesuai petunjuk Aku ke lantai tiga, tidak menunggu waktu lama, Bu Zoya datang. Kami berkenalan singkat, lantas beliau segera memberikan job desk ku apa saja. 

Sebagai seorang sekretaris CEO perusahaan aku harus cermat, energik dan pintar. Apalagi jika menemani bos ke acara rapat. Aku harus standby.

Setelah cukup memberikan arahan, Bu Zoya mengajakku ke ruangan CEO, ruangan yang cukup besar dan mewah, Aku membuntuti Bu Zoya sembari melihat-lihat seisi ruangan. 

"Wah, indah sekali ruangan ini." Dengan gaya eropa dan lampu kristal menggantung di atap membuatku takjub melihatnya.

Segera Aku menguasai diriku agar tidak terlalu terpesona dengan ruangan Bosku. Bu Zoya segera memperkenalkan Aku, dan Aku menunjukkan diriku dari belakang Bu Zoya.

"Pak Marco, Saya membawa sekretaris baru sebagai pengganti Bu Cantika. Pegawai baru bernama Isabella." Jelas Bu Zoya.

Betapa terkejutnya Aku saat tahu bahwa CEO yang menjadi Bosku adalah pria yang kemarin malam tak sengaja terkena tumpahan air minum olehku.

"A..anda.. Tu..Tuan.. yang tadi malam." Cicitku  dengan gagap.

"Bella, jaga sikapmu, ini Pak Marco , CEO perusahaan ini. Kamu akan menjadi sekretarisnya." Bu Zoya mengingatkan Aku.

"Ma..maafkan saya, Pak." Segera Aku menahan diriku karena sekarang sudah berada di kantor.

"Oke.. Tidak masalah, Bu Zoya sudah memberihu job deskmu kan?" 

"Saya sudah di ajarkan semuanya, saya akan bekerja dengan baik." Ucapku dengan nada lebih tenang dari sebelumnya.

"Baiklah, kamu ikut dengan saya hari ini, bawa semua keperluanmu, kita akan ada rapat di Hotel   Husada." 

"Baik pak." 

Aku bergegas mempersiapkan diri untuk mengikuti kemanapun Bosku pergi, selebihnya aku hanya mencatat isi rapat dan membuat laporan serta kontrak kerja dengan. Investor.

Suasana canggung kami dalam satu mobil, tidak ada percakapan apapun, agar menghilangkan rasa canggung, lebih baik Aku melihat ke luar jendela. Kota yang indah dengan gedung-gedung yang tinggi.

Kami segera sampai di Hotel Husada, langkah cepat Pak Marco sedikit sulit Aku ikuti,

"Aku harus segera menyesuaikan diri." Ucapku dalam hati.

Tiba-tiba Pak Marco menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, memperingati Aku karena terlalu lamban.

"Aku tidak suka pekerja yang lamban, kamu harus bisa mengikuti langkahku, lalu  jangan berjalan terlalu jauh, nanti orang kira saya sedang mengajak anak saya!" Titah Marco ketus.

Aku hanya mampu menuruti tanpa berani membantah, ku percepat langkah dengan sedikit berlari agar bisa mengimbanginya.

"Uhh.. bukan karena aku yang lamban tapi kamunya saja yang terlalu tinggi dan cepat dalam bergerak!" Kesalku dalam hati.

Tiba-tiba saja dia memberhentikan langkah panjangnya dan menoleh ke arahku yang sedang berjalan cepat, kamipun saling bertabrakan, sungguh memalukan.

Untuk sejenak kami saling pandang, tatapan matanya sedikit berbeda, namun Aku segera berusaha untuk bangun.

Ketika Aku hendak berdiri, tanpa sengaja Pak  Marco menyentuh dadaku. "Betapa memalukannya ini di hari pertamaku bekerja." Keluhku dalam batin.

"Maafkan saya Pak, saya terlalu ceroboh."  Segera Aku meminta Maaf.

"Tidak apa-apa, ayo kita segera ke ruangan rapat." 

"Syukurlah, dia tidak banyak mempersalahkan persoalan tadi." Batinku.

Rapat berjalan dengan baik, kami berdiskusi sembari berjalan ke arah lift. Syukurlah sepertinya kejadian tadi sudah dia lupakan.

"Saya angkat telepon dulu, kamu tunggu saja disini."  Ucapnya sembari meninggalkan Aku di depan lift.

"Baik pak." 

Ketika pak Marco menerima telpon, Ibuku juga meneleponku, mengabarkan bahwa Ethan ngedrop dan segera di larikan ke rumah sakit, tanpa memikirkan apapun Aku segera menuju ke rumah sakit.

"Bu, bagaimana keadaan Ethan?" Tanyaku sesat setelah sampai di rumah sakit.

"Kata dokter Ethan harus segera dioperasi, Bella. Keadaannya sudah parah, dan kebetulan sudah ada pendonor untuk Ethan yang cocok dengannya."

"Jadi harus hari ini Bu, Ethan harus di operasi?"

"Benar Nak. Kamu datang saja ke ruangan dokter Dev, di sudah menunggumu."

Segera ku langkahkan kaki menuju ruangan dokter Dev, dokter yang menangani Ethan. Dokter Dev menjelaskan semuanya, jika malam ini Ethan harus segera di operasi.

"Baiklah dok, akan saya usahakan uangnya, makan ini Ethan bisa di operasi." 

Aku harus mengumpulkan uang sebesar 250juta lagi agar Ethan bisa di operasi.

Aku kembali ke kantor, Bu Zoya dengan sangar menatapku tidak suka, pasti ini karena Aku pergi begitu saja tanpa memberikan alasan.

"Kamu itu beraninya membuat kesalahan di hari pertamamu? Jika tidak niat bekerja silahkan undurkan diri! Karena masih banyak orang yang membutuhkan pekerjaan!" Omel Bu Zoya,  tapi apa yang diucapkan Bu Zoya semuanya benar.

"Maafkan Saya, Bu. Tadi ada hal yang sangat mendesak jadi saya harus pergi."

"Cepat buatkan kopi untuk Tuan Marco, biarkan Tuan Marco yang memberimu hukuman." Titahnya tanpa mengindahkan permintaan maafku.

Bergegas aku membuatkan kopi dan harap-harap cemas memasuki ruangan Pak Marco.

"Pak, ini kopi Anda."  Ucapku dan membuat Marco sedikit terkejut.

"Bella?" 

"Maafkan saya Pak, tadi setelah rapat saya pergi begitu saja. Ada hal yang sangat mendesak hingga saya tidak memikirkan hal lainnya." 

Brakk.. Pak Marco memukul mejanya dengan keras hingga secangkir kopi itu tertumpah.

"Saya paling tidak suka dengan pegawai yang seenaknya dan tidak kompeten! Ini perusahaan bukan tempat bermain, disini ada aturannya dan kamu sudah melanggar itu." 

"Sa..saya tahu, saya salah. Saya si..siap mendapatkan hukuman dari Bapak." 

Pak Marco diam sejenak ku perhatikan dirinya tengah menahan emosi. 

"Baiklah, kali ini Aku maafkan keteledoran kamu. Lain kali jangan lakukan hal serupa lagi. Perusahaan memiliki aturan." 

"Baik Pak, saya akan mengingat itu." 

"Ya sudah, bersihkan mejaku dan pergilah, bawa kembali kopi ini, Aku sudah tidak berselera!" Ucapnya ketus.

Segera Aku membersihkan mejanya, entah dari mana aku memikirkan untuk meminjam uang kepada Pak marco. "Siapa tahu Pak Marco mau meminjam iku uang? Kelihatannya pak Marco itu  orang baik." Pikirku.

"Kenapa masih berdiri disini, sana kembali bekerja dan buatkan surat kontrak dengan grup S&C yang tadi kita rapatkan di Hotel!"  Sentaknya yang membuatku terkejut.

"Ma..maafkan saya Pak, saya ingin mengajukan pinjaman ke perusahaan." Entah darimana Aku memiliki keberanian hingga mengucapkan kata ini.

"Apa?" 

"Saya ingin mengajukan pinjaman sebesar Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah, Pak."

Marco terkekeh mendengarku, Aku sungguh sangat berdebar takut.

"Apa kamu sadar jika kamu itu baru bekerja dan masih berstatus karyawan kontrak?"

"Tentu, saya tahu pak, tapi karena ini mendesak saya harus segera mendapatkan uang itu." Cicitku.

"Maaf, karyawan kontrak tidak bisa mengajukan pinjaman apalagi sebesar itu." Tolak Pak Marco mentah-mentah tanpa memikirkannya.

Tidak ingin memperkeruh keadaan, Aku segera melangkah keluar, dengan langkah gontai karena bingung  harus mencari kemana lagi uang itu?

"Baiklah akan saya pinjamkan uang itu, memakai uang  pribadiku."  Ucapnya tiba-tiba.

"Secercah harapan itu masih ada." Batinku dengan cepat menghampiri pak Marco.

"Terimakasih Pak, saya tentu akan menyicil untuk membayarnya setiap bulan dengan gaji saya." Ucapku bersemangat.

"Tapi ada syaratnya." 

"Syarat apa Pak? Pasti saya akan memenuhinya." Janjiku.

"Kamu harus tidur denganku malam ini." 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (25)
goodnovel comment avatar
Elyani Yani
jgn d ulang2 thor... kl g gnti pov.... lgsg lnjut nyaa
goodnovel comment avatar
Beci Amatae
kenapa kok ceritanya selalu di ulangi sih
goodnovel comment avatar
Rna 1122
di ulang" terus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • HASRAT MEMBARA SUGAR DADDY   BAB 192 - Makan Malam

    Anjani menatap ke arah jendela, pemandangan kota dengan kendaraan yang berlalu lalang menjadi hiburannya saat ini.Pertengkarannya dengan Axel dan sikap suaminya yang sangat membela Sandra, masih membuat hatinya begitu sakit. Anjani bahkan tidak mengerti dengan dirinya saat ini.Dia menjadi sangat emosional dan juga sensitif, jauh Anjani memikirkan dirinya sendiri, dulu sebelum menikah dan mengandung, dia bisa tetap bersikap tabah ataupun sabar dalam menghadapi persoalan hidupnya.Sedari kecil Anjani sudah di uji dengan kehilangan kedua orangtua secara bersamaan, lalu harus tinggal bersama paman yang menyayanginya walaupun Bibinya tidak bisa menerima kehadiranya yang di anggap hanya sebagai beban.Semua itu Anjani jalani walau hidupnya menderita, berusaha sekeras mungkin dalam belajar, membuatnya berhasil menjadi siswa yang berprestasi dan membuatnya bisa bekerja di perusahaan Pratama.Anjani ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik, mandiri dan tidak merepotkan Paman dan Bibinya la

  • HASRAT MEMBARA SUGAR DADDY   BAB 191 - Nasehat Sahabat

    Kecepatan mobil Axel membelah jalanan dengan begitu cepat, genggaman tangannya bahkan mencengkram erat stir mobil, sesekali memukul stir mobil untuk melampiaskan amarahnya."Arrghhhh..."pekik Axel saat mengingat pertengkaranya dengan Anjani. Axel tidak tahu arah tujuannya hendak kemana, dalam benaknya hanya terpikirkan wajah Anjani dan Sandra berulang kali terbayang dibenaknya.Memiliki dua istri sangat tidak mudah, tanpa Axel sadari perlahan menyakiti kedua hati istri-istrinya, tetapi untuk kehilangan salah satu dari mereka pun Axel tidak bisa. Semakin dalam Axel menekan pedal gas mobilnya dan semakin cepat pula laju mobilnya, kini mobil Axel mengarah ke arah puncak, dia berniat untuk menemui sahabatnya dan menenangkan diri terlebih dahulu dari rumitnya hubungan pernikahannya.Satu jam kemudian Axel tiba di sebuah rumah yang sederhana tetapi memiliki pekarangan rumah yang cukup luas dan asri.Ilham, salah satu teman dekat Axel ketika berkuliah dulu, Ilham temannya yang memiliki ke

  • HASRAT MEMBARA SUGAR DADDY   BAB 190 - Tersingkir

    Sepanjang jalan pulang dari rumah sakit Anjani hanya terdiam, di saat dalam perjalanan tadi pun mereka tidak banyak berbicara, Anjani hanya menjawab jika Axel bertanya. Axel jelas tahu jika istri pertamanya itu sedang merajuk, tapi entah disebabkan oleh apa lagi kali ini, Axel pun tidak paham."Aku akan istirahat, Mas boleh pergi," ucap Anjani santai tanpa memandang Axel dan hendak berjalan pergi ke kamarnya. Tidak terima dengan sikap yang kurang sopan dari Anjani, Axel ingin segera meluruskan permasalahan yang bahkan Axel tidak mengetahui.Axel segera memegang lengan Anjani. "Baby, tolong jelaskan apa yang terjadi kepadamu?" "Memangnya apa yang harus ku katakan, Mas?" "ini, ini kamu harus jelaskan," Axel menunjuk pada diri Anjani. "Kenapa tiba-tiba kamu seolah marah kepadaku tanpa aku tahu salahku?" Anjani terkekeh. "Mas sadar toh kalau aku marah?" "Dengarkan Mas, sikapmu yang selalu seperti ini tidak akan baik untuk hubungan kita." "Aku bersikap biasa saja Mas." Anjani berusa

  • HASRAT MEMBARA SUGAR DADDY   BAB 189 - Tertipu

    Bella terlihat sangat syok dan tidak bisa menahan tangisannya setelah Marco memberitahukan keadaan Claire saat ini, Claire akan lumpuh seumur hidupnya."Kita akan membawa Claire berobat kemanapun agar dia bisa kembali pulih, Mas janji," hibur Marco agar Bella berhenti bersedih.Tetapi Bella segera menggelengkan kepala. "Tidak, dokter sudah bilang bahwa tingkat keselamatannya akan sangat kecil, Aku sama sekali tidak sanggup untuk kehilangan putriku!""Keadaan Claire akan seperti itu, kita sebagai orangtua tentu bisa menerima kekurangan anak, tetapi pasangannya kelak, apakah bisa menerima kekurangan putri kita?" Marco nampak putus asa."Putri kita sempurna, Mas!" Bella menyusut air matanya agar tidak terlihat bersedih lagi. "Ada kita yang akan merawat dan menerimanya tanpa memandang kekurangannya, Claire kita tidak akan sendirian."Marco segera memeluk Bella, agar mereka bisa saling hati satu sama lain, ada hal yang mengganjal di hati Marco, yaitu respon Tristan atas keadaaan Claire. "K

  • HASRAT MEMBARA SUGAR DADDY   BAB 188 - Manipulasi Anjani

    Ruangan rawat inap Claire memang cukup luas dan mewah, bakan ada tempat khusus untuk menerima tamu jadi keluarga yang berkunjung tidak akan mengganggu pasien.Namun di ruang tamu, situasi menjadi canggung ketika Bella, Axel dan kedua istrinya duduk bersama. Anjani duduk di sebelah kanan Axel yang langsung berdekatan dengan Bella, sedangkan Sandra hanya terdiam duduk di sisi Axel yang lain.Ketika Axel hendak memegang tangan Sandra untuk menguatkan istri keduanya itu, segera Sandra menepis tangan Axel. Sandra tidak ingin di sindir ataupun di permalukan lagi oleh Anjani.Nyatanya suaminya tetap tidak bisa berkutik ketika menyangkut Anjani dan calon anak mereka. Sandra benar-benar kecewa dengan sikap Axel tapi Sandra hanya bisa terdiam.Bella tersenyum kepada Anjani lalu mengelus perut menantu pertamanta yang mulai membuncit. "Bagaimana kabarmu dan cucuku di sana? Baik-baik saja bukan?" Anjani merasa senang, kehadiran anaknya mampu menarik perhatian mertuanya. "Kami baik-baik saja. Ma.

  • HASRAT MEMBARA SUGAR DADDY   BAB 187 - Bukan hanya suamiku

    Setelah beberapa jam menjalani perawatan, Claire dan Alvin akhirnya di pindahkan ke ruang rawat inap biasa.Kali ini Axel mengajak Ayahnya untuk berbicara empat mata mengenai restu sang Ayah untuk pria yang baru mereka temui. "Aku tidak habis pikir kalau Papa langsung memberikan restu kepada pria itu!" Axel menatap Marco tidak percaya. "Kita bahkan belum mengenalnya dengan baik! Kita tidak bisa memberikan Claire kepadanya dengan mudah, Claire itu kesayangan kita, Pa!"Marco tersenyum melihat kekhawatiran putranya. "Papa yakin kepadanya, Xel.""Apa!" Axel sangat terkejut mendengar ucapan sang Ayah. "Papa bahkan baru bertemu dengan pria itu kenapa bisa langsung yakin begini, hah!""Papa memiliki alasan tersendiri, Xel.""Alasan apa itu yang cukup masuk akal hingga membuat Papa langsung memberinya restu!""Ibumu," Marco tersenyum. "Ibumu terlihat sangat bahagia saat tahu Tristan memiliki hubungan dengan Claire, dan Papa yakin jika ibumu memiliki firasat yang baik untuk masa depan Claire

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status