Home / Romansa / HASRAT TAK BERNAMA / Bab 4 Dua Langkah Menuju yang Salah

Share

Bab 4 Dua Langkah Menuju yang Salah

Author: Yurami
last update Last Updated: 2025-09-03 23:59:28

Pagi kembali dengan sinar matahari menyusup ke celah tirai kamar besar Vreya. Gadis itu membuka matanya dengan malas, tubuhnya masih lemah setelah hampir kehilangan nyawanya. Ia menoleh sekilas, menemukan secangkir teh hangat di nakas. Aromanya samar, jelas bukan buatan ibunya. Entah Riska yang membuatnya… atau mungkin pengawalnya, Zayn.

Dengan langkah gontai, ia turun ke ruang makan. Rumah besar itu sunyi, terlalu sunyi. Hanya suara burung dari luar jendela yang memecah keheningan. Tak ada tanda-tanda sang ayah, Yuan Aditama, atau Dona. Sejak lama rumah ini hanya miliknya seorang—bangunan megah yang lebih sering terasa seperti penjara.

“Pagi.”

Suara berat itu datang dari arah pintu.

Zayn berdiri rapi dengan setelan hitamnya, seolah insiden semalam tak pernah terjadi. Sorot matanya tenang, nyaris dingin.

Vreya melirik sekilas. “Pagi.” sahutnya singkat. Namun, hatinya berkhianat. Bayangan kejadian semalam—saat Zayn nyaris mendobrak pintu lalu terjatuh menimpanya—masih membuat debaran di dadanya belum juga reda.

“Hari ini tidak ada jadwal shooting. Anda harus istirahat,” ucap Zayn datar, suaranya tanpa nada emosional.

Kalimat itu membuat Vreya menahan napas. Ia ingin membantah, ingin marah, tapi yang keluar hanya helaan panjang. Kenapa dia selalu sesederhana itu?

Tatapan dinginnya justru membuat hati Vreya bergetar. Ia benci mengakuinya, tapi Zayn berbeda dari lelaki lain. Tak ada basa-basi, tak ada simpati berlebihan. Dan entah kenapa… justru itu yang membuatnya ingin tahu lebih banyak.

“Aku sudah baikan. Aku bisa mulai shooting hari ini,” ujar Vreya akhirnya, dengan nada menantang. Ia berbalik, seolah ingin menyembunyikan perasaan aneh yang menyelinap.

“Baik, Vreya.”

Jawaban Zayn tetap singkat, datar, seakan semua hanya perintah kerja.

Namun di balik ketenangan itu, pikirannya sama sekali bukan tentang Vreya. Semalam, laporan anak buahnya tentang Dona masih terngiang. Perempuan itu bukan sekadar adik tiri artis ini. Dona berbeda—dan Zayn harus menemukan celah untuk lebih dekat dengannya.

Tapi di saat yang sama, laporan itu juga menunjukkan sisi lain Dona. Perempuan itu bukan gadis baik-baik seperti yang ia bayangkan.

Meski begitu, semakin Zayn menolak, semakin dalam dirinya terjebak.

Vreya kembali naik ke lantai atas. Rumah itu masih saja sunyi, hanya derap langkahnya sendiri yang terdengar. Ia membuka lemari, jemarinya menyusuri deretan gaun dan blazer. Hari ini ada shooting iklan—ia harus terlihat sempurna meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih.

Cermin besar memantulkan sosoknya. Anggun, tapi matanya masih menyimpan letih. Tak ada yang peduli. Tak ada yang bertanya apakah aku baik-baik saja… kecuali orang asing itu. Sebuah helaan napas lolos dari bibirnya sebelum ia akhirnya mengambil setelan putih sederhana yang membuat kulitnya tampak bercahaya.

Begitu membuka pintu kamar, langkahnya terhenti. Zayn berdiri memunggunginya di koridor. Saat pintu terbuka, pria itu berbalik tenang.

“Mobil sudah siap,” ucapnya datar.

“Riska di mana?” tanya Vreya.

“Dia tidak datang.”

“Hah? Yang benar saja! Lalu pagi tadi siapa yang membuatkan teh untukku?”

“Saya.”

Vreya mendecak, rahangnya mengeras. “Gila kamu?! Baru kemarin aku katakan jangan sejengkal pun masuk ke kamarku!”

Zayn hanya mengangguk, seolah sabar mendengarkan. “Saya hanya membuatkan teh. Setelah itu saya keluar.”

Vreya mendengus kesal, tak ingin memperpanjang, lalu melangkah cepat menuruni tangga.

**

Lokasi shooting berada di sebuah studio luas di pusat kota. Vreya sibuk dengan pengambilan gambar, sementara Riska mengurus detail kontrak bersama kru. Zayn, seperti biasa, berdiri di sudut ruangan, mengamati tanpa banyak bicara.

Selesai satu set pengambilan gambar, Riska menghampiri Vreya dengan membawa sebuah amplop putih bersegel emas. “Vrey, ini baru saja diantar. Dari Tuan Yuan.”

Vreya mengerutkan kening. “Apa lagi?”

“Undangan makan malam. Malam ini,” ucap Riska hati-hati. “Ayahmu ingin kau hadir. Bukankah… sudah lama sekali kalian tidak bertemu?”

Vreya menunduk, berpura-pura sibuk membersihkan sisa makeup di tangannya. “Aku tidak butuh makan malam itu.”

“Tapi ini penting, Vrey,” desak Riska, menatapnya penuh arti.

Zayn, yang berdiri tak jauh, sempat melirik ke arah amplop di tangan Riska. Sekilas, sudut bibirnya terangkat. Senyum samar yang sulit ditafsirkan. Akhirnya. Kesempatan untuk bertemu Dona—gadis yang diam-diam membuat pikirannya tidak pernah tenang sejak malam pesta itu.

Vreya akhirnya menyerah, mendesah pelan. “Baiklah. Aku akan datang. Tapi jangan harap aku menikmatinya.”

Zayn menunduk tipis, menyembunyikan kilatan puas di matanya. Baginya, malam ini bukan tentang Vreya. Malam ini adalah langkah yang mendekatkannya pada Dona.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 4 Dua Langkah Menuju yang Salah

    Pagi kembali dengan sinar matahari menyusup ke celah tirai kamar besar Vreya. Gadis itu membuka matanya dengan malas, tubuhnya masih lemah setelah hampir kehilangan nyawanya. Ia menoleh sekilas, menemukan secangkir teh hangat di nakas. Aromanya samar, jelas bukan buatan ibunya. Entah Riska yang membuatnya… atau mungkin pengawalnya, Zayn. Dengan langkah gontai, ia turun ke ruang makan. Rumah besar itu sunyi, terlalu sunyi. Hanya suara burung dari luar jendela yang memecah keheningan. Tak ada tanda-tanda sang ayah, Yuan Aditama, atau Dona. Sejak lama rumah ini hanya miliknya seorang—bangunan megah yang lebih sering terasa seperti penjara. “Pagi.” Suara berat itu datang dari arah pintu. Zayn berdiri rapi dengan setelan hitamnya, seolah insiden semalam tak pernah terjadi. Sorot matanya tenang, nyaris dingin. Vreya melirik sekilas. “Pagi.” sahutnya singkat. Namun, hatinya berkhianat. Bayangan kejadian semalam—saat Zayn nyaris mendobrak pintu lalu terjatuh menimpanya—masih membuat

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 3 Perempuan di Balik Nada

    Pukul dua dini hari. Rumah sakit elit di pusat kota masih menyisakan aktivitas di lorong-lorongnya, meski suasana sudah jauh lebih senyap dari sebelumnya. Vreya telah sadar. Ia kini terbaring di kamar VVIP, dengan tirai tipis mengelilingi tempat tidurnya. Alat-alat medis masih terpasang di tubuhnya, menandakan betapa tipis batas yang tadi dilewatinya—antara hidup dan kematian. Di dalam ruangan, sang ibu duduk di sisi ranjang. Matanya sembab dan wajahnya pucat, tapi genggaman tangannya tetap erat menggenggam tangan putrinya. Seolah rasa bersalahnya tidak akan pernah bisa ditebus hanya dengan kata maaf. "Maafin Mama, sayang..." ucapnya pelan. Suaranya pecah, Vreya belum bisa menjawab. Hanya kelipan pelan dari matanya yang menjadi isyarat bahwa ia mendengar. Di luar ruangan, Zayn berdiri tegak. Diam. Tatapannya tertuju lurus, sorot matanya dingin, penuh kalkulasi. Beberapa menit kemudian, pintu kamar terbuka. Bella melangkah keluar, menyeka air mata dengan tisu. Ia sempat mena

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 2 Di Balik Gaun dan Racun

    Lokasi shooting sore itu masih ramai. Kru lalu-lalang di antara kabel, lampu, dan properti medis palsu. Hawa lembap dari gedung tua itu bercampur dengan aroma makanan cepat saji yang dibawa para kru. Di sudut ruang istirahat, Vreya duduk diam. Pandangannya kosong menatap naskah di pangkuan. Riska, sang manajer, datang membawa sebuah kotak makan berhiaskan pita merah. “Ini makanan untuk kamu, Vre. Dari fans,” katanya sambil tersenyum kecil. Di kotak itu, tertempel kartu kecil bertuliskan "Untuk Vreya, semangat ya shootingnya! Dari pengagummu." “Letakkan saja di situ. Aku sedang tidak nafsu makan,” ucap Vreya tanpa menoleh. Riska menghela napas, menaruh kotak itu di meja kecil. “Tapi... kamu harus makan. Makanan yang sudah disediakan kamu juga nggak sentuh dari tadi siang. Sekarang udah sore, Vre. Kamu masih ada scene lagi nanti.” Diam. “Fans kamu bakal sedih, lho, kalau tahu kamu nggak makan kiriman mereka.” Kalimat itu berhasil membuat Vreya menoleh, walau lelah tampak j

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 1 Misi yang Tersembunyi

    Pagi itu Jakarta cerah seperti biasa. Tapi yang tidak biasa adalah kehadiran lelaki asing di ruang tamu. “Siapa dia?” tanya Vreya tanpa menoleh, masih memutar notasi lagu di iPad-nya. Manajernya menelan ludah gugup. “Pengawal pribadi baru. Tuan Yuan yang menugaskan.” “Sejak kapan aku perlu dijaga?” “Sejak paparazzi hampir menjatuhkan Anda di bandara kemarin, dan Nona Dona nyaris dibuntuti pria asing saat acara amal.” Vreya mengangkat kepala. Matanya menyipit menatap pria tinggi berjas hitam itu. rambut tersisir rapi, wajah dingin seperti salju di kutub. Tidak tersenyum. Tidak menyapa. Hanya berdiri diam, seperti patung mahal. “Namamu?” tanyanya pelan. “Zayn,” jawab pria itu, datar. “Hm.” Vreya berdiri. “Kau akan mengawalku mulai sekarang?” “Ya.” “Baik. Kalau begitu, dengar aturanku.” Ia melangkah perlahan, menyentuh sisi sofa berjalan mendekati Zayn. “Jangan ganggu waktuku bermain musik. Jangan ikut ke ruang makeup. Jangan ikut ke studio saat aku sedang rekaman

  • HASRAT TAK BERNAMA   PROLOG

    30 tahun lalu Hujan turun rintik-rintik, membasahi halaman belakang rumah sakit bersalin tempat dua sahabat duduk berdampingan. Di pangkuan mereka, dua bayi mungil yang baru saja membuka mata pada dunia. “Aku ingin... kelak saat mereka dewasa, kita jodohkan mereka,” ucap Caitlin pelan, mengusap pipi bayinya dengan penuh kasih. Bella tersenyum, menggenggam tangan sahabatnya. “Kalau begitu, janji. Kita jodohkan mereka.” Dua tangan terikat. Dua hati sepakat. Namun takdir jarang berjalan lurus. Sepuluh bulan kemudian, Caitlin pergi ke Amerika mengikuti suaminya. Janji itu tertinggal dalam hening. Terkubur waktu dan jarak. Kini Lagu klasik mengalun dari jari jemari seorang wanita berselendang merah darah. Panggung megah dipenuhi hadirin kelas atas, tapi hanya satu pria yang terpaku. Zayn. Mata elangnya tak beranjak dari punggung sang pianis. Ia tak tahu siapa wanita itu—wajahnya tersembunyi. Tapi cara dia menyentuh tuts piano… membuat hatinya bergetar untuk pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status