Home / Romansa / HASRAT TAK BERNAMA / Bab 5 Pertemuan yang Tak Pernah Diinginkan

Share

Bab 5 Pertemuan yang Tak Pernah Diinginkan

Author: Yurami
last update Last Updated: 2025-09-06 07:51:31

Mobil hitam itu berhenti tepat di depan gerbang megah kediaman Yuan Aditama. Vreya menarik napas panjang, menatap rumah yang dulu pernah ia tinggali—tempat yang kini tak lagi menyimpan rasa nyaman baginya. Zayn turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuknya tanpa sepatah kata.

Tak ada Riska kali ini. Hanya dia… dan pria asing yang entah mengapa selalu hadir di tiap langkah penting hidupnya.

Langkah Vreya memasuki halaman terasa berat. Namun sebelum sempat ia mengetuk, daun pintu sudah terbuka dari dalam. Sosok seorang wanita anggun dengan senyum yang tampak dibuat-buat berdiri di ambang.

“Vreya… akhirnya kau datang juga.” nada suara itu terdengar ramah, tapi dingin berbalut kepalsuan. Dialah Citra, istri kedua Yuan Aditama—wanita yang dulu merebut posisinya sebagai ibu rumah tangga sah di rumah ini.

Vreya mengangguk datar, tanpa menanggapi basa-basi.

“Masuklah, sayang. Ayahmu sudah menunggu di ruang makan.”

Tatapan Citra sekilas bergeser pada Zayn yang berdiri tegap di belakang Vreya. Senyum kecil terbit di wajahnya, samar-samar menilai.

“Dan ini… pengawal barumu?"

Vreya mengangguk. "Bukankah anda sudah tau? Ayah yang mencarikan pengawal untukku."

Citra tersenyum. "Tentu tahu, tapi.. Ibu belum pernah melihat wajahnya."

Zayn hanya menundukkan kepala sopan tanpa memberi komentar.

Begitu melangkah masuk, aroma masakan mewah langsung menyambut, bercampur dengan suasana rumah yang terlalu asing. Di ruang tamu, Vreya berhenti sejenak. Matanya tertuju pada dinding yang dipenuhi bingkai foto keluarga baru: Yuan Aditama, Citra, dan seorang gadis remaja berambut panjang dengan senyum menawan.

Dialah Dona.

Adik tirinya.

Gadis itu sedang duduk di sofa, memainkan ponsel sambil pura-pura tak peduli.

"Dona! Ini ada kakak kamu." tegur Citra seolah menyadarkan Dona.

Dona segera berdiri tersenyum dan menyambut kedatangan Vreya. Namun saat Dona hendak memelik seraya mencium pipi sang Kakak, dengan cepat Vreya menghindar.

"Jangan terlalu dekat. Kita tidak sedekat itu." tutur Vreya dingin. Ia melangkah cepat menuju ruang makan. Sedangkan Dona menatap Vreya dalam diam.

Pandangan Zayn tak luput dari wajah Dona. Ia menatap singkat, lalu mengulum senyum tipis—senyum yang mengisyaratkan lebih dari sekadar sapaan.

Vreya menegakkan bahu, menahan debar yang tak seharusnya ia rasakan. “Ayo, Zayn.” suaranya dingin, mencoba menepis kenyataan bahwa sorot mata pengawalnya baru saja terpaut pada seseorang yang paling tidak ia sukai.

Citra melangkah lebih dulu menyusul Vreya. memandu mereka ke ruang makan yang sudah ditata dengan begitu mewah. Dan di ujung meja panjang itu, Yuan Aditama sudah duduk menunggu.

Ruang makan itu begitu megah, chandelier kristal menggantung di langit-langit, memantulkan cahaya ke atas meja panjang yang dipenuhi hidangan. Segalanya tampak mewah—namun bagi Vreya, suasananya justru menyesakkan.

“Duduklah.” suara Yuan Aditama terdengar tegas, meski tubuhnya sedikit renta dimakan usia. Sorot matanya tetap tajam, dingin, tak pernah benar-benar mengandung kelembutan seorang ayah.

Vreya menarik kursi dengan sikap kaku. Zayn berdiri tegap di belakangnya, diam, seperti bayangan yang tak bisa lepas dari langkahnya.

Citra duduk anggun di samping Yuan, sementara Dona memilih kursi tepat di seberang Vreya. Pandangannya singkat, lalu kembali sibuk memainkan rambutnya sendiri.

“Bagaimana kabarmu, Vreya?” tanya Yuan, suaranya lebih mirip basa-basi daripada perhatian tulus.

“Seperti yang Ayah lihat.” jawab Vreya datar, menunduk pada serbet di pangkuannya.

Citra tersenyum tipis, menyela. “Kami dengar kau keracunan kemarin… syukurlah ada pengawalmu yang sigap. Memang tepat sekali Ayahmu mencarikan Zayn untukmu.”

Tatapan Vreya menajam. “Aku bisa menjaga diriku sendiri. Jangan terlalu membesar-besarkan.”

Hening. Suara sendok dan garpu jadi satu-satunya pengisi ruang.

Lalu Dona angkat bicara, nada manis tapi menyengat. “Tidak apa-apa, Ayah. Kak Vrey memang terlihat sangat lelah. Dunia selebritas itu berat, ya? Banyak gosip beredar… semoga saja semua itu tidak benar.”

Mata Dona berkilat puas, meski bibirnya tersenyum anggun.

Vreya mendongak, sorot matanya tajam. “Kalau memang gosip, artinya tidak perlu kau ulang, Dona.”

Citra cepat-cepat menengahi, “Ah, Dona hanya khawatir. Bukankah begitu, sayang?”

Dona menunduk pura-pura malu, lalu sempat melirik pada Zayn. Senyum kecil terbit di bibirnya—sengaja, agar terlihat.

Vreya menangkapnya. Rahangnya menegang. “Jangan terlalu sibuk mengkhawatirkanku. Khawatirkan dirimu sendiri. Dunia luar tidak seindah rumah ini, Dona. Senyum manis tidak selalu bisa melindungimu. Dan satu lagi…” Vreya mencondongkan tubuh sedikit, suaranya dingin menusuk. “Jangan terlalu sering berganti pasangan. Siapa tahu nanti kau tertular sesuatu.”

Suasana meja makan seketika membeku. Garpu di tangan Citra berhenti di udara. Yuan menatap Vreya dengan sorot tajam penuh peringatan.

Wajah Dona memucat, jemarinya menggenggam garpu erat.

“Cukup, Vreya!” bentak Yuan. “Kau di sini untuk makan malam bersama keluarga. Jangan menciptakan masalah.”

Vreya menunduk, tersenyum tipis. “Keluarga?” gumamnya lirih. Ia mendongak, menatap Yuan dengan mata berkilat. “Sejak kapan aku menjadi keluarga kalian?”

“Vreya!!” bentak Yuan lagi, nadanya makin keras.

“Betul kan?” Vreya menunjuk dinding penuh pigura. “Bahkan fotoku tidak ada di sana.”

Dona terkekeh, menahan nada mengejek. “Hanya karena foto? Lalu Kakak beranggapan bukan keluarga? Kak Vreya seperti anak kecil yang masih labil.”

Vreya bangkit berdiri. “Itu jauh lebih baik, ketimbang aku harus satu frame denganmu.”

Kursi bergeser, menyisakan bunyi nyaring. Vreya menegakkan bahu. “Saya pamit.”

Zayn menatap Vreya. Namun bukan Vreya yang membekas dalam pikirannya malam itu—melainkan Dona, yang diam-diam tersenyum tipis di balik wajah pucatnya.

Vreya baru saja berdiri dari kursinya, berniat menyudahi makan malam yang penuh kepalsuan itu. Namun langkahnya terhenti ketika suara manja Dona terdengar.

“Ayah… apa aku boleh minta Zayn, pengawal Kak Vreya, mengantarku malam ini ke panti asuhan?”

Ruang makan seketika hening. Tatapan semua orang tertuju pada Dona yang tersenyum manis, seolah ucapannya tak bermaksud apa-apa.

Vreya menoleh pelan, bibirnya melengkung sinis.

“Minta Ayah mencarikan kamu pengawal. Tidak perlu pakai pengawal yang sudah—”

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Zayn menyela cepat. Suaranya tenang, tapi tegas.

“Saya bisa mengantar. Karena saya diutus Tuan Yuan untuk melindungi kalian.”

Dona berpura-pura terkejut. “Oh, ya? Benarkah? Kalau begitu… kamu pilih, Zayn. Mau bersama aku, atau Kak Vreya? Kalau memang tugasmu melindungi kami, seharusnya tidak hanya Kak Vreya saja yang kau jaga.”

Yuan yang sedari tadi diam akhirnya angkat suara, suaranya berat.

“Itu sudah keputusan Ayah, Don. Kakakmu berbeda. Bahayanya lebih besar dibanding kamu.”

Vreya hanya diam, menatap tajam ke arah Zayn. Namun pria itu terlihat santai, seolah sama sekali tak merasa terjebak.

“Ayah, tapi aku juga butuh pengawal,” desak Dona lagi, kali ini sedikit manja.

“Kalau butuh, silakan hubungi Zayn. Atau minta tolong Andika,” jawab Yuan datar.

Dona langsung menoleh pada Zayn. “Bagaimana, Zayn? Apa kamu mau antar aku?”

Zayn terdiam sejenak. Tenggorokannya bergerak menelan ludah. Matanya sekilas melirik Vreya yang berdiri dengan wajah dingin tanpa ekspresi.

Hening.

Lalu suara itu terdengar pelan.

“Pergilah. Saya bisa pulang sendiri.”

Zayn menatapnya dalam diam. Ada sesuatu di matanya yang sulit terbaca. Hingga akhirnya ia mengangguk pelan.

“Baik.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 6 Malam Yang Salah

    Udara malam menyergap dingin ketika Vreya melangkah cepat keluar dari rumah itu. Hak sepatunya beradu dengan lantai marmer hingga menembus halaman yang luas. Ia tak menoleh lagi, hanya ingin segera meninggalkan segala kepalsuan yang menyelimuti meja makan tadi.Namun begitu sampai di area parkir, langkahnya terhenti. Dari belakang, suara sepatu berat terdengar menyusul. Vreya menoleh, dan mendapati Zayn berdiri tak jauh di belakangnya.“Kenapa menyusulku?” suaranya tajam.Zayn menatapnya singkat, wajahnya tetap datar. “Nona Dona memerintah saya untuk mengajak Nona Vreya juga.”Vreya terkekeh hambar, tawanya tipis namun menyayat. “Tidak perlu!”Ia membuka pintu mobil dengan kasar, lalu menatap Zayn dengan sorot penuh amarah. “Kamu tidak perlu balik ke rumahku!”Zayn menahan napas, rahangnya mengeras. Ia tidak langsung menjawab, hanya menatap Vreya yang bergetar menahan emosinya. Pandangan itu seolah ingin mengatakan sesuatu—namun mulutnya terkunci.Tak lama mobil itu melaju dengan kece

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 5 Pertemuan yang Tak Pernah Diinginkan

    Mobil hitam itu berhenti tepat di depan gerbang megah kediaman Yuan Aditama. Vreya menarik napas panjang, menatap rumah yang dulu pernah ia tinggali—tempat yang kini tak lagi menyimpan rasa nyaman baginya. Zayn turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuknya tanpa sepatah kata.Tak ada Riska kali ini. Hanya dia… dan pria asing yang entah mengapa selalu hadir di tiap langkah penting hidupnya.Langkah Vreya memasuki halaman terasa berat. Namun sebelum sempat ia mengetuk, daun pintu sudah terbuka dari dalam. Sosok seorang wanita anggun dengan senyum yang tampak dibuat-buat berdiri di ambang.“Vreya… akhirnya kau datang juga.” nada suara itu terdengar ramah, tapi dingin berbalut kepalsuan. Dialah Citra, istri kedua Yuan Aditama—wanita yang dulu merebut posisinya sebagai ibu rumah tangga sah di rumah ini.Vreya mengangguk datar, tanpa menanggapi basa-basi.“Masuklah, sayang. Ayahmu sudah menunggu di ruang makan.”Tatapan Citra sekilas bergeser pada Zayn yang berdiri tegap di belakang Vrey

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 4 Dua Langkah Menuju yang Salah

    Pagi kembali dengan sinar matahari menyusup ke celah tirai kamar besar Vreya. Gadis itu membuka matanya dengan malas, tubuhnya masih lemah setelah hampir kehilangan nyawanya. Ia menoleh sekilas, menemukan secangkir teh hangat di nakas. Aromanya samar, jelas bukan buatan ibunya. Entah Riska yang membuatnya… atau mungkin pengawalnya, Zayn. Dengan langkah gontai, ia turun ke ruang makan. Rumah besar itu sunyi, terlalu sunyi. Hanya suara burung dari luar jendela yang memecah keheningan. Tak ada tanda-tanda sang ayah, Yuan Aditama, atau Dona. Sejak lama rumah ini hanya miliknya seorang—bangunan megah yang lebih sering terasa seperti penjara. “Pagi.” Suara berat itu datang dari arah pintu. Zayn berdiri rapi dengan setelan hitamnya, seolah insiden semalam tak pernah terjadi. Sorot matanya tenang, nyaris dingin. Vreya melirik sekilas. “Pagi.” sahutnya singkat. Namun, hatinya berkhianat. Bayangan kejadian semalam—saat Zayn nyaris mendobrak pintu lalu terjatuh menimpanya—masih membuat

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 3 Perempuan di Balik Nada

    Pukul dua dini hari. Rumah sakit elit di pusat kota masih menyisakan aktivitas di lorong-lorongnya, meski suasana sudah jauh lebih senyap dari sebelumnya. Vreya telah sadar. Ia kini terbaring di kamar VVIP, dengan tirai tipis mengelilingi tempat tidurnya. Alat-alat medis masih terpasang di tubuhnya, menandakan betapa tipis batas yang tadi dilewatinya—antara hidup dan kematian. Di dalam ruangan, sang ibu duduk di sisi ranjang. Matanya sembab dan wajahnya pucat, tapi genggaman tangannya tetap erat menggenggam tangan putrinya. Seolah rasa bersalahnya tidak akan pernah bisa ditebus hanya dengan kata maaf. "Maafin Mama, sayang..." ucapnya pelan. Suaranya pecah, Vreya belum bisa menjawab. Hanya kelipan pelan dari matanya yang menjadi isyarat bahwa ia mendengar. Di luar ruangan, Zayn berdiri tegak. Diam. Tatapannya tertuju lurus, sorot matanya dingin, penuh kalkulasi. Beberapa menit kemudian, pintu kamar terbuka. Bella melangkah keluar, menyeka air mata dengan tisu. Ia sempat mena

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 2 Di Balik Gaun dan Racun

    Lokasi shooting sore itu masih ramai. Kru lalu-lalang di antara kabel, lampu, dan properti medis palsu. Hawa lembap dari gedung tua itu bercampur dengan aroma makanan cepat saji yang dibawa para kru. Di sudut ruang istirahat, Vreya duduk diam. Pandangannya kosong menatap naskah di pangkuan. Riska, sang manajer, datang membawa sebuah kotak makan berhiaskan pita merah. “Ini makanan untuk kamu, Vre. Dari fans,” katanya sambil tersenyum kecil. Di kotak itu, tertempel kartu kecil bertuliskan "Untuk Vreya, semangat ya shootingnya! Dari pengagummu." “Letakkan saja di situ. Aku sedang tidak nafsu makan,” ucap Vreya tanpa menoleh. Riska menghela napas, menaruh kotak itu di meja kecil. “Tapi... kamu harus makan. Makanan yang sudah disediakan kamu juga nggak sentuh dari tadi siang. Sekarang udah sore, Vre. Kamu masih ada scene lagi nanti.” Diam. “Fans kamu bakal sedih, lho, kalau tahu kamu nggak makan kiriman mereka.” Kalimat itu berhasil membuat Vreya menoleh, walau lelah tampak j

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 1 Misi yang Tersembunyi

    Pagi itu Jakarta cerah seperti biasa. Tapi yang tidak biasa adalah kehadiran lelaki asing di ruang tamu. “Siapa dia?” tanya Vreya tanpa menoleh, masih memutar notasi lagu di iPad-nya. Manajernya menelan ludah gugup. “Pengawal pribadi baru. Tuan Yuan yang menugaskan.” “Sejak kapan aku perlu dijaga?” “Sejak paparazzi hampir menjatuhkan Anda di bandara kemarin, dan Nona Dona nyaris dibuntuti pria asing saat acara amal.” Vreya mengangkat kepala. Matanya menyipit menatap pria tinggi berjas hitam itu. rambut tersisir rapi, wajah dingin seperti salju di kutub. Tidak tersenyum. Tidak menyapa. Hanya berdiri diam, seperti patung mahal. “Namamu?” tanyanya pelan. “Zayn,” jawab pria itu, datar. “Hm.” Vreya berdiri. “Kau akan mengawalku mulai sekarang?” “Ya.” “Baik. Kalau begitu, dengar aturanku.” Ia melangkah perlahan, menyentuh sisi sofa berjalan mendekati Zayn. “Jangan ganggu waktuku bermain musik. Jangan ikut ke ruang makeup. Jangan ikut ke studio saat aku sedang rekaman

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status