Home / Romansa / HASRAT TAK BERNAMA / Bab 6 Malam Yang Salah

Share

Bab 6 Malam Yang Salah

Author: Yurami
last update Last Updated: 2025-09-07 22:57:37

Udara malam menyergap dingin ketika Vreya melangkah cepat keluar dari rumah itu. Hak sepatunya beradu dengan lantai marmer hingga menembus halaman yang luas. Ia tak menoleh lagi, hanya ingin segera meninggalkan segala kepalsuan yang menyelimuti meja makan tadi.

Namun begitu sampai di area parkir, langkahnya terhenti. Dari belakang, suara sepatu berat terdengar menyusul. Vreya menoleh, dan mendapati Zayn berdiri tak jauh di belakangnya.

“Kenapa menyusulku?” suaranya tajam.

Zayn menatapnya singkat, wajahnya tetap datar. “Nona Dona memerintah saya untuk mengajak Nona Vreya juga.”

Vreya terkekeh hambar, tawanya tipis namun menyayat. “Tidak perlu!”

Ia membuka pintu mobil dengan kasar, lalu menatap Zayn dengan sorot penuh amarah. “Kamu tidak perlu balik ke rumahku!”

Zayn menahan napas, rahangnya mengeras. Ia tidak langsung menjawab, hanya menatap Vreya yang bergetar menahan emosinya. Pandangan itu seolah ingin mengatakan sesuatu—namun mulutnya terkunci.

Tak lama mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan halaman megah yang penuh bayangan masa lalu.

Zayn berdiri kaku di sana, hanya bisa menatap lampu belakang mobil yang kian menjauh. Ada desakan di dadanya—keinginan untuk berlari menyusul, untuk menjelaskan. Namun pada akhirnya ia hanya mengatupkan rahang, menelan rasa bersalah yang tak pernah ia akui.

**

Kini Zayn menunggu di ruang tamu dengan wajah datar. Jam di dinding berdetak lambat, sementara suara langkah di lantai atas tak kunjung terdengar. Ia melirik arloji di pergelangan tangan. Hampir satu jam.

Dengan kesabaran yang mulai menipis, Zayn akhirnya berdiri dan menaiki tangga. Ia mengetuk pintu kamar Dona dengan irama singkat.

“Sudah jam sembilan, Nona. Apa panti asuhan masih buka jam segini?”

Pintu terbuka perlahan. Dona muncul dengan gaun mini berkilau, rambut panjangnya tergerai sempurna, riasannya pun terlalu berlebihan untuk sekadar kunjungan amal. Ia tersenyum simpul, menatap Zayn dengan sorot penuh teka-teki.

“Tenang saja, Zayn. Mereka akan menerima kedatangan kita kapan saja.” jawabnya ringan.

Zayn mengerutkan kening, tapi tetap menahan diri. Ada sesuatu yang janggal, tapi tugasnya jelas: mengawal.

Tak lama kemudian, mobil melaju keluar dari gerbang kediaman Yuan Aditama. Namun arah yang ditunjukkan Dona sama sekali bukan ke panti asuhan. Lampu neon kota yang gemerlap, musik berdentum samar dari kejauhan, hingga akhirnya mereka berhenti di depan sebuah klub malam terkenal.

Zayn berdiri di samping mobil, tatapannya menusuk. “Ini… bukan panti asuhan.”

Dona hanya terkekeh, menyampirkan tas kecil di bahunya. “Kau terlalu serius. Kadang, melindungi berarti juga menemani, bukan?”

Ia melangkah masuk tanpa peduli lagi.

Zayn menatap pintu masuk klub dengan rahang mengeras. Ia hampir berbalik, tapi sesuatu menahannya. Akhirnya, dengan langkah berat, ia masuk mengikuti Dona.

Cahaya temaram, dentuman musik, aroma alkohol bercampur parfum memenuhi ruangan. Pandangan Zayn menyapu sekeliling, mencari sosok Dona yang sudah lebih dulu menyelinap ke keramaian.

Namun justru sepasang mata lain yang menarik perhatiannya.

Di sudut lounge VIP, duduk seorang gadis dengan dress sederhana, wajahnya tanpa riasan berlebihan. Ia tampak berbicara dengan seorang wanita lain—tatapannya jauh lebih tenang, meski jelas tidak nyaman dengan suasana klub.

Itu Vreya. Ia duduk bersama seorang wanita yang tak lain adalah Acel, sahabatnya sekaligus pemilik club ini.

Zayn tercekat. Ia sama sekali tak menyangka akan melihatnya di sini. Tak ada gelas alkohol di mejanya, hanya jus dingin yang mungkin tak tersentuh. Meski sederhana, kehadirannya tetap memancarkan pesona—membuat beberapa pasang mata diam-diam melirik.

Zayn sempat ingin berbalik, tapi tubuhnya seolah menolak. Justru saat itu, seorang pria lain mendekat ke arah Vreya. Tinggi, berwajah tegas, dengan senyum penuh percaya diri.

“Vrey,” sapa pria itu ramah, “aku sudah mencarimu. Kenapa tidak bilang kalau mau ke sini?”

Itu Gino.

Vreya menoleh, tersenyum tipis. “Gino… aku hanya menemani Acel sebentar. Bukan untuk pesta.”

“Tapi tetap saja,” Gino duduk di sampingnya tanpa ragu. “Aku senang bisa bertemu di sini. Kamu terlihat… luar biasa malam ini.”

Zayn yang berdiri tak jauh menegang. Rahangnya mengeras, matanya tak lepas dari cara Gino menatap Vreya dengan penuh minat. Sesuatu di dadanya mengusik, meski ia tak mau mengakuinya.

Dona yang menyadari arah tatapan Zayn, mendekat sambil tersenyum miring. “Ah ternyata kau mematung disini melihat ke arah dia? Kau juga terpesona, kan? Kak Vrey memang pandai menarik perhatian pria.”

Zayn menoleh sekilas, tatapannya dingin. “Tugas saya hanya memastikan dia baik-baik saja.”

“Tugas, hm?” Dona terkekeh, meneguk minumannya. “Kalau begitu, apa kau juga akan mengusir pria itu dari sampingnya?”

Zayn terdiam. Pandangannya kembali ke arah Vreya yang tertawa kecil mendengar candaan Acel, lalu menepis pujian Gino dengan sikap dingin. Namun justru sikap itulah yang membuat Gino semakin terpesona.

Dan tanpa sadar, jari-jari Zayn mengepal.

Dentuman musik semakin menggema, lampu berkelap-kelip menyapu ruangan. Vreya yang tadinya tenang bersama Acel dan Gino, langsung kehilangan semangat begitu melihat Dona… dengan Zayn di sisinya.

Dona menarik lengan Zayn, menyeretnya ke arah Vreya.

“Kak Vree di sini juga? Kirain tadi langsung pulang ke rumah karena ngambek,” ucap Dona terkekeh, jemarinya masih melingkar manja di lengan lelaki itu.

Vreya melirik sekilas, lalu membuang pandangan. Senyumnya sinis, menusuk.

“Jadi ini panti yang kamu maksud? Aku rasa tidak ada anak-anak panti di sini.” Tatapannya menajam ke arah Dona.

“Ah! Aku lupa. Anak panti itu kamu kan?”

Wajah Dona langsung memerah. Dengan kesal ia melepas lengan Zayn, lalu memilih menjauh, ia menari bersama beberapa pria yang langsung menyambutnya.

Vreya hanya menghela napas, jijik melihatnya. batinnya tertawa miris. "Ayah tidak pernah tahu kalau anak manis kesayangannya ini busuk di luar."

Ia berdiri, berniat menjauh dari Acel dan Gino. “Aku butuh udara,” katanya singkat.

Namun langkahnya terhenti saat seorang pria mabuk menghadang. Bau alkohol menusuk, dan matanya liar.

"Hei, temani aku sebentar." kata pria itu, tangannya langsung berusaha meraih pergelangan Vreya.

“Lepas!” bentaknya, menepis kasar.

Pria itu malah mendorongnya keras hingga tubuh Vreya menghantam meja. Pecahan kaca beterbangan, salah satunya menggores pipinya. Dan darah menetes, perih menjalari wajahnya.

Zayn yang berdiri tak jauh menoleh cepat. Matanya jelas menangkap Vreya yang terhuyung dengan darah di pipinya. Sesaat langkahnya hampir maju… tapi pandangan itu terhenti pada Dona.

Dona hampir terhuyung di lantai dansa, seorang pria meraih pinggangnya dengan cara yang tak pantas. Wajah Dona memang tak ada ketakutan, karena dirinya sudah terbiasa. Berbeda dengan Vreya.

Berbeda juga dengan Zayn, pilihannya hanya sepersekian detik.

Zayn mendesis pelan, lalu berbalik. Bukannya menolong Vreya, ia justru berlari ke arah Dona. Tangannya cepat menyingkirkan pria itu, lalu menopang tubuh Dona agar tak jatuh.

“Tidak apa-apa?!” suaranya panik, penuh perhatian.

Dona tersenyum tenang, "It's okay Zayn."

Vreya melihat semuanya. Melihat bagaimana Zayn tahu dirinya berdarah, tapi tetap memilih orang lain.

Dadanya seakan diremas. Luka di pipinya bukan apa-apa dibanding perih yang menyesakkan hati.

Ia menegakkan tubuh dengan sisa tenaga, menepis tangan pria mabuk yang masih mencoba mendekat, lalu melangkah menjauh. Tanpa menoleh lagi, tanpa ingin siapa pun melihat air matanya yang hampir pecah.

Udara malam langsung menyambut begitu Vreya berhasil keluar dari kerumunan bising klub itu. Dentuman musik masih terdengar samar dari dalam, tapi di luar hanya ada dingin yang menusuk dan lampu jalanan yang temaram.

Ia berjalan gontai menuju mobilnya sambil menahan perih di pipinya yang masih mengalirkan darah tipis. Jemarinya bergetar saat menyentuh goresan itu. Namun yang lebih menyakitkan bukanlah luka fisik—melainkan kenyataan yang baru saja ia lihat dengan matanya sendiri.

Zayn.

Pria itu menatapnya. Ia tahu Vreya terluka. Tapi pada akhirnya… ia memilih Dona.

Napas Vreya tercekat. Air mata yang sejak tadi ditahannya akhirnya jatuh, mengalir bercampur dengan darah di pipinya. Ia melangkah semakin jauh dari klub, dari hiruk pikuk, dari semua mata yang mungkin melihat kelemahannya.

Isakannya pelan, hampir tak terdengar, tapi tubuhnya bergetar hebat.

“Bodoh… kenapa aku harus peduli…” suaranya parau.

Tapi hatinya sendiri tahu, ia peduli. Dan itulah yang membuatnya hancur malam ini.

Ia menutup wajah dengan telapak tangan, bahunya terguncang. "Seharusnya sejak awal aku yakini diriku sendiri lagi. bahwa tidak ada yang aku percaya, selain diriku sendiri."

**

Di dalam, Zayn masih berdiri kaku. wajah Dona memerah karena alkohol. Ia tertawa renyah, matanya berkilat penuh keberanian.

“Aku sudah sewa ruangan private, bawa aku ke sana.”

Zayn mengangguk tanpa suara. Langkahnya mengikuti Dona, seolah kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Begitu pintu ruangan tertutup, Dona tiba-tiba menarik wajahnya. Bibir mereka bertemu dalam ciuman singkat—cukup untuk membuat dunia Zayn berputar.

Zayn terdiam. Tidak menolak. Tidak pula membalas. Hanya terjebak dalam gamang yang tak ia pahami.

"Kamu menyukainya?" tanya Dona dengan wajahnya yang memerah, bau alkohol menyeruak dari bibirnya.

Suara musik dari luar menggelegar, menelan detik yang seharusnya tak pernah terjadi.

Di luar, Vreya mendongak ke langit. Hujan gerimis turun, bercampur dengan air matanya. Ia merasakan dingin yang menusuk lebih dari sekadar udara malam.

Tak ada yang tahu, di saat Zayn mulai digenggam Dona, hatinya justru semakin jauh terseret ke arah yang keliru.

Dan malam itu, takdir mencatat diam-diam.

satu hati patah, dan satu hati tersesat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 6 Malam Yang Salah

    Udara malam menyergap dingin ketika Vreya melangkah cepat keluar dari rumah itu. Hak sepatunya beradu dengan lantai marmer hingga menembus halaman yang luas. Ia tak menoleh lagi, hanya ingin segera meninggalkan segala kepalsuan yang menyelimuti meja makan tadi.Namun begitu sampai di area parkir, langkahnya terhenti. Dari belakang, suara sepatu berat terdengar menyusul. Vreya menoleh, dan mendapati Zayn berdiri tak jauh di belakangnya.“Kenapa menyusulku?” suaranya tajam.Zayn menatapnya singkat, wajahnya tetap datar. “Nona Dona memerintah saya untuk mengajak Nona Vreya juga.”Vreya terkekeh hambar, tawanya tipis namun menyayat. “Tidak perlu!”Ia membuka pintu mobil dengan kasar, lalu menatap Zayn dengan sorot penuh amarah. “Kamu tidak perlu balik ke rumahku!”Zayn menahan napas, rahangnya mengeras. Ia tidak langsung menjawab, hanya menatap Vreya yang bergetar menahan emosinya. Pandangan itu seolah ingin mengatakan sesuatu—namun mulutnya terkunci.Tak lama mobil itu melaju dengan kece

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 5 Pertemuan yang Tak Pernah Diinginkan

    Mobil hitam itu berhenti tepat di depan gerbang megah kediaman Yuan Aditama. Vreya menarik napas panjang, menatap rumah yang dulu pernah ia tinggali—tempat yang kini tak lagi menyimpan rasa nyaman baginya. Zayn turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuknya tanpa sepatah kata.Tak ada Riska kali ini. Hanya dia… dan pria asing yang entah mengapa selalu hadir di tiap langkah penting hidupnya.Langkah Vreya memasuki halaman terasa berat. Namun sebelum sempat ia mengetuk, daun pintu sudah terbuka dari dalam. Sosok seorang wanita anggun dengan senyum yang tampak dibuat-buat berdiri di ambang.“Vreya… akhirnya kau datang juga.” nada suara itu terdengar ramah, tapi dingin berbalut kepalsuan. Dialah Citra, istri kedua Yuan Aditama—wanita yang dulu merebut posisinya sebagai ibu rumah tangga sah di rumah ini.Vreya mengangguk datar, tanpa menanggapi basa-basi.“Masuklah, sayang. Ayahmu sudah menunggu di ruang makan.”Tatapan Citra sekilas bergeser pada Zayn yang berdiri tegap di belakang Vrey

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 4 Dua Langkah Menuju yang Salah

    Pagi kembali dengan sinar matahari menyusup ke celah tirai kamar besar Vreya. Gadis itu membuka matanya dengan malas, tubuhnya masih lemah setelah hampir kehilangan nyawanya. Ia menoleh sekilas, menemukan secangkir teh hangat di nakas. Aromanya samar, jelas bukan buatan ibunya. Entah Riska yang membuatnya… atau mungkin pengawalnya, Zayn. Dengan langkah gontai, ia turun ke ruang makan. Rumah besar itu sunyi, terlalu sunyi. Hanya suara burung dari luar jendela yang memecah keheningan. Tak ada tanda-tanda sang ayah, Yuan Aditama, atau Dona. Sejak lama rumah ini hanya miliknya seorang—bangunan megah yang lebih sering terasa seperti penjara. “Pagi.” Suara berat itu datang dari arah pintu. Zayn berdiri rapi dengan setelan hitamnya, seolah insiden semalam tak pernah terjadi. Sorot matanya tenang, nyaris dingin. Vreya melirik sekilas. “Pagi.” sahutnya singkat. Namun, hatinya berkhianat. Bayangan kejadian semalam—saat Zayn nyaris mendobrak pintu lalu terjatuh menimpanya—masih membuat

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 3 Perempuan di Balik Nada

    Pukul dua dini hari. Rumah sakit elit di pusat kota masih menyisakan aktivitas di lorong-lorongnya, meski suasana sudah jauh lebih senyap dari sebelumnya. Vreya telah sadar. Ia kini terbaring di kamar VVIP, dengan tirai tipis mengelilingi tempat tidurnya. Alat-alat medis masih terpasang di tubuhnya, menandakan betapa tipis batas yang tadi dilewatinya—antara hidup dan kematian. Di dalam ruangan, sang ibu duduk di sisi ranjang. Matanya sembab dan wajahnya pucat, tapi genggaman tangannya tetap erat menggenggam tangan putrinya. Seolah rasa bersalahnya tidak akan pernah bisa ditebus hanya dengan kata maaf. "Maafin Mama, sayang..." ucapnya pelan. Suaranya pecah, Vreya belum bisa menjawab. Hanya kelipan pelan dari matanya yang menjadi isyarat bahwa ia mendengar. Di luar ruangan, Zayn berdiri tegak. Diam. Tatapannya tertuju lurus, sorot matanya dingin, penuh kalkulasi. Beberapa menit kemudian, pintu kamar terbuka. Bella melangkah keluar, menyeka air mata dengan tisu. Ia sempat mena

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 2 Di Balik Gaun dan Racun

    Lokasi shooting sore itu masih ramai. Kru lalu-lalang di antara kabel, lampu, dan properti medis palsu. Hawa lembap dari gedung tua itu bercampur dengan aroma makanan cepat saji yang dibawa para kru. Di sudut ruang istirahat, Vreya duduk diam. Pandangannya kosong menatap naskah di pangkuan. Riska, sang manajer, datang membawa sebuah kotak makan berhiaskan pita merah. “Ini makanan untuk kamu, Vre. Dari fans,” katanya sambil tersenyum kecil. Di kotak itu, tertempel kartu kecil bertuliskan "Untuk Vreya, semangat ya shootingnya! Dari pengagummu." “Letakkan saja di situ. Aku sedang tidak nafsu makan,” ucap Vreya tanpa menoleh. Riska menghela napas, menaruh kotak itu di meja kecil. “Tapi... kamu harus makan. Makanan yang sudah disediakan kamu juga nggak sentuh dari tadi siang. Sekarang udah sore, Vre. Kamu masih ada scene lagi nanti.” Diam. “Fans kamu bakal sedih, lho, kalau tahu kamu nggak makan kiriman mereka.” Kalimat itu berhasil membuat Vreya menoleh, walau lelah tampak j

  • HASRAT TAK BERNAMA   Bab 1 Misi yang Tersembunyi

    Pagi itu Jakarta cerah seperti biasa. Tapi yang tidak biasa adalah kehadiran lelaki asing di ruang tamu. “Siapa dia?” tanya Vreya tanpa menoleh, masih memutar notasi lagu di iPad-nya. Manajernya menelan ludah gugup. “Pengawal pribadi baru. Tuan Yuan yang menugaskan.” “Sejak kapan aku perlu dijaga?” “Sejak paparazzi hampir menjatuhkan Anda di bandara kemarin, dan Nona Dona nyaris dibuntuti pria asing saat acara amal.” Vreya mengangkat kepala. Matanya menyipit menatap pria tinggi berjas hitam itu. rambut tersisir rapi, wajah dingin seperti salju di kutub. Tidak tersenyum. Tidak menyapa. Hanya berdiri diam, seperti patung mahal. “Namamu?” tanyanya pelan. “Zayn,” jawab pria itu, datar. “Hm.” Vreya berdiri. “Kau akan mengawalku mulai sekarang?” “Ya.” “Baik. Kalau begitu, dengar aturanku.” Ia melangkah perlahan, menyentuh sisi sofa berjalan mendekati Zayn. “Jangan ganggu waktuku bermain musik. Jangan ikut ke ruang makeup. Jangan ikut ke studio saat aku sedang rekaman

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status