Home / Romansa / HASRAT TERLARANG ADIK TIRI / 1 - MANTANKU SAUDARA TIRIKU

Share

HASRAT TERLARANG ADIK TIRI
HASRAT TERLARANG ADIK TIRI
Author: Ranari Kka

1 - MANTANKU SAUDARA TIRIKU

Author: Ranari Kka
last update Last Updated: 2025-09-15 21:24:48

“Lucu, ya. Dulu kau yang menghilang, sekarang malah jadi saudara tiriku.”

Senyum samar di wajah pria itu seperti sedang menggodanya. Dengan tenang ia menyandarkan bahu di kusen pintu. Namun tatapan itu membuat udara di antara mereka terasa menipis.

Chloe terhenti. Jemarinya yang masih menggenggam erat koper terasa kaku. Ia menatap pria di seberangnya yang kini tampak lebih dewasa dari ingatannya.

Rambut hitamnya sedikit panjang, jatuh berantakan. Ada tindik kecil di telinga kirinya. Senyumnya yang dulu manis kini tampak makin berbahaya.

Tiga tahun ia pergi dengan harapan bisa melupakannya, tapi takdir justru menyambut dengan mimpi buruk. Ibunya menikah dengan ayah dari pria yang ia ingin hapuskan dari dunia.

Dua bulan lalu ketika ibunya meminta restu, Chloe menjawab santai, “Ibu bebas menikah dengan siapa saja, asal ibu bahagia.” Namun siapa sangka, ‘siapa saja’ itu berarti ayah dari mantannya sendiri.

“Dante ….” Bibir Chloe bergetar. Suaranya nyaris tak terdengar.

“Masih ingat namaku? Kupikir kau sudah melupakannya,” ucap Dante.

Perlahan ia melangkah mendekat. Tatapannya tenang, tapi Chloe bisa merasakan tatapan itu menelusuri setiap geraknya. Seolah waktu tak menghapus apapun di antara mereka.

“Jadi … ibuku sekarang istri ayahmu?” tanya Chloe dengan nada kaku.

Dante tersenyum kecil. “Benar. Kau dan aku tinggal satu atap sekarang. Takdir memang lucu, ya. Oh, dan mulai sekarang aku akan memanggilmu kakak, kalau kau mau.”

“Jangan pernah memanggilku seperti itu,” balas Chloe cepat.

Dante terdiam sejenak, lalu senyum tipis terlukis di sudut bibirnya. Ia mencondongkan tubuh sedikit, cukup dekat untuk membuat napas Chloe tercekat di tenggorokan.

“Lalu … apa kau lebih suka aku memanggilmu seperti dulu?”

Tatapan mereka bertaut sebentar, tapi waktu terasa berhenti di sana. Chloe tidak menjawab, hanya mundur setengah langkah.

“Chloe, ayo kita masuk—”

Sarah—ibu Chloe—berdiri di sana dengan wajah penuh senyum, tapi ekspresinya membeku begitu melihat putrinya dan Dante berdiri terlalu dekat. Keheningan singkat menelan ruangan.

Chloe sontak menyingkir. Wajahnya pucat menahan emosi. Sementara pria yang mengenakan kaos hitam itu melangkah mundur sambil menyelipkan senyum tipis seolah tidak terjadi apa-apa.

“I-ibu, aku baru saja mau masuk kamar,” ujar Chloe berusaha terdengar tenang.

Sarah mengerjap menatap keduanya bergantian, mencoba membaca situasi.

“Oh begitu ... . Baguslah kalian sudah bertemu. Setidaknya tidak perlu perkenalan canggung lagi.”

Sarah berdeham kecil, mencoba menghapus keretakan di wajahnya. Senyum hangatnya kembali dipaksakan, meski tidak sepenuhnya berhasil.

“Ayo, sayang. Ibu sudah siapkan kamar untukmu. Kau pasti lelah setelah perjalanan jauh.”

Dengan langkah kaku, Chloe berjalan menjauhi pria itu. Setiap ayunan langkah terasa berat, seakan lantai rumah itu menjelma lumpur yang menenggelamkan.

Sarah berjalan di sampingnya, sesekali mengulas senyum rindu. Namun Chloe nyaris tak bisa membalas. Kepalanya masih dipenuhi bayangan wajah mantan kekasihnya.

Begitu pintu kamar terbuka, aroma harum lavender menyambut. Sprei putih bersih, meja kecil dengan vas bunga segar, bahkan foto masa kecil Chloe yang entah bagaimana bisa ada di sana. Sarah menyiapkan semuanya dengan teliti dan cinta yang selalu ia rindukan.

“Hanya ini yang bisa Ibu lakukan. Semoga kau merasa betah di rumah ini,” ucap Sarah lembut.

Chloe tersenyum tipis, berusaha menghargai. “Terima kasih, Bu. Kamar ini indah sekali.”

Sarah menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca. Tangannya terulur, menyentuh pipi Chloe seolah takut kehilangan lagi.

“Akhirnya kita bisa bersama lagi. Ibu janji kali ini berbeda. Tidak ada lagi yang akan memisahkan kita.”

Kata-kata itu menusuk dada Chloe. Rasa bersalahnya kembali muncul karena tiga tahun penuh dia tak pulang untuk menemui sang ibu.

“Apa ibu bahagia dengan pernikahan baru ibu?”

Sarah menatap Chloe penuh kasih. “Ibu tahu ini mendadak untukmu. Tapi percayalah, Richard orang yang sangat baik. Ibu bahagia dengannya. Dan ibu harap kau juga, Chloe.”

“Tapi kenapa harus Ayah Dante, bu?”

Sarah mengerutkan kening. “Memangnya kenapa? Apa kau tidak menyukai Richard, Sayang?”

“Bukan Paman Richard-nya, tapi ... .”

“Kau tidak pernah mengangkat telepon dari ibu. Pesan dari ibu juga pasti tidak pernah kau baca.”

“A-aku—”

Suara tercekat di tenggorokannya. Ia ingin bercerita. Tapi bibirnya seakan terkunci. Hanya ada senyum hambar yang dipaksakan.

“Maaf, bu.”

Sarah menarik napas panjang, lalu tersenyum lembut. “Tidak apa. Kau pasti lapar. Ibu akan turun menyiapkan makan malam. Beristirahatlah sebentar, sayang.”

Chloe hanya mengangguk. Saat ibunya melangkah pergi, ia sempat menoleh sekali lagi. Dan tepat sebelum pintu tertutup, matanya menangkap bayangan Dante berdiri di ujung lorong.

Ia tidak bergerak. Hanya berdiri, menatap lurus ke arahnya dengan sorot yang sulit diterjemahkan.

Chloe buru-buru menutup pintu, punggungnya menempel pada kayu dingin itu. Dadanya naik-turun cepat, keringat dingin membasahi pelipis.

Tidak peduli seberapa manis kamar ini disiapkan, rumah ini bukan rumah. Bagi Chloe tempat ini kini lebih mirip penjara.

Karena di balik setiap pintu, ada Dante.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   89 - PERTAHANAN MATI-MATIAN KAKAK TIRI

    “Apa kau mengusir Zoya, Dante?”Suara Sarah terdengar datar, namun di dalamnya terselip nada yang membuat udara di ruang tamu terasa lebih dingin. Wanita itu berdiri di dekat meja makan dan ekspresi wajahnya menyiratkan kekecewaan.Di sampingnya, Chloe berdiri diam tanpa bersuara. Sorot matanya sulit dibaca.Dante menghela napas kasar, memijat pangkal hidungnya. Kelelahan akibat konfrontasi dengan Zoya kini berhadapan langsung dengan introgasi ibunya.“Sudah kubilang, aku tidak pernah punya hubungan apa pun dengan dia, Bu. Aku membencinya. Dia wanita licik dan manipulatif.”“Kau bilang begitu setiap kali ada masalah. Tapi dia terus datang. Setiap hari. Dia tampak akrab. Dia menyebut namamu dengan manja,” balas Sarah, menatap Dante seolah ia sedang menginterogasi seorang kriminal yang sudah sering berbohong.“Sudah kubilang dia itu licik, bu. Dia melakukan ini agar aku bi—”“Bisa apa? Ada sesuatu yang kau selalu sembunyikan, Dante. Aku sudah menganggapmu sebagai putraku sendiri. Kau bi

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   88 - TITIK TERLEMAH

    Dante menarik tangan Zoya dengan gerakan kasar, sebuah tarikan tiba-tiba yang menyeret wanita itu menjauh dari suasana tegang di dalam rumah. Langkahnya cepat, penuh energi terpendam dari emosi yang ia tahan sejak lama seolah satu detik lagi ia bisa meledak dan menghancurkan semua yang ada di dekatnya.“KAU TIDAK MENGERTI BAHASA MANUSIA, YA?!” bentakny. Suaranya yang serak dan berat menghentikan langkah Zoya secara paksa dan berbalik menatapnya dengan rahang mengeras. “Kalau kau mau aku bayar penalti karena mengabaikan kontrak, aku akan bayar! Aku akan bayar semua yang kau minta! Kau tidak perlu datang dan mengganggu hidupku!”Zoya sama sekali tidak goyah. Matanya yang gelap memantulkan amarah Dante, namun tatapannya tetap tenang, bahkan terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja ditarik seperti boneka. Di matanya, Dante hanyalah target yang sudah dipahami polanya.Begitu Dante melepaskan cengkeramannya, Zoya segera mengibaskan tangannya seolah kulit Dante adalah debu yang menjijik

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   87 - USAHA MENCOMBLANGKAN DANTE

    Hari itu dimulai dengan cengkeraman kasar Dante dan senyum manis yang dipaksakan Zoya. Sejak berhasil masuk ke rumah itu dan membuat Sarah percaya pada status yang bahkan tidak pernah ada, rumah terasa seperti miliknya sendiri.Ia datang hampir setiap hari. Kadang sore membawa kue, kadang pagi hanya untuk menyapa, kadang muncul menjelang makan malam dengan alasan kebetulan lewat. Dalam hitungan hari, keberadaannya sudah menyatu dengan rutinitas keluarga.Hal yang paling menyayat hati justru datang dari arah yang tidak diduga. Sarah yang biasanya formal dan sulit tertawa kini terlihat begitu hidup ketika berbicara dengan Zoya. Tawanya lepas, wajahnya bersinar, bahkan matanya sampai berkerut di sudut karena terlalu sering tersenyum.Pemandangan itu terasa asing bagi Chloe seolah orang yang membuat ibunya sebahagia itu bukan dirinya, melainkan wanita lain yang jelas tidak sebaik yang Sarah kira.Seolah Zoya adalah anak perempuan yang selama ini diinginkan Sarah. Penampilannya cantik, sup

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   86 - KEKACAUAN BERNAMA ZOYA

    Dante sudah berdiri kaku di ambang pintu. Aura gelapnya memenuhi teras yang seharusnya menyambut pagi hari dengan damai. Dan di sana, berdiri di bawah sinar matahari pagi adalah sumber kekacauan itu.Rambut sebahu Zoya yang dipadu dengan midi dress merah muda yang ia kenakan terlihat begitu kontras dengan suasana tegang. Ia terlihat cantik, sangat cantik, tapi kehadirannya di depan rumah ini terasa seperti minyak yang disiram ke kobaran api amarah Dante.Mata Dante menyipit. Tidak ada sapaan atau basa-basi. Hanya kemarahan murni yang merayap di wajahnya. Kedatangannya jelas merusak ketenangan pagi hari.Sesaat setelah Zoya tersenyum tipis—senyum yang sangat Dante benci—pria itu bergerak cepat. Tangan kokohnya menyambar pergelangan Zoya dengan cengkeraman keras dan hampir menyakitkan.“Pergi,” desis Dante dingin. Suaranya rendah dan penuh ancaman. Ia mulai menarik wanita itu menjauhi ambang pintu, berniat mengusirnya sejauh mungkin dari kediamannya.“Dante! Hentikan!”Langkah Dante ter

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   85 - TAMU YANG MENGEJUTKAN

    Pintu itu terbuka hampir bersamaan. Di satu sisi, Chloe melangkah keluar mengenakan piyama satin berwarna biru muda yang longgar. Rambut panjangnya dikuncir asal-asalan ke belakang, menyisakan anak rambut halus yang membingkai wajahnya hingga membuatnya tampak manis.Dante keluar dari kamar yang tepat berhadapan. Ia hanya memakai celana training abu-abu dan kaus putih polos yang memperlihatkan sedikit lengannya yang berotot. Rambut tebalnya tampak acak-acakan khas bangun tidur dan beberapa tindik perak kecil berkilauan samar di telinganya.Koridor lantai atas rumah itu terasa hangat oleh cahaya matahari pagi. Mereka berdua berdiri diam. Dipisahkan oleh lantai keramik yang dingin.Chloe menatap Dante yang balas menatapnya. Senyum mereka merekah, bukan hanya di bibir, tetapi juga terasa sampai ke mata.Ini adalah pagi yang baik.Setelah beberapa hari sakit, wajah Chloe terlihat segar dan cerah. Kulitnya kini merona sehat dan jauh dari pucat. Sementara Dante, meskipun belum sepenuhnya pu

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   84 - KAKAK ADIK YANG ANEH

    Aroma debu yang terangkat oleh angin senja adalah hal pertama yang tercium. Dante tidak tahu di mana dia, tetapi di sana ada kehangatan yang lembut dan bunyi daun-daun yang bergesekan. Terasa akrab seperti bunyi detak jantungnya sendiri.Ia mendongak. Di atasnya ada kanopi pohon rindang menyaring cahaya matahari sore menjadi serpihan emas yang menari di wajahnya. Dan di sampingnya terdengar tawa itu.Dante melihat dirinya sendiri saat tiga tahun lalu. Ia sedang duduk di samping Chloe, di anak tangga belakang gedung olahraga, tempat yang selalu sepi sepulang sekolah.Chloe menyandarkan kepala di bahunya. Helai rambutnya yang beraroma vanila menggelitik leher Dante. Di jari manis kiri Chloe melingkae cincin kertas pemberian Dante."Sepertinya aku satu-satunya alumni yang sering datang ke sini," bisik Chloe.Dante melingkarkan lengannya di bahu gadis itu, lalu menariknya lebih dekat. Keindahan sore itu terasa seperti sebuah kanvas yang telah selesai dilukis oleh alam semesta. Di usia mer

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status