Home / Romansa / HASRAT TERLARANG ADIK TIRI / 2 - MALAM PERTAMA DI ATAP YANG SAMA

Share

2 - MALAM PERTAMA DI ATAP YANG SAMA

Author: Ranari Kka
last update Last Updated: 2025-09-15 21:24:54

Aroma masakan memenuhi ruang makan. Sarah tampak sibuk menata piring, sementara Richard—ayah Dante sekaligus suami baru Sarah—duduk di meja dengan ekspresi puas.

“Senang sekali akhirnya kita bisa berkumpul bersama sebagai keluarga,” ujar Richard.

Kata ‘keluarga’ menusuk telinga Chloe. Ia duduk di sisi ibunya. Di seberangnya, Dante bersandar santai di kursi. Kaos hitamnya melekat erat pada tubuh yang kin jauh lebih berotot dibandingkan tiga tahun lalu.

Mata mereka sempat bertemu. Sekejap saja, tapi cukup membuat Chloe buru-buru menghindar.

“Chloe, bagaimana rasanya di luar negeri? Kudengar kau mendapat beasiswa di sana, ya?” kata Richard ramah.

Wanita yang ditanya memaksa senyum. “Baik, Om-Eh maksudku, Ayah. Aku banyak belajar dan bekerja part-time juga.”

“Hebat. Kau sangat pintar dan dewasa,” lanjut Richard memujinya. Sekilas ia melirik ke Dante seolah sedang menunjukkan perbedaan mereka.

Dante terkekeh pelan. “Tentu saja dia lebih dewasa. Selisih usia kami tiga tahun. Seorang kakak memang seharusnya terlihat lebih cerdas.”

Nada bicaranya terdengar seperti sindiran. Wajah Chloe menegang. Ia mencengkeram sendok erat-erat.

Makan malam berlangsung kaku. Richard berusaha mencairkan suasana dengan topik-topik ringan. Saraha yang sibuk memastikan semua nyaman. Dan Dante yang tampak terlalu santai menyendok makanan sambil sesekali melirik penuh arti ke wanita di hadapannya.

Sesuatu terjadi di bawah meja. Kaki Dante menyentuh kakinya. Awalnya ringan, seperti tidak disengaja. Namun ketika Chloe menarik kakinya, Dante justru menekan lebih kuat.

Chloe hampir terlonjak, tapi genggaman sendok menahannya. Ia pura-pura sibuk memotong daging meski kaki pria itu terus menjamah betisnya.

“Chloe, apa rencanamu setelah tiba di sini?” tanya Richard memecah keheningan.

“A-aku sudah melamar pekerjaan dan akan interview besok.”

“Bagus. Kalau kau butuh bantuan, bilang saja. Aku punya kenalan di perusahaan besar.”

“Tidak perlu, Yah. Terima kasih.” Chloe menolak halus, matanya sekilas melirik Dante.

Setelah semuanya beres, Chloe masuk ke kamar barunya. Ia menjatuhkan diri ke ranjang. Menatap langit-langit kosong.

Ini baru hari pertama dan sudah terasa seperti mimpi buruk baginya. Kenangan tiga tahun lalu kembali berputar. Ciuman pertama, janji manis, dan akhirnya perpisahan yang ia ciptakan sendiri.

Lamunan terhenti ketika pintu kamarnya diketuk. Sebelum sempat menjawab, pintu sudah terbuka begitu saja. Dante masuk dan bersandar di kusen dengan ekspresi tenang.

“Kau tidak berubah, ya,” katanya pelan. “Masih cantik, keras kepala, dan … pengecut.”

Chloe bangkit, lalu mendelik. “Keluar dari kamarku!”

“Kau tahu, kamarku ada tepat di depan kamar ini.”

Kalimat itu lama dicerna oleh Chloe. Sampai akhirnya ia sadar yang dimaksud dan terkejut. Bagaimana mungkin ia bisa tidur tenang jika kamar Dante ada tepat di depannya? Seketika pikirannya jadi kalut.

Dante tertawa pendek, kemudian melangkah lebih dalam. Sekejap ekspresinya berubah. Senyum sinis itu hilang, digantikan tatapan gelap yang membuat Chloe gemetar.

Pria itu berdiri tepat di depannya. Ia menunduk hingga wajah mereka hampir sejajar.

“Tiga tahun,” bisiknya, “Bagaimana rasanya bertemu aku lagi setelah menghindar selama ini?”

Chloe menahan napas. Jantungnya berdentum keras. Ada ketakutan, tapi juga sensasi lain yang membuat tubuhnya berkhianat.

“Menjauhlah.” Ia mundur selangkah, tapi Dante meraih dagunya, memaksa matanya bertemu dengan mata hitam itu.

“Sepertinya kau masih berusaha menghindariku,” katanya lirih. Senyumnya kembali muncul, namun lebih berbahaya dari sebelumnya. “Bagaimana ini, kau tidak bisa lari lagi. Kita … sudah jadi keluarga, Chloe.”

Chloe menepis tangannya cepat hingga nyaris jatuh ke ranjang. Napasnya terengah dan tangannya gemetar. Sementara pria itu hanya terkekeh kecil puas menggodanya, lalu mundur perlahan menuju pintu.

“Tidurlah, Kakak. Mulai besok akan jadi hari yang panjang.”

Pintu menutup dengan bunyi lembut. Meninggalkan wanita yang terpaku. Punggungnya menempel pada ranjang. Jantungnya berdegup kencang.

Udara kamar seolah mengurungnya, menekan sampai ke tulang. Chloe menatap pintu yang baru saja ditinggalkan Dante, berusaha meyakinkan diri kalau semua ini nyata. Tiga tahun ia menghindar, namun kini setiap langkahnya akan selalu bersisian dengan pria itu.

Malam pertama baru saja dimulai dan Chloe sudah merasakan betapa berbahayanya hidup di bawah satu atap dengan Dante.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   8 - ADIK TIRI OVERPROTEKTIF

    Chloe berdiri di belakang meja bar. Tangannya lincah menata gelas dan membersihkan bekas tumpahan susu. Matanya tampak fokus, tapi gerakannya terlalu mekanis seolah pikirannya tertinggal di tempat lain.Sudah hampir setengah jam ia bekerja tanpa bicara. Hanya sesekali mengangguk ke pelanggan yang memesan. Di luar jalanan sore mulai ramai, tapi dunia di dalam kafe terasa jauh lebih tenang.Sampai suara berat namun tenang memecah keheningan.“Kau baik-baik saja?”Chloe menoleh pelan. Arga bersandar di meja kerja sebelah, rambut gondrongnya dikuncir rapi, lengan seragamnya digulung sampai siku. Ia menatap Chloe dengan ekspresi cemas yang disamarkan oleh senyum tipis.Chloe sedikit mengerutkan kening, tidak mengerti maksudnya.Arga menatapnya sejenak, lalu menunduk, seperti ragu apakah ia seharusnya melanjutkan.“Maksudku… semalam. Pria itu. Dia sungguh adikmu?” Ia menatap lurus, seolah mencari kata yang tepat.Chloe mengedip pelan, lalu menurunkan pandangan ke cangkir yang sedang ia lap.

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   7 - SENTUHAN TERLARANG

    Dante melangkah mendekat lagi, menutup celah hingga napas mereka hampir bercampur. Chloe menatapnya datar dengan mata dingin yang tak mau luluh. Hanya ada bunyi langkah dan jantung mereka yang berdetak kencang.“Aku akan membunuhmu kalau berani menyentuhku tanpa izin lagi!” Chloe memerintah, suaranya tegas.Tawa Dante meledak, menggulung dan mereda jadi senyum sinis. “Kalau kau tak ingin kusentuh, jangan buat aku marah, Chloe,” jawabnya pelan. Suara itu menjadi dingin, seperti baja yang mengiris.Chloe mendesah. “Dasar gila.” Suaranya penuh rasa jijik.Dante mencondongkan badan, pandangannya menekan. “Kuperingati kau agar tidak dekat-dekat dengan pria lain, selain aku.” Kata-katanya seperti klaim, bukan nasihat.“Kau siapa berani mengaturku?” Chloe menantang, dagunya terangkat.Dante mundur sebentar, lalu tertawa pendek sebelum melangkah maju lagi. Di bawah lampu kuning, bekas luka di pipinya tampak menonjol.“Aku? Adikmu. Kau sendiri yang bilang, bukan?” Suaranya mengambang, penuh ej

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   6 - WANITA YANG JAHAT

    Aroma kopi pekat langsung menyambut Chloe saat ia melangkah masuk ke kafe. Wanita itu menata rambut sebahunya yang bergelombang ringan, meski beberapa helai jatuh bebas menutupi pipinya yang pucat.Wajahnya sederhana, tapi cantik alami dengan mata besar dan bening itu memantulkan kegugupan sekaligus tekad. Dengan celemek hitam yang baru ia kenakan, Chloe terlihat seperti potret barista pemula yang berusaha keras tampil percaya diri.“Chloe, kan?” Suara ramah menyapa.Seorang pemuda berpostur tinggi dengan rambut agak gondrong rapi melangkah keluar dari balik meja kasir. Namanya Arga, senior di kafe itu. Usianya mungkin 25-30 tahun, sorot matanya hangat dan penuh selidik.“Iya.” Chloe tersenyum kikuk, menyembunyikan kegugupannya.Arga mengangguk sambil tersenyum miring. “Aku Arga. Mulai hari ini kita partner kerja. Kamu shift sore sampai malam, kan?”Chloe hanya mengangguk singkat, lalu berjalan mengikuti langkah Arga ke belakang meja. Mesin espresso mendesis, aroma cokelat panas berca

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   5 - BENCI TAPI PEDULI

    Chloe duduk di kursi makan dengan rambut masih berantakan. Matanya sayu akibat semalam hampir tidak tidur.Meja sudah penuh dengan hidangan. Ada roti panggang, telur, dan kopi hangat yang aromanya menusuk hidung.Richard duduk rapi dengan koran di tangan. Sementara Sarah mondar-mandir menambahkan makanan ke piring masing-masing.“Chloe, semalam kau ke mana? Ibu masuk ke kamarmu, tapi kau tidak ada,” tanya Sarah sambil menaruh gelas susu di depannya.Chloe yang sedang meneguk air langsung tersedak. Batuk keras, dadanya naik-turun, membuat semua orang menoleh.“Chloe, hati-hati!” Sarah panik, menepuk-nepuk punggungnya.Wajah Chloe memanas. Bukan karena tersedak, tapi karena otaknya baru saja menampilkan kembali kilasan semalam—mereka bersembunyi di lemari, dan… bibirnya yang direnggut begitu saja.Chloe buru-buru menggeleng, mencoba menenangkan diri.“A-aku sedang keluar mencari angin, Bu,” jawabnya bohong.Dari ujung meja, Dante menatapnya. Pria itu duduk santai, kaos hitam membalut tu

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   4 - CIUMAN DALAM GELAP

    Chloe menatap langit-langit kamar, tubuhnya terasa berat. Semakin lama ia menatap, semakin besar keinginannya untuk pergi dari rumah ini. Namun kenyataan menampar keras. Tabungannya tidak akan cukup.“Aku belum mulai bekerja. Aku juga tidak mau merepotkan ibu,” gumamnya getir, suara nyaris pecah.Ponselnya masih tergeletak di lantai, layar padam. Ia menunduk, lalu meraih benda itu hendak menutup semua tab kost-an yang ia buka. Tapi tiba-tiba, ponselnya berdering beberapa kali.Tring! Tring!Pesan masuk dengan cepat dan bertubi-tubi.Chloe terdiam. Angka di ikon pesan naik seperti deret hitung gila. Mulai dari 15… 27… 39… hingga lebih dari 50 pesan masuk hanya dalam hitungan menit.Ia membuka satu. Isinya sama, hanya satu kata sapaan ‘hai’. Pesan berikutnya? ‘hai’. Dan berikutnya lagi masih ‘hai’.“Orang bodoh mana yang sebar spam seperti ini?” Chloe mendengus, buru-buru memblokir nomor itu. Ia melempar ponsel ke kasur, lalu menutupi wajah dengan bantal mencoba menenangkan diri.Belum

  • HASRAT TERLARANG ADIK TIRI   3 - DIBALIK PINTU TANPA KUNCI

    Chloe berdiri tepat di depan cermin. Jemarinya sibuk merapikan kerah kemeja putih. Hari ini ia punya wawancara penting. Sebuah kesempatan untuk memulai kembali hidupnya, jauh dari masa lalu yang masih membayang.Namun, bayangan itu justru datang tanpa diundang. Kilatan kembang api. Sorak-sorai orang-orang yang berdesakan di alun-alun kota. Dan sosok Dante, tiga tahun lalu, yang menggenggam erat tangannya."Tunggu aku di bawah pohon besar. Setelah hitungan mundur, kita akan melihat kembang api bersama. Aku ingin malam tahun baru kita jadi awal yang baru, Chloe."Itulah janji terakhir yang Dante ucapkan. Janji yang ia hancurkan sendiri. Karena ketika malam itu datang, Chloe tidak pernah muncul. Ia memilih kabur meninggalkan Dante sendirian di tengah keramaian.Chloe mengerjap cepat, menepis kenangan itu. Ia menarik kemeja hingga menutup sebagian tubuhnya, namun belum sempat mengancingkan semua, suara pintu berderit terbuka hingga membuatnya menoleh kaget.Sosok pria paling dibenci berdi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status