Tanpa Raven sadari, seorang bocak wanita yang sudah lama bersembunyi di balik nisan melihat semuanya. gadis kecil itu, tahu pria itu selalu pergi kerumah dan selalu di usir oleh ibunya dengan kata-kata kasar di sertai makian. lalu mata gadis kecil itu melihat ke arah pria berkulit putih pucat yang memakai pakaian serba putih berdiri di samping pria itu. sosoknya yang seperti malaikat membuat jantung gadis itu berdetak kencang.
Silver Jong menyadari ada seseorang menatapinya. matanya yang berwarna keperakkan menatapi nisan dengan tatapan tajam.
"Ayo pergi, Sil!" perintah Raven yang menarik lengan Silver Jong.
Raven tidak ingin Silver Jong membunuh putri dari Ruzel. sehingga ia harus bertindak cepat.
Silver Jong ingin membantah, tapi melihat Raven terbatuk-batuk. kepanikan menguasai hatinya, ia segera menuruti perkataan Raven.
"Tuan, bagaimana keandaamu?" tanya Silver Jong cemas.
"Tenggorokan aku gatal, sepertinya butuh permen mint
Raven menatapi Silver Jong yang duduk terbengong sendiri di kursi sofa. ia hanya bisa tersenyum tipis, seharusnya anak seusia Silver Jong harus akti bermain di dunia luar dan sekolah. tapi karena kondisi fisiknya yang masuk ke ras albino. sering di bully dan menghindari sosialisasi dunia luar. kecuali orang markas, Silver Jong tidak menghindarinya. karena mereka tidak melihat Silver Jong sebagai orang aneh.***Di rumah Van Diora. Romeo menggeliatkan tubuhnya dengan perlahan-lahan untuk menyusuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. lalu ia menguap secara besar-besaran.Awalnya Romeo ingin membangunkan Ruster yang tertidur di sampingnya dengan di tutupi selimut tebal mereka bertiga. tapi niatnya terundur ketika melihat wajah istrinya yang kelelahan. lalu memilih membangunkan Raven."Ven? kau di mana Raven?" saut Romeo cemas yang tidak menemukan keberadaan kembaranya di atas ranjang.Romeo yang cemas mengambil ponselnya di atas nakas dan matanya terbe
"Aku rasa lebih baik ponselmu di buang saja ke laut," balas Raven yang berdiri dari tempat duduknya. ia berjalan ke arah salah satu tempat khusus menaruh bekal buatan istrinya.Seperti biasa, Silver Jong akan membantu tuannya memanaskan semua isi bekal di dalam kantor. karena ia malas ke dapur, sehingga membeli berapa peralatan dan di letakan di satu tenpat khusus seperti dapur mini.Romeo berdiri dengan perasaan dongkol. ia menghampiri kembaranya yang duduk tenang di sofa.Mata Raven menatapi Romeo."Kenapa?" tanya Raven dingin.Romeo tidak bisa berkata-kata, karena apa yang akan di bicarakan semuanya akan sia-sia. ia memilih menyandarkan kepala di bahu kembaranya dan tertidur mendadak.Dahi Raven berkerut dalam, ia tahu Romeo kelelahan tapi masih saja ngotot masuk kantor dan kini menyusahkanya."Menyebalkan," gumam Raven kesal.Mau tidak mau, Raven mengangkat kembaranya untuk tidur di salah satu ruanga
Di saat bersamaan, Raven masuk ke dalam kantornya dan ia langsung muntah-muntah hebat. Jack yang panik, segera membawa Raven ke ruangan lain. tak lupa ia segera memanggilkan dokter untuk memeriksa Raven. karena ia tahu kesehatan Raven memang bermasalah.Dokter yang datang kali ini adalah Shean Vollente, ia tertawa ngakak melihat Raven yang berwajah pucat dengan tubuh bersandar di sofa sambil memijit-mijit pangkal hidungnya"Ven.. oh Raven, kau ini kenapa lagi?" tanya Shean sambil menahan tawa. setelah ia lempar buku oleh Raven dalam jumlah besar."Seharusnya kau ciptakan cairan pembasmi aroma tajam, bukannnya ketawa dan mana Lius?" tanya Raven dengan mata memicingnya."Lius sedang jalan sama anak dan istrinya," balas Shean dengan santainya."Ravennnn....." seru Romeo yang masuk ke dalam ruangan dengan memeluk kembarannya secara erat.Mencium aroma parfume di jas Romeo. Raven hampir kembali muntah. jika Silver Jong tidak segera menarik Romeo
"Aku tidak mengusik mereka kok," balas Silver dengan mengerucutkan bibirnya seperti perempuan.Shean kembali terkekeh. ia berdiri dari tempat duduknya dan menepuk-nepuk bahu Silver Jong."Kau hebat, bisa membuat Raven yang pelit bicara. bisa berbicara pajang lebar seperti ini dan aku lupa perkenalkan diri. namaku adalah Shean Vollentte," ucap Shean yang memperkenalkan dirinya kepada Silver Jong karena ia tertarik pada Silver Jong yang mempunyai kemiripan dengan Clover istrinya."Anak dari Christoper Vollentte dan Lily Holland, sekaligus anak angkat dan menantu kesayangan James Holland. benar tidak?" tanya Silver Jong dengan senyuman tipisnya dan matanya yang keperakkan menatapi wajah Shean yang terlihat kabur di matanya."Yap, kau benar. aku kadang-kadang ada di markas bersama dengan Daddy James Holland. aku rasa kau sering melihat James Holland di sana," ucap Shean yang merangkul pundak Silver Jong untuk duduk bersama-sama."Shean, apa Lius sudah
Di dalam lift, Ruster menagis dalam pelukkan Raven yang merupakan suami keduanya. ia masih syock dengan apa yang terjadi barusan. biasanya semua sekuriti mengenalinya. tapi kali ini mereka bersikap kasar padanya dan hal ini membuat Ruster curiga."Shttt... tenanglah Honey, tidak ada lagi yang akan menyakitimu. tenanglah," ucap Raven yang berusaha menenangkan istrinya.Romeo menatapi tombol lift yang masih menujukan nomor lima. ia pun kemudian bersuara."Kenapa kamu kesini tanpa bilang sama kita?" ucap Romeo tetiba.Air mata Ruster tetiba bercucuran deras. ia menyembunyikan wajahnya di celuk leher Raven."Meo, kenapa kau memarahi istriku?' tegur Raven yang tidak suka dengan cara bicara Romeo."Aku tidak memarahinya, Ven.""Ya ya ya... terserah dirimu saja deh," balas Raven yang malas berantem dengan Romeo.Tangisan Ruster masih belum berhenti, Romeo merasa bersalah. ia tidak maksud menyakiti hati istrinya. hanya ia sedang susah
Raven juga melakukan gerakan sama seperti Romeo.Kedua kembar ini semakin binggung, untuk pertama kalinya mereka gagal menghibur Ruster."Sudah lah Sayang, tanpa perayaan atau apapun. kita berdua selalu mencintaimu," ucap Romeo yang kini berlutut di depan Ruster dan kedua matanya juga tergenang air mata."Jangan sedih lagi, makanan bisa di makan kapan saja. tapi kebahagianmu tidak tergantikan," ujar Raven yang meneteskan air matanya. sikap cengengnya muncul kepermukaan dengan sendirinya.Ruster yang terharu memeluk kedua suaminya. ia terus meminta maaf berkali-kali. walau kedua suaminya tidak menyalahkanya sedikitpun. tapi ia merasa gagal memberikan kejutan untuk keduanya yang sedang berulang tahun.***Paginya, kedua kembar memijit-mijit kepala di dalam kantor masing-masing. pasalnya keduanya sakit kepala setelah kurang tidur menghibur sang istri dan harus merawat putri mereka berdua setiap malam."Tuan, lebih baik anda tidur?"
Melihat kedatangan Raven, Pria itu langsung berdiri dan memperkenalkan dirinya sebagai John William dari perusahan Vick yang merupakan salah satu perusahan perwarnaan teksil.Dengan hati terpaksa, Raven menerima perkenalam John dengan menyambut jabat tangan.John segera menawarkan produk perusahannya kepada Raven tanpa basa basih."Ini berapa produk perwarnaan dari perusahan saya, silahkan di lihat-lihat Tuan Romeo Van Diora."Raven menerima berkas itu dan ia menatapi pria kusuh di depan mata dan melirik berkas di tangannya."Aku akan mengutus Jack ke sana untuk melihat hasil dari perusahan anda. jadi nanti akan saya hubungi," jelas Raven yang tidak ingin berlama-lama karena ini sudah hampir masuk jam pulang perusahan."Terima kasih dan senang berkenalan dengan anda," balas John yang pamit pergi dan di tatapi aneh oleh Silver Jong."Seorang CEO kok pakai baju bekas murahan seperti itu?" tanpa sengaja Silver Jong bersuara. karena selam
"Benarkah?" ucap Raven yang menyandarkan dagunya di bahu Ruster.Aroma parfume wanita di tubuh Raven, semakin menambah kecemburuan di dalam hati Ruster."Apa kau cemburu?" tanya Raven tetiba dan mengelus pipi Ruster dengan lembut. membuat Ruster tersenyum manis di sertai rasa kecemburuan yang terlukis di bibirRaven yang tidak tahan dengan pesonan Ruster yang benar-benar membangkitkan birahinya."Aku sungguh tidak tahan lagi," gumam Raven yang menunjukkan birahinya secara terang-terangan.Ruster mengerutkan dahinya, ia tidak mengerti dengan perkataan Raven. namun sedetik kemudian, Ruster langsung paham dengan apa yang di katakan oleh Raven. karena Raven melumat bibirnya dengan cepat dengan kedua tangan meremas bokongnya.Tanpa sadar, Ruster mulai membalas lumatan Raven.Romeo yang melihat keduanya dan merasa tidak mendapatkan haknya, ia segera menarik dagu Ruster dan mencium bibir Ruster dengan liar.Raven berdecak kesal,