"Dokter, tolong selamatkan Ibu saya Dok, saya mohon!" pinta Nella dengan mengatupkan kedua tangannya. Memohon dan menangis dihadapan sang Dokter Nira.
"Nona Nella, mohon anda tenang kami akan mengoprasi ibu anda, akan tetapi mohon Nona Nella selesaikan biaya administrasinya dulu," jawab Dokter Nira. Sambil membenarkan kaca matanya.
"Baik Dokter Nira, tolong segera lakukan operasi ibu saya, selamatkan ibu saya, saya akan segera menyelesaikan biaya administrasi secepatnya," ucap Nella.
"Setelah Nona Nella menyelesaikan semua administrasinya kami akan segera melakukan operasi ibu anda sesuai peraturan Rumah Sakit," jawab Dokter Nira. Sambil membenarkan posisi kaca matanya.
"Berapa biaya untuk operasinya Dok?" tanya Nella.
"Sekitar 200 juta," jawab Dokter Nira.
Nella terkejut, mendengar biaya operasi ibunya itu begitu mahal. Bagaimana bisa ia mendapatkan uang sebanyak itu, untuk operasi ibunya. Uang sebanyak itu bagaikan mimpi baginya, untuk menghidupi dirinya dan ibunya saja Nella hanya bekerja dengan gaji yang pas-pasan.
"Nona apa anda baik-baik saja?" tanya Dokter Nira, membangunkan Nella dari lamunannya.
"Iya... Saya tidak apa-apa Dokter Nira," jawab Nella dengan tatapan kosong.
"kalau begitu saya permisi dulu untuk memeriksa pasien lainnya," ucap Dokter Nira. Kemudian pergi meninggalkan Nella.
"Haaahhhh, bagaimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu, 200 juta apa yang harus aku lakukan? apa aku perlu menghubungi Paman dan Bibi untuk meminta tolong meminjamkan uang," gumam Nella dalam hati, sembari memikirkan bagaimana mendapatkan uang sebanyak itu.
"Hallo.... Paman?" sapa Nella. ketika panggilan itu baru saja tersambung.
"Iya nak, ada apa?" jawab Pamannya, tumben kamu menghubungi Paman," sahut Paman Nella adik dari sang ayah.
"Paman.... bisakah Nella meminjam uang dari Paman? ibu Nella sakit parah, dan harus melakukan operasi, Nella membutuhkan banyak uang, Nella bingung harus mendapatkan uang sebanyak itu dari mana?" jawab Nella dengan nada suara yang lirih dan terdengar gelisah.
"Apa katamu sakit parah?! Kamu butuh berapa nak? Paman akan berusaha membantumu," ucap Paman Nella.
"Biaya operasinya 200 juta Paman," jawab Nella kemudian terdiam.
"Haaa...200 juta! Paman mungkin tidak bisa memberimu uang sebanyak itu, tapi mungkin Paman bisa membantumu sedikit atau mungkin setengahnya, perusahaan Paman juga sedang kritis sekarang jadi Paman tidak bisa memberimu bantuan sebanyak itu."
"Tidak apa- apa Paman, Paman bisa membantu Nella saja, Nella sudah sangat senang sekali setelah Nella bekerja nanti dan mendapatkan gaji Nella akan segera mengembalikannya dengan cara dicicil ya paman."
"Tidak boleh, kami tidak ada uang! Pamanmu tidak akan memberimu pinjaman sepeserpun. Perusahaan sedang kritis hampir bangkrut, malah mau pinjam uang. Apa kamu ingin perusahaan Pamanmu bangkrut?" tanya Bibi Nella sambil berteriak. Kemudian mengambil paksa ponsel suaminya tanpa mendengar lagi perkataannya.
"Bb..bibi..." sahut Nella dengan nada suara gemetar.
"Kamu itu kenapa sih! dia itu keponakanku, ayahnya sudah tidak ada dan sekarang Kakak iparku sedang kritis kamu tidak boleh berbicara seperti itu!" Teriak Paman Nella memarahi istrinya.
"Kalau kamu bersikeras meminjami uang, maka aku dan anak kita akan keluar dari rumah ini! Aku tidak main-main dengan apa yang aku katakan."
Setelah pertengkaran suami istri.
"Hallo nak? apa kamu masih bisa mendengar Paman..?"
"Paman.. Tidak usah, saya akan mencoba mencari pinjaman ke yang lain saja, terimakasih Paman sudah mengobrol dengan Nella, Nella tidak ingin gara-gara Nella, Paman jadi bertengkar."
"Nak maafkan Paman, Paman tidak bisa membantumu karena bibimu mengancam."
"Tidak apa-apa paman, Nella mengerti," jawab Nella kemudian mengakhiri telponnya.
Nella mondar-mandir kesana, kemari sambil menggengam ponselnya, Nella meminta bantuan pada teman dekatnya sewaktu SMA dan juga beberapa saudaranya namun hasilnya nihil.
Ketika Nella sudah berada di ujung ke putus asaan, hanya Renilah sahabat Nella saat SMA, yang bisa memberi bantuan pinjaman untuk dirinya, namun itu pun masih kurang kemudian Nella keluar dari rumah sakit Nella mencoba mencari pekerjaan sampingan.
Hingga kemudian, ia ditawari oleh salah satu temennya jika ia bisa melamar pekerjaan disuatu tempat yang direkomendasikan oleh temannya itu maka, Nella akan mendapatkan gaji yang cukup tinggi. Nella sudah merasa di jalan yang buntu saat ini, kemudian Nella pun mencoba melamar pekerjaan yang telah di rekomendasikan oleh temannya itu.
Tempat itu adalah sebuah "BAR" Yang katanya gajinya cukup tinggi.
"Ini seragammu untuk bekerja, layani tamu dengan baik, jangan membuat masalah, semua dari keluarga kolongmerat dan terhormat kamu mengerti," ucap seorang laki-laki paruh baya yang ternyata seorang Manajer BAR ditempat itu.
"Baik Pak saya mengerti," jawab Nella. Dengan membungkukkan badan sambil memegang seragam kerjanya.
"Iya sudah cepat ganti bajumu segera pergi bekerja, layani tamu dengan baik. Ingat jangan membuat masalah dihari pertamamu bekerja," ucap Manajer itu memberi peringatan.
''Baik Pak Manajer. Maaf bisakah saya tau gaji saya Pak?" tanya Nella memberanikan diri.
"Gajimu hanyalah 10 juta perharinya."
"Eeemmmhh,... bisakah saya mengambil gaji saya sebulan terlebih dahulu Pak? Saya sangat membutuhkan uang itu untuk biaya operasi ibu saya," ucap Nella memberanikan diri.
"Enak saja memangnya tempat ini punya Nenek moyangmu, baru saja diterima bekerja sudah berani mintak gaji sebulan penuh. Apa kamu tidak punya malu! Tidak bisa, tidak bisa! Cepat kembali dan bekerja," ucap Pak manajer.
''Saya mohon, Pak Manajer bantu saya," pinta Nella memohon di depan Pak manajer sembari, membungkukkan setengah badannya berulang kali lalu kembali ke posisi semula.
"Saya bilang tidak bisa ya tidak bisa kamu tidak mengerti bahasa manusia! Kamu butuh uang, kamu bisa melayani tidur kolongmerat jika kamu mau! Haaahh,.." Dengus sang manajer kesal.
"Wajahmu cantik, tubuhmu bagus, indah, mulus, menggoda, semoga saja ada kolongmerat yang tertarik dan memberimu uang yang kau butuhkan," ucap atasan Nella yang bicara tanpa sungkan.
Setelah mendengar hinaan dari Pak manajernya itu, Nella menangis dan langsung keluar ruangan Manajer, lalu pergi menjalankan pekerjaannya, kali ini Nella langsung ditugaskan di ruang vvip.
"Pantas saja baju kerjaku sangat terbuka dan seksi sekali seperti ini dan langsung disuruh melayani tamu ruang vvip."Haaah,.... Dengus Nella dengan napas berat.
"Tidak masalah, yang penting gajiku besar tidak apa dibagian vvip itu. Demi ibuku tidak boleh mengeluh, tidak boleh," ucap Nella menyemangati diri sendiri sambil mengenakan seragam kerjanya.
BERSAMBUNG........
Setelah berganti baju. Nella membawa minuman wine termahal kedalam ruangan VVIP. Katanya banyak bonus besar, jika bisa melayani diruangan tersebut.Hanya tergantung pada keberuntungan saja semoga bisa bertemu dengan orang yang benar-benar baik dan tulus. Serta memberikan bonus tanpa ada maksud tertentu dibelakanganya.Kemudian Nella berjalan perlahan seorang diri, dan memasuki ruangan kelas atas.Sesampainya disana ternyata, sudah ada empat orang lelaki tampan, yang salah satunya adalah orang yang paling populer didunia yaitu Direktur utama perusahaan "Lars Magnus Ericsson" Yang sangat terkenal, baik didalam mau pun diluar negri.Bagaimana tidak, diusia muda ia mampu mengembangkan bisnisnya yang termasuk kategori 10 perusahaaan terbesar di eropa.Banyak sekali gadis yang bermimpi ingin menjadi istrinya. Namun sayang, pria sepertinya sama sekali tidak tertarik dengan wanita, selain
Perlahan pria itu berjalan mendekat kearahnya. "Direktur Eric," ucap Nella lirih. Nella tercenggang saat melihat ternyata orang itu adalah Direktur Eric, ekspresi dingin yang diberikannya membuat Nella merasa takut, jantungnya berdegub kencang, Nella sangat bingung apa yang harus ia lakukan saat ini. Teriak, Itu hal yang mustahil tempat ini pasti memiliki privasi yang begitu ketat untuk para pelanggannya berteriak sekeras apa pun tak akan ada bantuan seseorang untuk menolongnya. Yaahh.. Yang ada hanya buang- buang tenaga saja. Direktur Eric berjalan mendekati Nella, kemudian menampakkan kakinya keatas ranjang dan mulai mendekat kearah Nella. Tiba-tiba ia mendekap tubuh Nella, sangking terkejutnya, Nella sampai tak bisa berkata apa-apa kedua matanya melotot dan hampir meloncat keluar saat di dekap oleh seorang pria. Dekapan Direktur Eric begitu kuat hingga Nella merasa sesak dibuatnya. "Direktur Eric, apa ya
Dirumah Nella...Setelah itu Nella membawa jenazah sang bunda pulang kerumah, dan segera mengurus pemakamannya ketika sang bunda sudah di makamkan, air mata Nella mengalir dengan deras mengiringi pemakaman sang bunda yang sangat dicintainya.Satu hari telah berlalu Nella terjaga, dan tidak tidur semalaman penuh ia hanya duduk tepat dihadapan foto sang bunda yang terpajang. Yang dihiasi rangkaian bunga disampingnya, Nella berdoa untuk kepergian bundanya semoga sang bunda tenang di alam barunya.Matanya membengkak karena menangis dan tak tidur semalaman. Nella masih tak menduga ibu yang sangat dicintainya itu telah pergi meninggalkan dirinya secepat ini. Keluarga satu-satunya kini juga pergi meninggalkan dirinya sendiri didunia ini.Ibu yang dicintai, yang selama ini telah membesarkan Nella dengan penuh kasih sayang kini sudah tiada. Memikirkan hal itu membuat hati Nella semakin sakit dan tak rela. Kedua mata Nella sembab karena menangis semalaman. Tidak ma
Keesokan harinya, hari ini bagi Nella harus membuka lembaran yang baru, Nella berusaha tetap menjalankan kehidupannya yang baru dan berusaha tidak terhanyut dalam kesedihan yang begitu lama. "Nella, Hari ini rencana kamu mau melamar kerja dimana?" Tanya Reni sambil mengoleskan lipstik dibibirnya didepan cermin besar yang ada dikamar. "Entahlah,...."Jawab Nella yang masih terlihat bingung. "Kemarin aku sudah bilang padamu kan, diperusahaan Lars Magnus Ericsson, ada lowongan yang cocok untukmu, nanti kamu bisa pergi kesana, dan langsung interview kalau kamu mau, kamu langsung datang saja yah??" ucap Reni. "Yaaahhh,.... Aku akan mempertimbangkan nya," jawab Nella sembari menyiapkan dokumen-dokumen yang harus ia bawa untuk melamar pekerjaan. "kalau begitu aku berangkat ke kantor dulu yah,.... daaaa,.... Semoga sukses," ucap Reni sembari melambaikan tangan dan keluar dari pintu kamarnya. Setelah semuanya selesai, Nella pun bergegas pe
"Mengapa? apa kamu sangat membenciku?" tanya Rangga.Sembari mengepalkan kedua tangannya, Nella hanya terdiam saat Kak Rangga bertanya padanya."Baiklah aku tidak akan memaksamu. Aku tidak akan menanyakan apa pun padamu saat ini. Aku tahu mungkin kamu butuh waktu untuk menerimaku Nella. Tapi aku akan berusaha memenangkan cintamu. Dan berusaha agar kamu bisa menerimaku, Nella izinkan aku untuk mengejar cintamu," ucap Rangga sembari memberikan senyum hangat seperti biasanya.Sembari mengenggam kotak cincin yang hendak ia berikan pada Nella, Dengan sangat erat."Kak Rangga, maaf,... Aku sungguh minta maaf," ucapan Nella berulang kali meminta maaf pada Rangga, sembari menatap wajah pria itu.Lalu menundukkan kepalanya, dalam hati walau pun sangat ingin menerima lamaran dari Kak Rangganya itu, tetap saja, Nella tidak bisa mengatakannya, Nella merasa dirinya sangat menyedihkan dan tidak pantas untuk bersanding dengan Kak Rangga."Kenap
Mendengar apa yang baru saja di katakan oleh Jhordi, Ericsson tiba-tiba merasa kaget. "Eric, aku sungguh melihat sendiri dengan mata kepalaku, aku berani bersumpah jika gadis itu ada disini, tidak mungkin aku salah lihatkan," ucap Jhordi sembari mengangkat jari kelingkingnya dihadapan Eric. Eric, yang duduk dengan santainya dan di kelilingi oleh wanita-wanita cantik dari golongan kologmerat, maupun selebriti itu hanya diam dan meminum anggur saja ketika ia mendengar Jhordi berkata itu padanya. Ericsson sama sekali tak mengubris, apa yang dikatakan Jhordi. Tak lama kemudian,.. Lowhan dan Lishen baru saja datang, kedatangan kedua pria itu, tentunya menarik perhatian semua orang, yaahh.. Namun seperti biasa kedua pria itu tidak terpengaruh sama sekali pada mereka. Bagi keduanya,seperti ini sudah sangat biasa, kemudian Lowhan dan Lishen menyapa Ericsson dan Jhordi yang tengah duduk sembari menikmati anggurnya yang ada diatas meja. "H
Tuan Sang terpental hingga ke lantai kepalanya terbentur dan berdarah, tendangan itu sangat keras, tepat sasaran, membuat Tuan Sang, tidak bisa mengelaknya. "Dasar, keparat!" ucap presdir Eric. Sembari menatap kearah Tuan Sang, dengan tatapan mengerikan. "Sialan, siapa kamu, jangan ikut campur dengan urusanku, apa kamu tidak tahu siapa saya, hah," teriak Tuan Sang marah, tanpa melihat si pemukul itu. Presdir Eric hanya berdiri melihat Tuan Sang, yang tergeletak di lantai, dengan tatapan mengerikan, iya hanya memberikan tatapan tajam, pada Tuan Sang yang masih tergeletak di lantai itu. "Aku beri kamu pelajaran," ucap Tuan Sang dengan kesal. Kemudian Tuan Sang berbalik badan dan ingin sekali melihat siapa yang punya nyali untuk memukulnya itu.Kemudian Tuan Sang berbalik nampak begitu terkejut, seseorang berbadan tinggi dan kekar yaitu Presdir Eric, tiba-tiba menatapnya dengan tatapan mengerikan. Iyah, tat
Keesokan paginya, suara ponsel Nella berdering terus menerus, Nella terbangun karena suara ponselnya itu. Pantulan sinar matahari mulai menyinari dirinya. Seketika itu Nella tersadar dia tidak ada dirumahnya atau, pesta jamuan. Kamar yang mewah membuat Nella terpana sekaligus takjub."Dimana aku, aduhh..kepala ku pusing," gumam Nella lirih sembari memegang kepalanya yang masih terasa pusing.Nella terkejut ketika melihat dirinya sudah berganti baju dengan sendirinya, kemudian Nella mengingat kejadian kemarin malam, Nella mengingat kembali apa yang terjadi kemarin malam."Kemarin saat aku baru selesai dari kamar mandi, aku bertemu dengan seorang Pak tua brengsek, kemudian aku disuruh minum-minuman yang dibawanya secara paksa, lalu jika tidak salah ingat, Presdir Eric. Oohh iya dia menolongku, astaga apa aku sudah melakukan hal yang tidak senonoh, kemarin malam hingga aku, sudah berganti baju dengan sendirinya. Kenapa aku sedikit melupakan yang terjadi