Ternyata kehamilanku yang kedua ini cukup meresahkan. Aku sering merasakan kram di perut dan kontraksi palsu. Padahal baru memasuki trimester kedua.
Romi jadinya sering bolak balik dari tempat kerjanya yang cukup jauh itu ke rumah. Karena khawatir kepadaku, maka dia mengajukan untuk bisa tetap bekerja di kota Jambi saja. Untungnya bos Romi memberikan izin karena memang kami tidak punya siapa-siapa di sini.
Karena Romi tidak jadi ditugaskan di luar kota, aku menjadi sedikit tenang.Dan saat kandunganku menginjak 5 bulan, Romi mendapatkan libur dan papa tiba-tiba menyuruh kami untuk datang ke Jakarta.Tanpa banyak membantah kami pun berangkat. Dan ternyata papa tinggal di pulau Tidung kepulauan seribu."Kenapa Papa jadinya tinggal sama Tante Siska dan Paman Syongky?" tanyaku pada Tante Siska.Tante Siska ini adalah adik ipar papa mertuaku. Sementara Paman Syongky adalah adiknya yang paling kecil."Kemarin sempat tinggal sama Yongki di Bekasi. Tapi, berantem."Aku dan Romi saling pandang."Berantem gara-gara apa?""Papa kalian buang air kencing di wastafel. Sudah diingatkan berkali-kali tapi masih diulangi. Jadi akhirnya ya bertengkar. Tinggal di Cengkareng juga sama. Jadi, akhirnya minta di sini."Tampak Romi menghela napas panjang."Waktu itu nggak ada yang percaya kan waktu Vina cerita soal ini. Semua menuduh Vina yang memfitnah papa karena nggak mau merawat papa. Nah, sekarang sudah jelas kan?" kata Romi.Tante Siska menganggukkan kepalanya."Ya, maklum saja waktu itu kan papa kalian bilangnya Vina marah-marah.""Iya, Tante. Tapi, nggak ada yang tanya sama saya kenapa saya marah sama Papa. Tepatnya bukan marah. Waktu itu saya tegur baik- baik. Tapi, papa yang langsung teriak- teriak."Lalu saya juga difitnah meminta mama membelikan saya perhiasan. Padahal demi Tuhan, malam itu Mama sendiri yang memberikan seperangkat perhiasan kepada saya. Bukan saya yang meminta."Begitu juga dengan uang. Mama selalu memberikan uang kepada saya tapi, saya tidak pernah minta. Hanya Tuhan yang tahu tentang hal ini," ujarku panjang lebar.Tante Siska hanya menganggukkan kepalanya."Iya, tante percaya sama kalian.""Mama pun awalnya dulu pernah tidak percaya sama Vina. Tapi, kenyataannya justru Vina kan yang merawat mama sampai mama mengembuskan napas terakhir?" ujar Romi.Inilah yang aku sukai dari suamiku. Dia selalu membelaku di depan keluarga besarnya. Dia mau memperjuangkan aku."Papa kalian baru saja membeli tanah di sini. Rencananya mau dibuat rumah makan," kata Tante Siska.Entah mengapa perasaanku mendadak tidak enak dengan semua ini."Surat tanah yang dibeli papa atas nama siapa, Tante?" tanya Romi."Atas nama Tante. Soalnya orang di luar pulau nggak boleh beli tanah di sini, Romi. Kalau KTP Tante sama paman kamu kan KTP nya sudah KTP sini," kata Tante Siska.Romi terlihat menghela napas panjang. Ia menatapku dalam-dalam. Dan dari sorot matanya aku tahu apa yang ada di dalam pikiran suamiku.Seorang kawan Romi yang bernama Yongki mengajak Romi untuk Investasi bitcoin dengan nama Wx coin. Karena percaya Romi mengerahkan sisa uang yang mereka punya sebesar 60jt kepada Yongki. Ternyata,di tengah jalan, itu adalah penipuan. Uang mereka hilang. Dan mereka juga kena tipu oleh seorang kawan yang bernama Memed. Memed mengajak Investasi untuk berjualan mie celor, tenyata uang dimakannya. Mereka benar-benar di tipu sana sini. Romi pun karena ada bisnis jadi mengundurkan diri dari pekerjaan. Semua menjadi kacau. Akhirnya satu persatu apa yang bisa mereka jual mereka jual. Mobil,perhiasan,semuanya. Romi pun mulai mencoba peruntungan sebagai driver grab dan gocar. Mobilnya rental dari salah seorang kawan mereka yang bernama Ko Johan. Puji Tuhan berjalan lancar, namun tidak lama bonus grab dan gocar ditiadakan, mereka tidak sanggup lagi membayar rentalnya. Dan dengan sisa modal yang ada, Vina pun membuka usaha kuliner kuberi nama Warung Bandung Tea. Vina daftarkan ke Gojek dan
“Namanya adalah WXC coin. Sistem mereka ini seperti multi level marketing. Sekali bahwa orang-orang yang ikut investasi ini adalah orang yang ingin cepat mendapatkan keuntungan. Dan aku yakin sekali kalau koko ikut, pasti bisa dapat keuntungan yang cukup lumayan.”Siang itu, Romi kedatangan tamu bernama Yongki. Dia adalah teman Romi sejak SMA dulu. Dan tujuannya datang ke rumah adalah untuk meyakinkan Romi dengan bisnis yang baru itu."Aku pernah mempelajari tentang bitcoin. Dan aku memang pernah mendapat sedikit keuntungan. Tapi, yang aku ikuti itu tidak ada yang namanya merekrut orang. Ya, aku hanya membeli lewat Internet kemudian, ketika harganya naik, aku menjual bitcoinku, kemudian uangnya aku withdraw, ya cukup menguntungkan memang, aku mendapat keuntungan sekitar dua juta. Tapi setelah itu, aku tidak mau membeli lagi. Karena setelah aku pelajari perlu sekali ketelitian dan kerajinan kita memantau harga coin yang kita miliki. Saat harga sedang naik, kita lebih baik cepat menjual
Aku menghela nafas panjang kemudian mengembuskannya perlahan. Bayangan tentang ibu mertuaku itu selalu membekas dalam ingatanku. Apa yang pernah Mama berikan kepadaku terlalu berkesan untuk dilupakan. Tidak ada bayangan seorang mertua yang jahat kepada menantunya dalam diri mama. Bahkan beliau tidak pernah memarahiku, dia selalu memperlakukanku seperti anaknya sendiri. Dan entah mengapa rasanya sekarang terasa begitu berat tanpa Mama lagi. Apalagi Papa sudah memutuskan untuk tinggal di pulau seribu bersama adik-adiknya. Terkadang aku sedikit menyesal kenapa tidak bisa menahan emosi pada waktu itu. Tetapi jika dilihat dari kacamataku sendiri. Pada waktu itu aku baru saja melahirkan, harus merawat Mama yang juga sedang sakit. Ditambah Papa yang tidak pengertian sebagai orang tua. Rasanya memang aku tidak sanggup. Dan lagi yang aku lakukan untuk papa hanya ingin beliau tidak bekerja itu saja. Apakah salah?Tiba-tiba saja ponselku berdering. Aku melihat dari pesan BlackBerry ku ada s
Hanya 3 minggu Mama di Jakarta. Dan beliau pulang dengan surat rujukan. Akhirnya dokter di Jakarta menyarankan untuk di Jambi saja. Aku sudah lemas, aku merasa takut. Aku takut mama tidak kuat lagi dengan penyakitnya. Hal yang pertama yang Mama lakukan ketika pulang adalah menggendong cucunya. Ia tampak gembira bisa menggendong Leo. Kasur Leo selalu disimpan di ruang tengah. Karena Mama tidak mau tidur di kamar. Jadi siang hari Leo akan tidur di kasurnya dengan dipasang kelambu diruang tengah supaya mama bisa selalu melihat cucunya. Aku tidak melarang,aku tau beliau ingin menghabiskan waktu bersama cucunya. Dan, hari itu tepat tanggal 20 mei 2015 , Mama kembali menjalani operasi kecil. Ginjal mama sudah kena. Dan kaki serta perut beliau kembali membengkak, kali ini jauh lebih parah dari sebelumnya.Dan, ketika pulang dari Rumah Sakit, adik ipar Mama yang bernama Aeng, membawa Bhante ke rumah untuk sama-sama berdoa. Beberapa adik dan keponakan Mama juga datang untuk sama- sama
Ternyata 2 minggu setelah aku pulang, Mama juga pulang. Kaki dan perut Mama tidak bengkak lagi, karena sudah di lakukan penyedotan. Aku nggak ngerti apa istilah dalam bahasa kedokterannya. Tapi, bulan depan Mama harus kembali lagi ke Jakarta. Aku senang, karena Mama tidak nampak kesakitan. Meskipun badannya aku liat semakin kurus."Bulan depan aku ke Jakarta lagi. Katanya cek up. Aku minta di Jambi alatnya nggak ada,"kata Mama."Abis ini, Mama jangan ngapa-ngapain. Udah diam aja, istirahat. Nggak usah ke pasar atau ngapa-ngapain. Kan ada ayuk juga yang ngerjain semua,"kataku. Aku ingat, dokter bilang, bahwa perut dan kaki mama bisa membengkak kembali,jika banyak melakukan aktivitas. Tapi, ya bukan Mama kalau bisa diam. Kaki Mama itu ada rodanya. Ada saja yang di kerjakan. Mulai dari bongkar-bongkar lemari, cari baju- baju bekas Romi waktu bayi sampai mainan-mainan Romi ketika kecil. Semua dia bongkar. Padahal aku sudah bilang untuk istirahat. Satu waktu malah keliling pasar sa
Setelah 2 minggu kami berada di Jakarta, adik bungsu Mama yang bernama Ciu Ahui pun datang ke Jakarta. Aku yang menjemput beliau dari Bandara. Kebetulan hari itu selasa dan Mama kebetulan tidak ada jadwal pemeriksaan. Rabu pagi, sore aku akan pulang ke Jambi. Tapi,pagi hari nya aku harus tetap mengantar Mama dan ciu Ahui dulu ke Rumah sakit. Supaya Ciu Ahui tidak bingung nanti. Oya, jika kalian tidak tau, ciu itu artinya Paman. Sama dengan acek atau susuk artinya paman juga. Aku juga tidak terlalu paham sih untuk panggilan dalam bahasa Hokien. Aku ikutan Romi aja. Dia panggil apa ya aku ikut panggil begitu. Dan, rabu pagi aku sudah bangun dari pukul 4 pagi. Aku membereskan dulu semua pakaianku. Dan merapikan semua surat- surat mama. Sebenarnya, berat untuk meninggalkan Mama. Tapi, kondisiku juga sudah tidak memungkinkan untuk tetap bersama beliau. Salah-salah jika aku sampai melahirkan di Jakarta, kasian Mama. Bagaimana beliau dapat mengurusku nanti."Tolong urus Papa ya, kasi
Data yang diperlukan oleh pihak RSCM sudah keluar. Namun, data itu harus di pelajari lagi oleh tim dokter yang menangani Mama.Dan itu harus menunggu lagi selama beberapa hari. Aku dan Mama mendapatkan tempat kos tidak jauh dari RSCM.Tiap pagi kami bisa naik bajaj. Jam 5 pagi, kami sudah di RS, karena antrian bagi pasien BPJS itu panjang sekali. Kalau ingin dapat no antrian cepat ya harus datang pagi. Jadi, biaa kalian bayangkan. Aku dalam kondisi hamil 7 bulan, ikut antri di halaman Rumah Sakit bersama Mama. Tapi, Tuhan itu baik. Aku berkenalan dengan seorang Ibu. Ia juga mengantar Ibunya berobat. Dan, hampir setiap hari, Ibu itu yang berdesakan menggantikan aku, supaya perutku tidak terhimpit. Kadang, datang jam 5 pagi, kami bisa di periksaA dokter jam 10 pagi. Tergantung antriannya lagi. Betul- betul perjuangan. Untungnya, bayi dalam kandunganku betul- betul bisa di ajak kerjasama. Aku selalu bilang padanya, "Sayang, kita kan antar Ama berobat, jadi jangan rewel ya. Anteng
Aku merasa bahagia dengan apa yang saat ini aku dapatkan. Jika pada awalnya aku takut, karena cerita orang di luar sana tentang menantu versus mertua. Aku nampaknya harus banyak bersyukur. Mama memperlakukan aku dengan amat sangat baik. Beliau memperlakukan aku seperti anaknya. Terkadang, saat beliau pergi ke pasar, selalu beliau bertanya , apa yang ingin ku makan. Romi juga lebih perhatian dan menjagaku dengan baik. Tentu saja, kami tidak mau merasakan kehilangan untuk kedua kalinya. Namun, sekarang ini yang aku khawatir kan bukan kondisi bayi dalam kandunganku. Setiap bulan pertumbuhan nya baik dan sehat. Di tambah lagi, Romi selalu mencukupi asupan gizi yang aku makan. Bahkan mama mertuaku selalu memperhatikan makananku. Dan, saat ini aku mengkhawatirkan kondisi kesehatan Mama. Terakhir dokter mengatakan bahwa harapan untuk beliau hidup hanya 40 persen. Kankernya sudah menyebar. Sekarang mungkin baru kelenjar getah beningnya. Lama kelamaan akan menyerang ginjalnya dan t
Pukul 6 pagi Vina terbangun karena mendengar suara jendela kamar yang dibuka. Ia bergegas keluar kamar, dilihatnya Mama sedang menjerang air. Mama termasuk ibu yang masih tradisional. Air minum, ya dimasak."Pagi, Ma. Maaf kesiangan. Ada yang bisa dibantu, Ma?" Sapa Vina. Mama tersenyum."Bisa tidur semalam? Kau liatin aku dulu pagi ini, nanti besok-besok baru kau yang kerjain, ya." Vina menghapalkan setiap urutan yang dibuat Mama. Mulai dari memasak air,membuatkan susu untuk Romi ,sereal buat Papa. Dan, yang terakhir membuang isi pispot Papa. Rupanya, di malam hari Papa tidak pernah keluar kamar untuk buat air kecil. Sehingga disediakan pispot di kamar, di dekat ranjangnya.Pantas saja, semalam Vina sempat melihat pispot di dekat ranjang."Dia tu jorok. Kalau pipis buang sembarang. Sering aku marahin," ujar Mama. "Nggak usah sapu pel, Vina. Nanti kan ada ayuk yang datang buat kerjain semuanya," kata Mama saat Vina hendak mengambil sapu."Oooh, ada ayuk ya, Ma?""Iya. Jadi nggak u