Ternyata 2 minggu setelah aku pulang, Mama juga pulang. Kaki dan perut Mama tidak bengkak lagi, karena sudah di lakukan penyedotan. Aku nggak ngerti apa istilah dalam bahasa kedokterannya. Tapi, bulan depan Mama harus kembali lagi ke Jakarta. Aku senang, karena Mama tidak nampak kesakitan. Meskipun badannya aku liat semakin kurus."Bulan depan aku ke Jakarta lagi. Katanya cek up. Aku minta di Jambi alatnya nggak ada,"kata Mama."Abis ini, Mama jangan ngapa-ngapain. Udah diam aja, istirahat. Nggak usah ke pasar atau ngapa-ngapain. Kan ada ayuk juga yang ngerjain semua,"kataku. Aku ingat, dokter bilang, bahwa perut dan kaki mama bisa membengkak kembali,jika banyak melakukan aktivitas. Tapi, ya bukan Mama kalau bisa diam. Kaki Mama itu ada rodanya. Ada saja yang di kerjakan. Mulai dari bongkar-bongkar lemari, cari baju- baju bekas Romi waktu bayi sampai mainan-mainan Romi ketika kecil. Semua dia bongkar. Padahal aku sudah bilang untuk istirahat. Satu waktu malah keliling pasar sa
Hanya 3 minggu Mama di Jakarta. Dan beliau pulang dengan surat rujukan. Akhirnya dokter di Jakarta menyarankan untuk di Jambi saja. Aku sudah lemas, aku merasa takut. Aku takut mama tidak kuat lagi dengan penyakitnya. Hal yang pertama yang Mama lakukan ketika pulang adalah menggendong cucunya. Ia tampak gembira bisa menggendong Leo. Kasur Leo selalu disimpan di ruang tengah. Karena Mama tidak mau tidur di kamar. Jadi siang hari Leo akan tidur di kasurnya dengan dipasang kelambu diruang tengah supaya mama bisa selalu melihat cucunya. Aku tidak melarang,aku tau beliau ingin menghabiskan waktu bersama cucunya. Dan, hari itu tepat tanggal 20 mei 2015 , Mama kembali menjalani operasi kecil. Ginjal mama sudah kena. Dan kaki serta perut beliau kembali membengkak, kali ini jauh lebih parah dari sebelumnya.Dan, ketika pulang dari Rumah Sakit, adik ipar Mama yang bernama Aeng, membawa Bhante ke rumah untuk sama-sama berdoa. Beberapa adik dan keponakan Mama juga datang untuk sama- sama
Aku menghela nafas panjang kemudian mengembuskannya perlahan. Bayangan tentang ibu mertuaku itu selalu membekas dalam ingatanku. Apa yang pernah Mama berikan kepadaku terlalu berkesan untuk dilupakan. Tidak ada bayangan seorang mertua yang jahat kepada menantunya dalam diri mama. Bahkan beliau tidak pernah memarahiku, dia selalu memperlakukanku seperti anaknya sendiri. Dan entah mengapa rasanya sekarang terasa begitu berat tanpa Mama lagi. Apalagi Papa sudah memutuskan untuk tinggal di pulau seribu bersama adik-adiknya. Terkadang aku sedikit menyesal kenapa tidak bisa menahan emosi pada waktu itu. Tetapi jika dilihat dari kacamataku sendiri. Pada waktu itu aku baru saja melahirkan, harus merawat Mama yang juga sedang sakit. Ditambah Papa yang tidak pengertian sebagai orang tua. Rasanya memang aku tidak sanggup. Dan lagi yang aku lakukan untuk papa hanya ingin beliau tidak bekerja itu saja. Apakah salah?Tiba-tiba saja ponselku berdering. Aku melihat dari pesan BlackBerry ku ada s
“Namanya adalah WXC coin. Sistem mereka ini seperti multi level marketing. Sekali bahwa orang-orang yang ikut investasi ini adalah orang yang ingin cepat mendapatkan keuntungan. Dan aku yakin sekali kalau koko ikut, pasti bisa dapat keuntungan yang cukup lumayan.”Siang itu, Romi kedatangan tamu bernama Yongki. Dia adalah teman Romi sejak SMA dulu. Dan tujuannya datang ke rumah adalah untuk meyakinkan Romi dengan bisnis yang baru itu."Aku pernah mempelajari tentang bitcoin. Dan aku memang pernah mendapat sedikit keuntungan. Tapi, yang aku ikuti itu tidak ada yang namanya merekrut orang. Ya, aku hanya membeli lewat Internet kemudian, ketika harganya naik, aku menjual bitcoinku, kemudian uangnya aku withdraw, ya cukup menguntungkan memang, aku mendapat keuntungan sekitar dua juta. Tapi setelah itu, aku tidak mau membeli lagi. Karena setelah aku pelajari perlu sekali ketelitian dan kerajinan kita memantau harga coin yang kita miliki. Saat harga sedang naik, kita lebih baik cepat menjual
Seorang kawan Romi yang bernama Yongki mengajak Romi untuk Investasi bitcoin dengan nama Wx coin. Karena percaya Romi mengerahkan sisa uang yang mereka punya sebesar 60jt kepada Yongki. Ternyata,di tengah jalan, itu adalah penipuan. Uang mereka hilang. Dan mereka juga kena tipu oleh seorang kawan yang bernama Memed. Memed mengajak Investasi untuk berjualan mie celor, tenyata uang dimakannya. Mereka benar-benar di tipu sana sini. Romi pun karena ada bisnis jadi mengundurkan diri dari pekerjaan. Semua menjadi kacau. Akhirnya satu persatu apa yang bisa mereka jual mereka jual. Mobil,perhiasan,semuanya. Romi pun mulai mencoba peruntungan sebagai driver grab dan gocar. Mobilnya rental dari salah seorang kawan mereka yang bernama Ko Johan. Puji Tuhan berjalan lancar, namun tidak lama bonus grab dan gocar ditiadakan, mereka tidak sanggup lagi membayar rentalnya. Dan dengan sisa modal yang ada, Vina pun membuka usaha kuliner kuberi nama Warung Bandung Tea. Vina daftarkan ke Gojek dan
"Perempuan kayak kamu ini memang cuma bisa bawa sial. Belum sebulan kakak ipar saya meninggal,tapi Papa Romi sudah menjual rumah ini. Kamu emang hanya mau enaknya aja. Mentang-mentang papanya Romi udah pikun dan tua, kamu nggak mau ngurusin lagi?!" "Saya nggak pernah berpikir seperti itu, Tante. Kalau memang saya-""Halah, nggak usah jawab kamu! Emang susah sih kalau mantan cewek malam. Maunya ya cuma senang-senang!" Aku hanya bisa menghela napas panjang sambil menatap wanita separuh baya di hadapanku. Namanya Tante A Eng. Dia adalah tante dari suamiku Romi. Saat ini om dan tante suamiku memang sedang berada di rumah kami. Rumah mertuaku tepatnya. Mama mertuaku baru saja meninggal dunia sebulan yang lalu karena kanker serviks yang dideritanya. Selama ini kami- tinggal di ruko yang dijadikan rumah sekaligus tempat usaha. Papa mertuaku yang memang sudah berusia 77 tahun memang sudah pikun dan gampang terhasut. Tanpa setauku dan Romi suamiku, papa mertuak
Malam merangkak semakin naik, jika dulu aku melewati malam dengan semarak musik kini dunianya sudah berubah. Malam-malamnya kini dilewati dengan celoteh si kecil, obrolan menjelang tidur dengan suamiku juga mimpi-mimpi indah meskipun sering diinterupsi oleh tangisan si kecil yang haus atau mengganti popoknya.“Kita mau pindah ke mana? Papa sudah fix jual rumah ini, kan?” tanyaku pada suamiku. Romi menganggukkan kepalanya.Sebenarnya kami masih ada satu ruko lagi. Dan ruko itu atas nama almarhum mama Romi dan memang sudah diberikan kepada Romi. Tetapi, posisinya ruko itu belum disemen dan juga tidak ada kamar apa lagi kamar mandi. Di cat saja belum. Baru berbentuk bangunan setengah jadi. "Rumah ini harus sudah dikosongkan dalam waktu dua minggu oleh pemiliknya yang baru," kata Romi.“Trus?”“Ya mau nggak mau kita pindah ke ruko yang di tanjung pinang. Besok aku cari tukang bangunan yang bisa borongan deh buat semen dan cat rumah itu. Lantai satunya aja dulu yang penting bisa buat
Papa memang menepati perkataannya dengan memberikan kami modal usaha. Romi membuka usaha furniture. Ada satu tukang yang bekerja dengan kami. Tapi, jujur saja, aku masih ragu karena yang pertama ruko kami masuk ke dalam lorong bukan pinggir jalan. Yang kedua suamiku belum berbakat di bidang ini. Jadi aku sedikit cemas. Awalnya memang ada yang membeli lemari buatan suamiku, apa lagi memang suamiku membuat lemarinya dari bahan yang bagus. Tetapi, lemari dan furniture itu perputaran uangnya lama, tidak setiap hari orang membeli lemari sementara kebutuhan kami setiap hari. Apa lagi Leo sedang dalam masa pertumbuhan. Bayi berusia 10 bulan itu kan memerlukan gizi. Dia hanya mau minum ASI sampai usia 7 bulan saja. Aku sendiri tidak tau kenapa padahal ASI ku lumayan banyak. Dan ternyata tepat saat Leo berusia 11 bulan aku hamil kembali. “Leo kan masih kecil banget ya, padahal aku pikir lepas KB nggak langsung jadi lagi,” kataku saat melihat tespack