Share

TUDUHAN

Penulis: Alya Snitzky
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-01 15:51:52

Papa memang menepati perkataannya dengan memberikan kami modal usaha. Romi membuka usaha furniture. Ada satu tukang yang bekerja dengan kami. Tapi, jujur saja, aku masih ragu karena yang pertama ruko kami masuk ke dalam lorong bukan pinggir jalan.

Yang kedua suamiku belum berbakat di bidang ini. Jadi aku sedikit cemas. Awalnya memang ada yang membeli lemari buatan suamiku, apa lagi memang suamiku membuat lemarinya dari bahan yang bagus.

Tetapi, lemari dan furniture itu perputaran uangnya lama, tidak setiap hari orang membeli lemari sementara kebutuhan kami setiap hari. Apa lagi Leo sedang dalam masa pertumbuhan. Bayi berusia 10 bulan itu kan memerlukan gizi.

Dia hanya mau minum ASI sampai usia 7 bulan saja. Aku sendiri tidak tau kenapa padahal ASI ku lumayan banyak.

Dan ternyata tepat saat Leo berusia 11 bulan aku hamil kembali.

“Leo kan masih kecil banget ya, padahal aku pikir lepas KB nggak langsung jadi lagi,” kataku saat melihat tespack.

Kami memang sengaja melepas KB tapi, baru sebulan?

“Ya berarti rezeki,” kekeh Romi.

Aku hanya mengerucutkan bibirku.

“Cowok sih enak, aku ni yang bawa-bawa,” kataku.

Untung saja kami masih memiliki asisten rumah tangga yang bisa membantu tugas rumah tangga seperti mencuci dan membereskan rumah.

Kehamilanku yang kedua ini memang cukup membuat pusing karena aku jadi sering sakit.

Dan ternyata rasa takutku menjadi kenyataan. Usaha Romi bangkrut. Modal kami habis dan akhirnya kami melelang semua lemari dengan harga murah termasuk alat-alatnya.

"Jadi, kamu mau kerja di mana? Uang kita sudah hampir habis loh," ujarku pada suatu malam.

Aku tau jika saat ini sisa uang di rekening suamiku masih ada sekitar 50 juta rupiah. Tetapi, kalau tidak segera mendapatkan pekerjaan ya uang itu pasti akan segera habis.

"Kemarin, temenku kasi tau kalau ada lowongan di pabrik sawit punya om nya. Aku mau lamar di sana," kata Romi.

Aku menghela napas lega. Setidaknya aku berharap jika suamiku bisa diterima bekerja di sana. Bagaimana pun juga kami membutuhkan pemasukan. Apa lagi sebentar lagi Leo mau punya adik.

Biaya melahirkan itu tidak sedikit. Juga kebutuhan dua anak itu kan cukup banyak. Pampers, imunisasi, belum lagi pakaian mereka. Kalau anak kedua kami lelaki masih bisa memakai baju bekas lungsuran Leo. Tetapi, kalau perempuan mau tidak mau kami harus membeli yang baru.

*

Dan dia hari kemudian, kabar baik datang. Suamiku diterima bekerja di pabrik sawit. Bagian timbangan. Pabrik yang cukup besar di kota Jambi ini. Sebut saja namanya pabrik YT.

Tetapi, suamiku mengatakan jika dia nanti akan ditempatkan di luar kota. Aku sedikit panik karena belum pernah ditinggalkan jauh.

Meski Romi bilang dia bisa pulang seminggu sekali. Tetapi, kalau mendadak aku lahiran bagaimana?

Tetapi, untuk sementara waktu kami harus bisa menerima. Mencari pekerjaan itu tidak mudah. Dan saat ini hanya itu pekerjaan yang ada.

Malam itu, Romi mengajakku berkunjung ke rumah om dan tantenya. Sebenarnya aku malas berkunjung ke rumah mereka.

Aku ingat bagaimana perlakuan mereka kepada suamiku dan aku juga. Ucapan mereka yang cukup meyakitkan hati juga. Tetapi, Romi bilang Ia ada sedikit keperluan.

"Wah, tumben kalian ke sini? Ada apa?" sambut Tante A Eng dengan wajahnya yang begitu arogan dan sombong.

Aku hanya bisa menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Kalau nggak diajak suamiku demi Tuhan aku malas sekali bertemu dengannya.

Padahal adik-adik almarhum Mama yang lain tidak ada yang seperti beliau. Yang lain tetap bersikap baik kepada kami.

"Kerja di mana sekarang Romi?" tanya paman Raju santai.

Paman Romi ini sebenernya baik, tapi karena istrinya ya jadinya seperti itu.

"Sekarang kerja di pabrik YT, bagian nimbang," jawab Romi.

"Baguslah kalau begitu. Itulah, coba kalo rumah itu nggak dijual. Kalian masih punya usaha. Kan saya udah pernah bilang, sabar menghadapi papa. Dia udah pikun. Ini nggak mau sabar. Padahal ngurus orang tua itu ada pahalanya."

Aku baru saja ingin menjawab tapi, Romi menggelengkan kepalanya.

"Yang nggak mau ngurus papa itu siapa, Tante? Memang siapa yang bersihin bekas BAB atau pispotnya kalo bukan saya sama Vina?"

"Kalau memang kalian mau ngurus nggak mungkin dia jual rumah,". kata Tante A Eng lagi.

"Papa jual rumah aja saya nggak tau, Tante," kata Romi.

Aku tau saat ini suamiku pasti sedang menahan emosi mendengar ucapan Tantenya.

"Sudahlah nggak usah dibahas lagi. Rumahnya juga sudah dijual. Romi ke sini ada apa?" tanya Raju menengahi.

Istrinya hanya mendelik saja mendengar jawaban suaminya itu. Tampak jelas jika Tante A Eng tidak suka disela.

"Romi ke sini mau gadai mobil Romi, soalnya mungkin Romi juga ditempatkan di luar kota. Nggak ada juga yang bisa bawa mobil. Dari pada rusak nantinya."

"Ah, nggak bisa. Asal kamu tau aja ya, Romi. Dulu waktu saya baru nikah sama paman kamu almarhum mama kamu itu kayak penjajah. Saya dicerewetin, suruh nyuci malam-malam. Yenny enak karena suaminya belain istri. Tapi, paman kamu ini mana berani melawan cecenya. Saya disuruh- suruh dia diam saja!"

Aku mengerutkan dahi. Astaga apakah pantas membicarakan masa lalu? Bukankah itu artinya membuka keburukan orang yang sudah meninggal?

Selama ini aku berpikir Tante A Eng itu baik. Waktu almarhum Mama dirawat di rumah sakit selain kakak Mama, dia sering datang. Kadang membawa makanan, buah dan yang lainnya.

Ternyata selama ini semua itu dia lakukan tidak tulus. Mungkin dia melakukan itu karena takut kepada almarhum Mama.

Romi memang pernah mengatakan jika mamanya banyak disegani oleh adik-adiknya. Termasuk adik- adik papanya. Sehingga ketika beliau meninggal, semua adik papa jadi berani.

"Saya rasa, nggak bijak jika Tante mengatakan hal ini. Itu kan kejadian di masa lalu. Kalau Tante tidak suka kenapa tidak mengatakan dulu di hadapan mama? Kenapa ketika orangnya sudah meninggal baru diungkit? Berarti selama ini Tante melakukan semua kebaikan itu karena takut sama mama? Nggak ikhlas?" ujarku spontan.

Aku merasa tidak rela mama dijelekkan seperti ini. Meski aku tidak lama bersama beliau, tapi yang aku rasakan adalah kasih sayang beliau.

Tidak ada mama mertua sebaik almarhum mama.

"Nggak usah sok, kamu! Asal tau aja dulu mamanya Romi mana setuju sama kamu. Tapi, karena kamu suka cari muka makanya dia jadi sayang sama kamu!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • HINAAN KELUARGA SUAMI AWAL KEBERHASILANKU   TETAP KUAT SAMPAI AKHIR

    Seorang kawan Romi yang bernama Yongki mengajak Romi untuk Investasi bitcoin dengan nama Wx coin. Karena percaya Romi mengerahkan sisa uang yang mereka punya sebesar 60jt kepada Yongki. Ternyata,di tengah jalan, itu adalah penipuan. Uang mereka hilang. Dan mereka juga kena tipu oleh seorang kawan yang bernama Memed. Memed mengajak Investasi untuk berjualan mie celor, tenyata uang dimakannya. Mereka benar-benar di tipu sana sini. Romi pun karena ada bisnis jadi mengundurkan diri dari pekerjaan. Semua menjadi kacau. Akhirnya satu persatu apa yang bisa mereka jual mereka jual. Mobil,perhiasan,semuanya. Romi pun mulai mencoba peruntungan sebagai driver grab dan gocar. Mobilnya rental dari salah seorang kawan mereka yang bernama Ko Johan. Puji Tuhan berjalan lancar, namun tidak lama bonus grab dan gocar ditiadakan, mereka tidak sanggup lagi membayar rentalnya. Dan dengan sisa modal yang ada, Vina pun membuka usaha kuliner kuberi nama Warung Bandung Tea. Vina daftarkan ke Gojek dan

  • HINAAN KELUARGA SUAMI AWAL KEBERHASILANKU   KEMBALI TERTIPU

    “Namanya adalah WXC coin. Sistem mereka ini seperti multi level marketing. Sekali bahwa orang-orang yang ikut investasi ini adalah orang yang ingin cepat mendapatkan keuntungan. Dan aku yakin sekali kalau koko ikut, pasti bisa dapat keuntungan yang cukup lumayan.”Siang itu, Romi kedatangan tamu bernama Yongki. Dia adalah teman Romi sejak SMA dulu. Dan tujuannya datang ke rumah adalah untuk meyakinkan Romi dengan bisnis yang baru itu."Aku pernah mempelajari tentang bitcoin. Dan aku memang pernah mendapat sedikit keuntungan. Tapi, yang aku ikuti itu tidak ada yang namanya merekrut orang. Ya, aku hanya membeli lewat Internet kemudian, ketika harganya naik, aku menjual bitcoinku, kemudian uangnya aku withdraw, ya cukup menguntungkan memang, aku mendapat keuntungan sekitar dua juta. Tapi setelah itu, aku tidak mau membeli lagi. Karena setelah aku pelajari perlu sekali ketelitian dan kerajinan kita memantau harga coin yang kita miliki. Saat harga sedang naik, kita lebih baik cepat menjual

  • HINAAN KELUARGA SUAMI AWAL KEBERHASILANKU   KEPUTUSAN YANG TERBURU-BURU

    Aku menghela nafas panjang kemudian mengembuskannya perlahan. Bayangan tentang ibu mertuaku itu selalu membekas dalam ingatanku. Apa yang pernah Mama berikan kepadaku terlalu berkesan untuk dilupakan. Tidak ada bayangan seorang mertua yang jahat kepada menantunya dalam diri mama. Bahkan beliau tidak pernah memarahiku, dia selalu memperlakukanku seperti anaknya sendiri. Dan entah mengapa rasanya sekarang terasa begitu berat tanpa Mama lagi. Apalagi Papa sudah memutuskan untuk tinggal di pulau seribu bersama adik-adiknya. Terkadang aku sedikit menyesal kenapa tidak bisa menahan emosi pada waktu itu. Tetapi jika dilihat dari kacamataku sendiri. Pada waktu itu aku baru saja melahirkan, harus merawat Mama yang juga sedang sakit. Ditambah Papa yang tidak pengertian sebagai orang tua. Rasanya memang aku tidak sanggup. Dan lagi yang aku lakukan untuk papa hanya ingin beliau tidak bekerja itu saja. Apakah salah?Tiba-tiba saja ponselku berdering. Aku melihat dari pesan BlackBerry ku ada s

  • HINAAN KELUARGA SUAMI AWAL KEBERHASILANKU   PERJUANGAN TERAKHIR

    Hanya 3 minggu Mama di Jakarta. Dan beliau pulang dengan surat rujukan. Akhirnya dokter di Jakarta menyarankan untuk di Jambi saja. Aku sudah lemas, aku merasa takut. Aku takut mama tidak kuat lagi dengan penyakitnya. Hal yang pertama yang Mama lakukan ketika pulang adalah menggendong cucunya. Ia tampak gembira bisa menggendong Leo. Kasur Leo selalu disimpan di ruang tengah. Karena Mama tidak mau tidur di kamar. Jadi siang hari Leo akan tidur di kasurnya dengan dipasang kelambu diruang tengah supaya mama bisa selalu melihat cucunya. Aku tidak melarang,aku tau beliau ingin menghabiskan waktu bersama cucunya. Dan, hari itu tepat tanggal 20 mei 2015 , Mama kembali menjalani operasi kecil. Ginjal mama sudah kena. Dan kaki serta perut beliau kembali membengkak, kali ini jauh lebih parah dari sebelumnya.Dan, ketika pulang dari Rumah Sakit, adik ipar Mama yang bernama Aeng, membawa Bhante ke rumah untuk sama-sama berdoa. Beberapa adik dan keponakan Mama juga datang untuk sama- sama

  • HINAAN KELUARGA SUAMI AWAL KEBERHASILANKU   ANAK PERTAMA

    Ternyata 2 minggu setelah aku pulang, Mama juga pulang. Kaki dan perut Mama tidak bengkak lagi, karena sudah di lakukan penyedotan. Aku nggak ngerti apa istilah dalam bahasa kedokterannya. Tapi, bulan depan Mama harus kembali lagi ke Jakarta. Aku senang, karena Mama tidak nampak kesakitan. Meskipun badannya aku liat semakin kurus."Bulan depan aku ke Jakarta lagi. Katanya cek up. Aku minta di Jambi alatnya nggak ada,"kata Mama."Abis ini, Mama jangan ngapa-ngapain. Udah diam aja, istirahat. Nggak usah ke pasar atau ngapa-ngapain. Kan ada ayuk juga yang ngerjain semua,"kataku. Aku ingat, dokter bilang, bahwa perut dan kaki mama bisa membengkak kembali,jika banyak melakukan aktivitas. Tapi, ya bukan Mama kalau bisa diam. Kaki Mama itu ada rodanya. Ada saja yang di kerjakan. Mulai dari bongkar-bongkar lemari, cari baju- baju bekas Romi waktu bayi sampai mainan-mainan Romi ketika kecil. Semua dia bongkar. Padahal aku sudah bilang untuk istirahat. Satu waktu malah keliling pasar sa

  • HINAAN KELUARGA SUAMI AWAL KEBERHASILANKU   PULANG

    Setelah 2 minggu kami berada di Jakarta, adik bungsu Mama yang bernama Ciu Ahui pun datang ke Jakarta. Aku yang menjemput beliau dari Bandara. Kebetulan hari itu selasa dan Mama kebetulan tidak ada jadwal pemeriksaan. Rabu pagi, sore aku akan pulang ke Jambi. Tapi,pagi hari nya aku harus tetap mengantar Mama dan ciu Ahui dulu ke Rumah sakit. Supaya Ciu Ahui tidak bingung nanti. Oya, jika kalian tidak tau, ciu itu artinya Paman. Sama dengan acek atau susuk artinya paman juga. Aku juga tidak terlalu paham sih untuk panggilan dalam bahasa Hokien. Aku ikutan Romi aja. Dia panggil apa ya aku ikut panggil begitu. Dan, rabu pagi aku sudah bangun dari pukul 4 pagi. Aku membereskan dulu semua pakaianku. Dan merapikan semua surat- surat mama. Sebenarnya, berat untuk meninggalkan Mama. Tapi, kondisiku juga sudah tidak memungkinkan untuk tetap bersama beliau. Salah-salah jika aku sampai melahirkan di Jakarta, kasian Mama. Bagaimana beliau dapat mengurusku nanti."Tolong urus Papa ya, kasi

  • HINAAN KELUARGA SUAMI AWAL KEBERHASILANKU   KONDISI YANG BERTAMBAH PARAH

    Data yang diperlukan oleh pihak RSCM sudah keluar. Namun, data itu harus di pelajari lagi oleh tim dokter yang menangani Mama.Dan itu harus menunggu lagi selama beberapa hari. Aku dan Mama mendapatkan tempat kos tidak jauh dari RSCM.Tiap pagi kami bisa naik bajaj. Jam 5 pagi, kami sudah di RS, karena antrian bagi pasien BPJS itu panjang sekali. Kalau ingin dapat no antrian cepat ya harus datang pagi. Jadi, biaa kalian bayangkan. Aku dalam kondisi hamil 7 bulan, ikut antri di halaman Rumah Sakit bersama Mama. Tapi, Tuhan itu baik. Aku berkenalan dengan seorang Ibu. Ia juga mengantar Ibunya berobat. Dan, hampir setiap hari, Ibu itu yang berdesakan menggantikan aku, supaya perutku tidak terhimpit. Kadang, datang jam 5 pagi, kami bisa di periksaA dokter jam 10 pagi. Tergantung antriannya lagi. Betul- betul perjuangan. Untungnya, bayi dalam kandunganku betul- betul bisa di ajak kerjasama. Aku selalu bilang padanya, "Sayang, kita kan antar Ama berobat, jadi jangan rewel ya. Anteng

  • HINAAN KELUARGA SUAMI AWAL KEBERHASILANKU   MAMA KEMBALI DROP

    Aku merasa bahagia dengan apa yang saat ini aku dapatkan. Jika pada awalnya aku takut, karena cerita orang di luar sana tentang menantu versus mertua. Aku nampaknya harus banyak bersyukur. Mama memperlakukan aku dengan amat sangat baik. Beliau memperlakukan aku seperti anaknya. Terkadang, saat beliau pergi ke pasar, selalu beliau bertanya , apa yang ingin ku makan. Romi juga lebih perhatian dan menjagaku dengan baik. Tentu saja, kami tidak mau merasakan kehilangan untuk kedua kalinya. Namun, sekarang ini yang aku khawatir kan bukan kondisi bayi dalam kandunganku. Setiap bulan pertumbuhan nya baik dan sehat. Di tambah lagi, Romi selalu mencukupi asupan gizi yang aku makan. Bahkan mama mertuaku selalu memperhatikan makananku. Dan, saat ini aku mengkhawatirkan kondisi kesehatan Mama. Terakhir dokter mengatakan bahwa harapan untuk beliau hidup hanya 40 persen. Kankernya sudah menyebar. Sekarang mungkin baru kelenjar getah beningnya. Lama kelamaan akan menyerang ginjalnya dan t

  • HINAAN KELUARGA SUAMI AWAL KEBERHASILANKU   HARI YANG BARU

    Pukul 6 pagi Vina terbangun karena mendengar suara jendela kamar yang dibuka. Ia bergegas keluar kamar, dilihatnya Mama sedang menjerang air. Mama termasuk ibu yang masih tradisional. Air minum, ya dimasak."Pagi, Ma. Maaf kesiangan. Ada yang bisa dibantu, Ma?" Sapa Vina. Mama tersenyum."Bisa tidur semalam? Kau liatin aku dulu pagi ini, nanti besok-besok baru kau yang kerjain, ya." Vina menghapalkan setiap urutan yang dibuat Mama. Mulai dari memasak air,membuatkan susu untuk Romi ,sereal buat Papa. Dan, yang terakhir membuang isi pispot Papa. Rupanya, di malam hari Papa tidak pernah keluar kamar untuk buat air kecil. Sehingga disediakan pispot di kamar, di dekat ranjangnya.Pantas saja, semalam Vina sempat melihat pispot di dekat ranjang."Dia tu jorok. Kalau pipis buang sembarang. Sering aku marahin," ujar Mama. "Nggak usah sapu pel, Vina. Nanti kan ada ayuk yang datang buat kerjain semuanya," kata Mama saat Vina hendak mengambil sapu."Oooh, ada ayuk ya, Ma?""Iya. Jadi nggak u

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status