Share

2. SIAPA MAHESSA?

Auteur: Herofah
last update Dernière mise à jour: 2023-06-07 04:56:35

Masa Sebelum Prolog...

"Dasar kamu anak tidak berguna! Pergi saja sana ke Neraka! Susul Ibumu si pelacur sialan itu! Brengsek!"

"Ampun Pak! Jangan!" Teriak seorang bocah lelaki dengan tubuhnya yang sudah bermandikan bensin.

Semua terlambat baginya, ketika sebuah api dari sebatang korek api berhasil dilempar ke arahnya, membuat tubuh mungil kurus kering bocah lelaki itu kini berselimut kobaran api yang menyala-nyala.

Tubuh ringkih bocah itu berguling-guling di lantai, merintih, menangis dan terus berteriak kesakitan.

Wajahnya rusak bahkan hampir seluruh bagian kulit tubuhnya pun mengalami luka bakar yang cukup serius.

Awalnya, dia berpikir bahwa dia akan benar-benar mati saat itu. Hanya saja, Tuhan memang belum mentakdirkannya untuk mati sia-sia, saat seseorang tiba-tiba datang menolongnya.

Dia, seorang bocah perempuan yang juga menghuni lapas yang sama dengan si bocah lelaki malang itu.

"Tolonggg... Tolonggg..."

Suara teriakan terdengar dari mulut mungil bocah perempuan itu yang terus berusaha memadamkan api yang menyelimuti tubuh si bocah lelaki.

Tak ada yang datang, si bocah perempuan berlari mencari salah satu sipir penjara dan memberitahukan tragedi itu, hingga tak lama setelahnya, dia datang dan menemukan si bocah lelaki sudah tak bergerak.

"Apa dia sudah mati?" Tanya si bocah perempuan.

"Belum, dia belum mati! Panggil Ambulance, kita harus membawanya ke rumah sakit," kata sang sipir penjara pada rekannya setelah dia berhasil memadamkan api.

"Yasa bangun! Yasa bangun..." Si bocah perempuan itu menangis terisak. Mengguncang tubuh hangus si bocah lelaki di hadapannya.

Tanpa pernah dia tahu, bahwa si bocah lelaki saat itu masih tersadar. Menatap ringkih ke arah si bocah perempuan sambil terus menggumamkan kata terima kasih di dalam hatinya.

Terus menerus...

Aku berjanji, jika aku berhasil sembuh, aku akan mencarimu di mana pun kamu berada, Vi...

Gumam si bocah lelaki itu dalam hati.

*

"Permisi Tuan? Tuan? Tuan Mahes?"

Mahessa terkejut.

Seolah jiwanya baru saja kembali merasuk ke dalam raganya ketika bahunya diguncang perlahan oleh Saga, sang Asisten pribadinya.

"Ya Saga, ada apa?" Tanya Mahessa saat itu.

Saga memberikan sebuah berkas pada sang atasan.

"Kami sudah berhasil menemukan di mana keberadaan Gavin, Tuan."

"Di mana?"

"Gavin sekarang ada di Jakarta, Tuan." lapor Saga lagi.

Mahessa mengangguk. "Berani-beraninya dia mempermainkan aku! Brengsek!" Maki Mahessa dengan wajah bengisnya. Mahessa menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi lalu memijit pangkal hidungnya sesaat.

"Tangkap lelaki itu dan bawa ke hadapanku!" Perintahnya kemudian.

*****

Hari ini sangat melelahkan.

Vanessa hendak pulang setelah dirinya bergantian dengan Vanilla untuk menjaga Isna yang merupakan Ibu tirinya, di rumah sakit.

Vanessa baru saja keluar dari toilet umum rumah sakit ketika dirinya tiba-tiba dikejutkan oleh beberapa lelaki berseragam hitam yang berdiri di depan pintu toilet.

Sedang apa juga mereka berdiri di depan toilet perempuan?

Aneh!

Gerutu Vanessa membatin.

Hingga saat Vanessa sudah berjalan beberapa langkah dari pintu toilet, Vanessa mendengar suara seorang lelaki memanggil namanya.

Vanessa menoleh dan mendapati seorang lelaki dengan pakaian casualnya tampak berjalan mendekati Vanessa diikuti empat orang lelaki berseragam hitam tadi di belakang.

"Anda memanggil saya?" Tanya Vanessa saat itu.

"Anda yang bernama Nona Vanessa?" Tanya si lelaki ketika dirinya sudah berdiri berhadapan dengan Vanessa.

"Anda siapa? Dan ada perlu apa?" Tanya Vanessa balik tanpa menjawab pertanyaan lelaki di hadapannya.

Lelaki itu mengeluarkan sebuah amplop dari balik jas hitamnya dan memberikannya pada Vanessa.

"Ini ada kiriman surat dari Bos kami. Dia adalah salah satu anggota keluarga Yasa Ilyas, kekasih anda yang baru saja meninggal," beritahu lelaki itu kemudian.

"Apa? Keluarga Yasa?" Pekik Vanessa kaget.

Ya, Yasa Ilyas, memanglah kekasih Vanessa.

Keduanya sudah merencanakan pernikahan, meski takdir berkata lain.

Rencana itu tak pernah terealisasikan karena Yasa yang lebih dulu pergi meninggalkan Vanessa untuk selama-lamanya.

Yasa Ilyas meninggal akibat dibunuh oleh Ibu kandung Vanessa yang mengidap gangguan jiwa.

Dan keberadaan Isna sang Ibu tiri yang kini dirawat di rumah sakit pun tak lepas dari kelakuan keji Kenari, yang merupakan Ibu kandung Vanessa dan Vanilla, sepasang saudari berwajah mirip bak pinang dibelah dua.

"Maaf, sepertinya Anda salah orang, Tuan-tuan. Sebab setahu saya, Almarhum Yasa selama ini sudah tidak memiliki keluarga," jawab Vanessa sesuai dengan apa yang dia ketahui selama ini.

Sejauh dirinya mengenal Yasa, yang Vanessa tahu, Yasa hanya hidup sebatang kara. Bahkan mengenai asal usul Yasa sendiri, Vanessa pun tidak tahu karena Yasa tak pernah menceritakannya. Bukan tak pernah, tapi memang tidak mau menceritakan.

Jika Vanessa bertanya, maka Yasa hanya akan menjawab, "aku sudah bilangkan, kalau aku sudah nggak punya keluarga lagi, Nes, kenapa sih kamu nggak percaya sama aku?"

Hingga pada akhirnya, Yasa meninggal dunia, bahkan Vanessa tak tahu harus menghubungi siapa dari pihak orang-orang yang Yasa kenal selama hidupnya.

Lelaki itu terlalu misterius, tapi sialnya, Vanessa begitu tergila-gila padanya.

Bagi seorang Vanessa, Yasa adalah seluruh hidupnya. Dia tak mau berpikir macam-macam apalagi harus berprasangka buruk pada Yasa, karena Vanessa tahu, Yasa adalah lelaki yang baik dan dia sangat mencintai Yasa.

Itulah sebabnya, Vanessa kaget saat tahu bahwa orang-orang di hadapannya ini adalah orang suruhan keluarga Yasa.

Belum reda beban batin atas kehilangan yang dia rasakan akibat kematian Yasa, entah hal apa lagi yang harus Vanessa hadapi sekarang, mengenai latar belakang lelaki yang seharusnya menjadi suaminya itu.

"Bos kami, ingin mengajak anda bertemu Nona, ada sesuatu yang harus anda ketahui tentang Yasa," beritahu lelaki itu lagi.

Kening Vanessa berkerut tanda Vanessa benar-benar kebingungan.

"Apa Yasa memiliki hutang dengan rentenir?" Tanya Vanessa dengan pertanyaan super polos yang mengundang tawa lelaki di hadapannya itu.

"Tidak Nona. Nanti Bos kami yang akan menjelaskan. Waktu dan tempat pertemuan sudah diatur. Saya harus pamit sekarang karena masih harus mengurus pekerjaan lain, permisi Nona."

Saat itu, Vanessa hanya bisa terpaku menatap kepergian sekawanan lelaki misterius itu.

Hingga setelahnya, Vanessa yang penasaran segera membuka dan membaca isi surat di dalam amplop di tangannya.

Sebuah surat dari seorang lelaki bernama, Mahessa.

Tanpa pikir panjang, Vanessa pun langsung mencari tempat nyaman untuk segera membaca isi surat tersebut.

*

Dear Nona Vi yang terhormat...

Perkenalkan, saya Mahessa, saudara Yasa.

Saya sudah mendengar berita atas kematian Yasa dan hal itu membuat saya sangat terpukul.

Kedatangan saya ke Indonesia memang utama karena ingin bertemu dengan Yasa, karena Yasa yang meminta saya untuk datang menghadiri acara pernikahannya dengan Anda.

Tapi sayang, semua rencana itu harus gagal karena kini, Yasa sudah tiada.

Melalui surat ini, saya hanya ingin menyampaikan amanat yang pernah Yasa ucapkan dalam pertemuan terakhirnya dengan saya di Paris dahulu, sebelum kalian kembali bertemu dan berbaikan.

Yasa mengatakan bahwa dia ingin saya menjaga seorang wanita bernama Vi, jika suatu hari nanti dirinya lebih dulu tiada.

Itulah sebabnya saya menulis surat ini karena saya terlalu malu untuk mengungkapkan hal sesensitif ini pada Anda secara langsung.

Jika Anda berkenan, saya bersedia menggantikan posisi Yasa untuk menikah dengan Anda dan menjadi Ayah yang baik untuk janin yang kini sedang anda kandung.

Saya bersedia bertanggung jawab, Nona Vi.

Jika Anda bersedia menerima tawaran saya, mari kita bertemu di lokasi yang sudah saya kirimkan ke nomor ponsel Anda.

Saya tunggu kedatangan dan kabar baik dari Anda.

Mahessa.

Vanessa seketika terkejut saat tiba-tiba ponselnya berdering dan nomor baru tertera di sana mengirimkan sebuah alamat.

Siapa sebenarnya Mahessa?

Kenapa dia bisa tahu nomor ponselku?

Pikir Vanessa membatin.

Dia benar-benar bingung.

*****

Buat yang suka, hayuk atuh di Vote dan koment...

Salam Herofah...

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   45. EPILOG

    Setelah bertahun-tahun berlari dari bayang-bayang masa lalu, Vanessa dan Mahessa akhirnya pulang. Bukan sekadar pulang ke Jakarta, tapi pulang ke pangkuan keluarga yang selama ini menjadi jangkar dan tempat berpulang hati mereka.Hubungan Mahessa dengan Aro semakin membaik usai Gavin mendapatkan hukuman setimpal atas perbuatannya. Matahari sore menyinari halaman rumah keluarga besar Malik. Rumah mewah itu berdiri megah di kawasan selatan Jakarta, kini penuh tawa dan aroma masakan dari dapur. Di sana, Isna, ibu tiri Vanessa, menyambut mereka dengan pelukan hangat dan mata yang berkaca-kaca.“Akhirnya kamu pulang juga, Nessa,” ucapnya, menepuk pipi Vanessa dengan lembut.“Maaf membuat semua orang khawatir, Bu,” jawab Vanessa sambil tersenyum haru.Malik, yang selama ini menjaga wibawa sebagai kepala keluarga, tidak bisa menahan senyum saat melihat putrinya menggandeng Mahessa masuk ke ruang tengah.“Kamu sudah jadi laki-laki seutuhnya sekarang, Mahessa,” ujarnya sambil menjabat tangan

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   44. BERSATUNYA KAKAK BERADIK

    Lamunan Mahessa terhenti seketika ketika suara ledakan kecil terdengar dari luar rumah. Getarannya terasa di lantai, seperti gempa singkat yang mengguncang fondasi bangunan tua itu.Ia berdiri reflek dari kursi rotan. Detak jantungnya melompat liar. Tak lama kemudian, suara pecahan kaca menyusul dari lantai bawah, disertai teriakan panik dari Lauren.“Vanessa!” pekik Mahessa, langsung berlari menuju tangga.Langkahnya baru mencapai anak tangga kedua ketika tiga pria bersenjata menerobos masuk melalui jendela belakang. Salah satunya berpakaian serba hitam dengan penutup wajah, dua lainnya membawa tongkat besi. Gerakan mereka cepat, brutal, dan terlatih.Mahessa segera menarik Vanessa dari tempat tidur. Gadis itu baru saja terbangun, wajahnya pucat, panik, matanya mencari-cari jawaban.“Ada apa, Mahes?”“Diam. Ikut aku. Sekarang.”Ia menggandeng tangan Vanessa, menyeretnya menyusuri lorong menuju loteng kecil—ruang penyimpanan barang-barang tua yang dulu sempat ditunjukkan Lauren. Loron

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   43. MASA LALU YANG TERKUAK

    Suasana malam Paris menyambut mereka dengan udara lembab dan lampu kota yang temaram. Langit menggantung kelabu, menyimpan gerimis tipis yang belum jatuh. Mahessa memarkirkan mobil sewaan di halaman rumah bergaya klasik Prancis—rumah tua milik pasangan lanjut usia, kerabat almarhum Pak Dirham.Bangunan itu berdiri anggun meski telah termakan waktu. Jendelanya tinggi, dengan bingkai kayu yang terawat. Halaman kecilnya dipenuhi tanaman rambat yang menjalar hingga ke dinding batu. Ada aroma nostalgia yang tak bisa dijelaskan. Seolah rumah itu menyimpan cerita lama yang belum selesai.Setelah makan malam sederhana dan berbasa-basi singkat dengan pasangan pemilik rumah, Vanessa memilih beristirahat lebih awal. Tubuhnya letih setelah perjalanan panjang dari Lyon. Ia tertidur begitu kepalanya menyentuh bantal, sementara Mahessa justru tidak bisa memejamkan mata.Ada satu nama yang terus berputar dalam pikirannya, Yasa. Nama yang dikejar. Nama yang dicari. Nama yang sedang ia tinggali.Dan sa

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   42. MASUK PERANGKAP

    Setelah melalui sekitar tujuh jam perjalanan darat, akhirnya Mahessa dan Vanessa pun sampai di Paris.Di sepanjang perjalanan tadi, Vanessa sempat menerima panggilan telepon dari Vanilla dan keluarganya yang kini sudah berada di Amerika.Vanilla dengan segala kekhawatirannya terus saja mengoceh seperti kaleng rombeng di telepon. Wanita itu memarahi Vanessa yang telah membuatnya cemas di sepanjang perjalanan menuju Amerika karena Vanessa yang tiba-tiba saja menghilang di Bandara dan sulit dihubungi.Hingga akhirnya, semua masalah terselesaikan begitu pihak keluarga di sana tahu bahwa kini Vanessa dan Mahessa baik-baik saja."Sepertinya, keluargaku memang belum tau soal Aro?" tanya Vanessa saat Mahessa baru saja mengajaknya memasuki sebuah mobil pribadi yang mereka sewa."Ya, kupikir mereka tidak perlu tau," ucap Mahessa saat itu yang mulai fokus menyetir."Lalu, kita mau kemana sekarang? Aku sangat lelah, kita harus istirahat, Mahess," ucap Vanessa diikuti dengan mulutnya yang menguap

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   41. SEBUAH ALASAN

    Matahari bersinar cerah menyambut pagi di Jenewa.Gemericik air mengalir terdengar dari balik balkon kamar yang dihuni oleh Mahessa dan Vanessa tadi malam.Menghirup udara pagi yang segar dan sejuk, Vanessa terdiam di sisi balkon dengan tubuhnya yang hanya terbalut kemeja putih Mahessa. Bahkan, tanpa Vanessa mengenakan apa pun lagi di dalamnya.Pergumulan panjang nan panasnya dengan Mahessa tadi malam terasa begitu membekas di benaknya. Membuat senyum di wajah cantik nan seksi Vanessa seolah tak mau hilang."Kamu sudah bangun duluan? Kenapa tidak membangunkan aku?" bisik suara berat seorang lelaki dengan tubuh atasnya yang shirtless, memperlihatkan lekukan otot-otot tangannya yang kekar dan mulus.Mahessa memeluk tubuh sang istri dari belakang, membenamkan kepalanya di balik ceruk leher Vanessa yang harum."Aku tau kamu pasti kelelahan karena permainan kita semalam, makanya aku biarkan kamu istirahat lebih lama," ucap Vanessa menahan geli saat bibir Mahessa mulai mendaratkan kecupan k

  • HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN   40. RASA SAKIT YANG TERBAYAR

    "Kamu ingin menjadi istri yang baik kan? Kalau begitu, buktikan!" ucap Mahessa setelah lelaki itu berhasil melepas kemeja yang dia kenakan.Bukan hal aneh bagi Vanessa untuk menyenangkan lelaki di ranjang, hanya saja, kenapa saat ini dia merasa begitu gugup?Bahkan Vanessa merasa jantungnya seakan ingin melompat keluar dari dadanya, saking kencang dan kuatnya degupan itu.Keadaan hening seketika menyergap keduanya saat tubuh Mahessa sudah menguasai tubuh sang istri sepenuhnya.Tatapan keduanya kembali bertemu, lekat dan dalam.Seolah menyelami kembali masa-masa indah kebersamaan masa kecil mereka dahulu, saat Vi sering membantu Yasa membersihkan kantin lapas bersama Pak Dirham. Saat Yasa sering mengajak Vi melihat langit senja dari atas pohon, dan saat mereka bermain petak umpet bersama, lalu Vi menangis karena melihat ular di belakang lapas.Semua kenangan itu masih terekam jelas dalam benak Yasa a.k.a Mahessa. Tak terlupakan, sedikit pun."Kamu cantik sekali, Vi..." gumam Mahessa sa

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status