Malam telah menjelang larut, jam dinding di kamar pengantin Yusuf dan Leila tepat menunjuk angka 12, tepat tengah malam. Hari ini adalah hari berat bagi mereka, begitu banyak tamu yang harus disambut, begitu banyak kegiatan dan acara yang mesti mereka ikuti satu per satu. Keduanya belum juga tertidur.
Leila baru melepas gaun pengantinnya, kemudian pergi mandi bunga, memperwangi diri, menyiapkan seluruh tubuh moleknya untuk malam pertama. Malam ini sudah begitu lama dia nanti-nantikan, sebaik mungkin Leila ingin semuanya lancar.
Dengan mengenakan lingerie warna merah muda, Leila kembali ke kamar yang juga telah dihias sedemikian rupa dengan bunga serta lilin-lilin indah. Namun tampaknya hanya Leila yang bersemangat untuk malam pengantin, Yusuf yang sudah sejak tadi mandi justru kini sedang mengenakan jaketnya.
“Suf ... Kamu mau ke mana?” tanya Leila, suasana hatinya langsung berubah kecut. “Ini udah lewat tengah malam loh, Sayang. Ini juga malam
Dengan tubuh masih hanya berbalut selimut putih, Yusuf yang terbaring telentang memeluk Bella yang menaruh kepala di atas dada bidangnya. Entah sudah berapa kali mereka bercinta sepanjang malam, dan telah berbagai tempat serta posisi mereka coba, rasanya Yusuf tak mengenal lelah meski kemarin adalah hari pernikahannya dengan Leila. Janjinya untuk pulang pukul 1 tidak dia tepati, sampai kini jam telah menunjuk pukul 4, dia masih terjaga bersama Bella.“Jadi sekarang ... kita harus kayak gini?” bisik Bella sendu.“Mau gimana lagi, kamu terima aja dulu, sementara sampe keadaan stabil,” jawab Yusuf. “Oya, Bel ... mau sampe kapan kamu tinggal di apartemen Malik? Hm?”“Ya ... sampe aku bisa dapat tempat tinggal barulah.”“Mau aku belikan rumah? Atau apartemen baru? Supaya aku juga ngerasa lebih aman buat nemuin kamu?”“J
“Apa, Bel? Satu minggu family trip ke Bandung? Sama ayah dan ibu kamu?” ulang Malik seolah tak percaya apa yang baru saja dia dengar dari mulut Bella.Bella yang sedang menyusun pakaian ke dalam kopernya mengangguk, mengiyakan. “Heum. Ini tuh acara tahunan keluarga, nggak enak kalau nggak pergi, soalnya kami mau ketemu sama Nenek sama Kakek,” bohong Bella berkelit.“Aku ikut boleh?” tanya Malik penuh harap.“Idih, kamu ngapain ikut? Kayak apa aja! Nanti dikira kita ada sesuatu, lagi,” protes Bella.Malik berdiri dari ujung tempat tidur, menghampiri Bella. Dia tarik tangan Bella agak lembut. “Bel, kamu belum jawab pertanyaan aku, loh. Soal lamaran dari aku.”Tuntutan itu mulai terdengar bagai momok bagi Bella. Ditariknya tangannya kembali. “Aku kan minta waktu dari kamu, Lik. Jangan desak aku, itu
Mobil Malik berhenti tepat di depan pagar rumah orang tua Bella. Rumah itu tak seperti rumah yang penghuninya sedang pergi liburan. Malah sebaliknya, rumah itu terlihat sangat hidup. Ibu Bella terlihat sedang menjahit di ruang depan, sedang ayahnya sibuk memperbaiki sebuah sepeda motor di halaman samping rumah.Rahang Malik mengeras, dia pukul setirnya satu kali, dia menggeram hebat.“Apa kamu kira aku setolol itu, Bella? Sampai aku nggak bisa tau apa yang lagi kamu kerjain? Kamu pikir aku nggak bisa cek soal beginian? Ini kecil!” gerutu Malik.Harga dirinya serasa telah diinjak-injak dengan kebohongan yang diciptakan Bella. Dan dia memang punya keyakinan kuat bahwa sebetulnya Bella dan Yusuf masih ada hubungan hingga hari ini.Tak lama berselang, sebuah sepeda motor berhenti di samping jendela pintu mobil Malik. Sang pengendara mengeluarkan sebuah amplop coklat lalu men
Bila Yusuf disambut oleh Pak Abizard, Bella justru disambut oleh Malik. Anehnya, Malik bahkan telah menyiapkan makan malam baginya, lengkap dengan sebotol anggur.“Buat apa semua ini, Malik?” tanya Bella terheran-heran.“Sebagai sambutan aja, karena kamu pulang selamat dari Bandung. Kita rayakan kepulangan kamu!” jawab Malik sekenanya. “Oya, kamu ada foto bareng di sana? Atau foto sendiri, deh! Ada nggak?”“Kamu tau kan aku nggak suka foto, jadi nggak ada foto, sorry, ya.”“Buat apa minta maaf? Nggak perlu. Ayo duduk, kita mulai makan. Nanti aja barang-barang kamu, aku ikut bantu beresin. Tenang.” Malik menarik bangku makan untuk Bella.Meski agak canggung campur bingung, Bella ikut juga duduk di bangku. Malik menghidangkan satu ayam utuh yang sengaja dia panggang, lalu mulai dia potong-potong agak tebal, kem
Tubuh Bella goyah, pun juga kesadarannya. Ke mana perginya Malik yang biasanya begitu manis dan sopan, lembut dan penuh kesabaran? Mengapa Malik kini malah terlihat seperti setan?"Malik ... apa yang ada di pikiran kamu? Biarin aku pergi!" seru Bella sambil berusaha bangkit dari sofa.Bukannya melepaskan Bella, Malik malah mendorong kembali bahu Bella sampai gadis itu terbaring tak berdaya di atas sofa. Bella langsung menangkap firasat buruk, dia tahu apa yang direncanakan Malik, apa yang dia inginkan.Lantaran telah mengetahui niat jahat Malik, Bella makin panik, dan semangatnya untuk melepaskan diri makin menjadi-jadi.“Kalau sampe Yusuf tau kelakuan kamu ini, kamu bisa mati, Malik!” kecam Bella.Alih-alih gentar, Malik malah tertawa terbahak-bahak seperti orang kesurupan. “Kamu kira aku peduli, hah?! Kamu kira aku takut?! Jangan goblok kamu, Bella
Seminggu setelah kejadian tak menyenangkan yang menimpa Bella, keluarga besar Aktaf mengadakan acara family gathering, sekaligus pengumuman resmi bahwa sebentar lagi Yusuf akan diangkat sebagai CEO. Acara kumpul keluarga itu diadakan di sebuah villa di puncak. Para sepupu Yusuf pun ikut berkumpul, mereka asyik bercakap-cakap soal kesibukan sehari-hari, rencana liburan, sampai barang-barang yang ingin mereka beli.Namun tidak dengan Yusuf, sejak datang tadi, dia hanya menatap tajam Malik. Cuma Malik seorang. Matanya nyalang, tinjunya seolah siap untuk meretakkan rahang Malik. Adik tirinya itu layak menerima pukulan bertubi-tubi, seharusnya dia bahkan mendekam di penjara. Setidaknya sekarang Bella berada di tempat yang aman, tapi semua itu tidak cukup bagi Yusuf, amarahnya belum tuntas.“Kamu kenapa sih, Suf? Dari tadi kamu melotot aja ngeliatin Malik!” tanya Leila penasaran. Yusuf diam, tak menggubris. “Suf, ini
Pak Abizard yang memang terkena serangan jantung untungnya masih sempat dibawa untuk mendapat pertolongan pertama, dia langsung mendapat perawatan di IGD. Sementara itu, sebagian anggota keluarga menunggu di luar, sedang yang lain memilih untuk pulang.Suasana masih kelam sampai sore hari, semua masih memikirkan keadaan Pak Abizard sekaligus memikirkan soal perbuatan Malik. Saat ini aja Malik tak diizinkan ibunya untuk menunggu Pak Abizard, mencegah keadaan tambah buruk.“Minum dulu, Suf. Kamu dari tadi keliatan tegang banget.” Leila menyerahkan sebotol air minum kepada Yusuf.Yusuf menerima botol air dari tangan Leila, tapi matanya tajam menatap. Seusai dia menenggak beberapa teguk, dia mencecar, “Masih bisa ya kamu keliatan santai gini, keliatan nggak punya dosa, keliatan nggak punya salah apa-apa.”Leila menatap polos. “Apa maksud kamu bicara kayak g
Walau berusaha keras untuk tak memikirkan ucapan sang ayah, nyatanya pikiran Yusuf terus dipenuhi oleh kata-kata Pak Abizard. Bagaimana jika dia nanti memang akan menyesali pilihannya, apakah dia sebegitu tega , sampai hati membiarkan Leila terus berjuang seorang diri mempertahankan cinta mereka? Yusuf belum tahu jawabannya.Dan berhubung Pak Abizard masih dirawat di rumah sakit, Yusuf nyaris tak punya waktu untuk menemui Bella, hari-harinya hanya dilalui di kantor, lalu ke rumah sakit, kemudian pulang. Bella menahan rindu seorang diri saja rasanya.“Kamu mau makan apa, Sayang? Hari ini aku mau masak buat kamu,” ujar Leila pada satu hari sebelum Yusuf berangkat kerja.“Hah? Aku udah mau berangkat, kok. Kamu masak aja untuk kamu sendiri. Nanti aku makan siang di kantor, makan malam juga abis aku pulang dari kantor aja, aku mau makan di luar.”“Kok