Share

BAB 11 TAWARAN

Stelah James meninggal, bencana yang lain kembali datang. Jeremy Loghan akan membawa Lily bersamanya. Rasanya Geby benar-benar tidak sanggup untuk sekedar membayangkan hal itu. Lily masih sangat kecil dan Geby yakin Jeremy hanya akan menelantarkan Lily tanpa kasih sayang.

Kesedihan mereka semua atas kepergian James masih belum usai dan sekarang semua orang di rumah keluarga Loghan juga ikut kembali bersedih dengan rencana Jeremy yang akan membawa Lily karena Jeremy juga tidak akan pernah mau tinggal di Yorkshire hanya untuk mengawasi keponakannya. Tidak ada yang berani menentang seorang Jeremy Loghan yang telah membuat sebuah keputusan apapun itu.

"Mr. Papkins mengatakan jika Anda mencari saya?" kata Geby setelah mengetuk daun pintu yang sudah setengah terbuka.

"Masuk dan tutup pintunya."

Geby melihat Jeremy Loghan sedang duduk di kursi milik James, kursi bersandaran tinggi dengan lapisan kulit yang disamak lembut itu terlihat sangat hidup ketika Jeremy Loghan yang duduk di sana. Tempat yang tidak pernah diduduki oleh James karena selama ini James hanya berada di kursi rodanya.

Jeremy Loghan adalah pria karismatik yang bisa terlihat sangat dominan tidak perduli dia sedang duduk atau berdiri di manapaun hingga Geby tetap tidak berani terlalu lama menatapnya. Karena itu tadi Geby sempat ragu tapi tetap melangkah masuk dan menutup pintu mengikuti perintahnya.

"Duduklah, Nona Harlot."

Geby kembali mengikuti perintahnya untuk duduk dan membiarkan Jeremy Loghan yang sedang menelitinya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Aku akan menawarkan pernikahan untukmu."

"Apa maksud Anda?" Geby langsung balik bertanya dengan menatap seorang Jeremy Loghan yang sepertinya juga tidak sedang bercanda.

"Aku akan menikahimu jika kau ingin tetap bisa mengurus keponakanku."

Walapun terkejut Geby tetap wanita yang sangat masuk akal dan pastinya tidak akan asal menyetujui ide gila macam itu begitu saja. Apa lagi jika ide gila tersebut keluar dari pria seperti Jeremy Loghan yang dia tahu paling tidak punya hati.

"Aku akan menjadikanmu seorang Loghan untuk bisa mengurusnya karena aku juga tidak mau mengurus anak itu."

Geby masih diam belum menjawab karena tetap mustahil dirinya mau menikah dengan pria seperti Jeremy Loghan. Bahkan untuk sekedar membayangkannya saja Geby tidak sanggup.

"Kau tidak perlu melakukan tugas sebagai seorang istri," tambah Jeremy. "Karena aku juga tidak akan menyentuh wanita bekas kakak laki-lakiku!"

Walu kata-kata sinis itu sempat membuat punggung Geby berjengit tegang tapi justru karena kebencian Jeremy tersebut Geby malah mengangguk setuju.

"Baiklah!"

Pikir Geby sepertinya bukan masalah jika pernikahan hanya akta tanpa harus melibatkan peran fisik dan Geby yakin jika kebencian seorang Jeremy Loghan bisa jadi benteng yang paling tebal di antara mereka.

"Tapi aku tetap ingin ada poin perjanjiannya."

"Katakan saja."

"Hanya di antara kita berdua, kita bisa menandatangi aktanya di depan notaris."

"Apa kau pikir aku orang yang bisa menikah diam-diam. Tidak akan ada yang mengakuimu sebagai istriku dan itu akan percuma untukmu"

Jeremy adalah putra dari keluarga bangsawan terpandang dan memang tidak mungkin dirinya asal menikah seperti menikahi wanita simpanan.

"Tetap akan ada pesta dan konfrensi pers jadi persiapkan saja dirimu jika setuju dan benar-benar mau mengurus keponakanku."

"Baiklah." Geby kembali setuju.

"Aku akan segera menikahimu sebelum kembali ke New York." Jeremy memang akan memindahkan kantor pusatnya dari Sidney ke New York agar lebih dekat dengan induk perusahana Loghan.

"Akan kusuruh Mr.Papkis mengurus semua persiapannya. Dan aku yang akan bicara pada pamanmu."

Berulang kali Geby hanya bisa mengangguk setuju karena dia sendiri juga belum tahu bagaimana harus menyampaikan hal semendadak ini pada keluarganya. Bagaimanapun pernikahan tetap bukan hal main-main untuk dikabarkan tiba-tiba. Tapi jika melihat ketenangan Jeremy nampaknya dia memang sudah tahu dengan apa yang harus dilakukan. Jika kemari Geby melihat pria itu berhasil memaksa Tobias ternyata hari ini dia juga berhasil memanksa Geby mengikuti kemauannya.

Rasanya memang agak gila membayangkan dirinya baru saja setuju untuk menikah dengan seorang Jeremy Loghan, pria tanpa hati yang sedang ingin Geby kutuk sampai ke neraka. Tapi Geby memang akan melakukan apapun demi untuk bisa ikut memiliki hak asuh atas Lily. Karena mustahil Geby tega membiarkan Lily dibawa oleh pria seperti Jeremy.

Begitu keluar dari ruangan tersebut Geby langsung pergi mencari Lily dan memeluk gadis kecil itu dengan erat.

"Kenapa, Geby?" tanya Lily . "Kenapa kau menangis?"

"Tidak, kau tidak menangis." Geby buru-buru menghapus benih air matanya yang sudah berkumpul di pelupuk mata kemudian tersenyum.

Geby masih sangat mencintai James tapi dia baru saja setuju untuk menikah dengan Jeremy Loghan akhir minggu ini. Walapun pernikahan mereka hanya di atas kertas tapi tetap saja ada perasaan tidak rela di hati Geby. Tapi jika kembali melihat Lily dia juga tidak akan terima membiarkan gadis kecil itu dibawa oleh Jeremy Loghan yang sama sekali tidak pernah perduli apa lagi mencintainya. Lily adalah satu-satunya bukti cintanya kepada James yang masih tersisa, Geby harus menjaganya bagaimanapun caranya.

Ketika James diam-diam menyisipkan beberapa poin dalam perjanjiannya dengan Jeremy, James sudah bisa memprediksi jika hal seperti ini bakal terjadi. James tahu jika Geby pasti akan melakukan apa pun untuk tetap bisa bersama putrinya. Kedengaranya memang curang tapi James melakukan ini semua utuk mereka. Geby wanita yang sangat baik mustahil dia tidak bisa meluluhkan hati Jeremy.

****

"Geby kenapa banyak yang mengantar bunga?" tanya Lily begitu melihat rumah besar mereka mulai rame dengan banyak orang yang sedang memasang dekorasi.

"Karena akan ada pesta," Geby setengah berjongkok untuk mengimbangi tinggi badan Lily.

"Pesta?"sepasang manik mata Lily langsung membulat.

"Ya." Geby menangkup pipi kemerahan Lily dengan telapak tanganya ketika mulai bicara pelan-pelan. "Aku akan menikah dengan paman Jeremy agar kita tetap bisa selalu bersama."

"Apa itu artinya nanti kau bisa ikut makan satu meja dengan kami lagi?" Lily langsung tersenyum ceria oleh hal yang terlalu sepele.

"Ya."

Lily angsung memeluk Geby. "Aku bosan hanya duduk berdua denganya," bisik gadis kecil itu di telinga Geby.

"Bukankah aku sudah berjanji akan selalu bersamamu."

Walapun pernikahan mendadak mereka mengejutkan semua orang tapi Geby sedang tidak mau ambil pusing dia pilih mengabaikanya asal dirinya dan Lily baik-baik saja. Lily memang belum paham dengan pengorbanan yang telah Geby lakukan untuknya dan memang tidak perlu tahu. Anak-anak hanya boleh melihat kebahagiaan.

Lily yang bantu memilih gaun putih untuk Geby dan ikut sibuk ingin mendapat gaun yang cantik untuk dirinya sendiri.

"Kau sangat cantik, Geby." Lily ikut berputar-putar dengan gaunya sambil melompat-lompat kecil seperti peri.

Geby memang cantik, sangat cantik dengan gaunya yang elegan dan pas untuk gayanya yang simpel tapi angun.

Semua orang sedang menunggunya keluar. Keluarga Geby juga datang dari Wahington, bahkan beberapa tamu undangan dari anggota senior kerajaan juga ikut hadir di acara pernikahan mereka. Geby masih melihat pantulan dirinya sendiri di dalam cermin sebelum memberanikan diri keluar dari kamarnya.

Dulu Geby pernah sangat ingin James melihatya dalam balutan gaun putih seperti ini. Menunggunya berjalan ke arahnya tapi nyatanya mimpi itu tidak pernah terjadi karena yang dia lihat kali ini bukan James.

Jeremy Logan sebenarnya juga bukan mahluk yang buruk, bahkan dia terlihat sangat tampan dengan balutan tuxedo Armani yang merekat tepat di tubuh tinggi tegapnya. Muda tampan dan kaya raya, karisma yang sangat menarik bagi siapa saja. Mustahil jika jantung Geby tidak berdegup kencang ketika pria itu mengulurkan tangan untuk memasangkan sebuah cincin berlian di jarimanisnya.

Geby juga balas memasangkan cincin senada di jari manis Jeremy Loghan, tangan Geby gemetar dan berkeringat dingin walaupun Jeremy terlihat sangat tenang. Bagaimanapun pernikahan-tetaplah pernikahan sesuatu yang sakral, janji yang seharusnya saling ditepati hingga napas terakhir mereka masing-masing.

Jantung Geby berdegup semakin kencang ketika Jeremy menggenggam kedua tangannya di hadapan semua orang dan mulai mengucapkan ikrar janji pernikahan mereka yang bahkan tidak Jeremy catat dalam kertas. Geby menatap pada sepasang netra biru Jeremy Loghan yang pekat, menatapnya dalam-dalam seolah apa yang diucapkan pria itu memang nyata untuknya.

Geby menyimak tiap kata yang diucapkan Jeremy dengan setiap tarikan napas yang ikut ia dengar pelan. Geby tidak tahu siapa yang sudah menyusun kalimat seindah itu untuknya, tapi Geby berani bersumpah jika jantung Jeremy juga sedang berdegup kencang dan bibirnya terasa hangat ketika mencium Geby di depan altar.

Geby cuma kembali mengingatkan jika ini hanya permainan, dia tidak boleh terperangkap permainan yang sedang diperankan oleh Jeremy Loghan. Sudah hampir tiga menit tapi pria itu masih belum berhenti melumati bibirnya dengan gerakan lembut dan pelan.

'Mungkin Geby hanya belum sadar jika telah meletakkan dirinya ke dalam genggaman seorang monster!'

 

Komen (16)
goodnovel comment avatar
sahuddin sahut
koin bonus nya kecil sekali
goodnovel comment avatar
Arjun Junaedi
bagus banget.. berasa ke dunia pangeran dan putri
goodnovel comment avatar
Maya Al-arsyad
oohhh astaga thor karya2 mu luar biasa...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status