Semua pekerja istal ikut berkumpul di beranda samping rumah utama mengelilingi meja besar di area dapur kekuasaan Carolina. Jadi jangan heran jika juru masak bertubuh subur itu jadi yang paling jumawa jika ada yang berani melanggar aturannya.
Carolina sudah menyiapkan bebagai menu masakan dan seperti biasa para pria-pria tua itu selalu rakus.
"Kemari, Jared. Sudah kuambilkan sup untukmu."
"Karena dia masih muda dan tampan jadi kau paling memanjakannya?"
"Diam kau, Kakek Tua! " Carolina tidak menghiraukan dia tetap menarik lengan Jared yang kebetulan terakhir tiba.
Anelies sudah ikut duduk di tengah meja makan bersama mereka semua dan ikut menertawakan entah lelucon apa karena Jared memang sudah tertinggal. Anelies menoleh padanya dan tersenyum.
"Ingat anak muda jangan coba menggoda nona kami, cukup Carolina saja. "
Carolina langsung memukul punggung sepupunya itu dengan spatula. Selain sepupunya, paman Carolina dulu juga bekerj
JANGAN LUPA TINGGALKAN VOTE UNTUK MENDUKUNG CERITA INI
Salju mulai menebal di pertengahan Desember dan sampai puncaknya di bulan Januari. Padang rumput yang luas sudah sempurna diselimuti salju. Meskipun para kuda termasuk hewan yang paling tahan terhadap cuaca dingin, tapi biasanya justru para pekerja yang semakin enggan membawa kuda keluar istal. Cuma Jared yang terlihat tetap tidak keberatan untuk berkeliaran di cuaca yang sudah semakin membeku, menurutnya kuda-kuda tersebut tidak hanya cukup di beri tumpukan jerami kering, mereka perlu bergerak utuk terus bugar dan mempertahankan panas tubuhnya. Mateo memperhatikan Jared yang sudah beraktifitas sejak pagi, seolah sama sekali tidak mengenal rasa dingin meskipun napasnya terlihat berkabut. "Kubuatkan minuman panas untukmu!" Mateo mengangkat segelas coklat panas utuk dia tunjukkan pada
Anelies sangat pandai dalam urusan menyusup keluar rumah tanpa pernah ketahuan. Biasanya Jared akan menunggu dengan kuda tak jauh dari rumah utama untuk menjemput gadis muda itu dan Jared akan kembali mengantarkan Anelies pulang sebelum pagi. Sudah lewat satu bulan mereka berbuat seperti itu dan bibi Carolina pun tidak menaruh curiga sama sekali jika nona mudanya sering pergi ke pondok seorang Laki-laki. Sudah larut malam ketika Mateo baru ingat jika persediaan kayu bakarnya habis, padahal tadi siang dia sudah berpikir untuk mengambil kayu bakar dari pondok Jared. Mateo melihat kayu yang kemarin dia belahkan untuk pemuda itu masih cukup banyak karena sepertinya Jared jarang menghidupkan perapian di sepanjang musim dingin. Biasanya Jared memang hanya menghidupkan perapian jika sedang ada Anelies di pondoknya. Malam ini tidak turun bada
Malam hari di musim semi adalah waktu paling menyenangkan untuk saling berkumpul karena suhu udara yang sudah mulai hangat dan tidak terlalu kering, angin berhembus ringan sepanjang malam dengan jumlah oksigen lebih melimpah setelah musim dingin yang menyesakkan. Semua orang ikut duduk mengitari meja besar di beranda rumah utama, mereka menikmati berbagai hidangan yang dimasak spesial oleh Carolina. Putri pertama Mr. Clark berdiri di ujung meja untuk menyampaikan terimakasih kepada semua pekerja istal yang ikut hadir malam itu dan mengucapkan selamat ulang tahun untuk adik perempuannya Anelies. Anelies balas tersenyum ke pada semua orang dan ikut berterimakasih. Anelies hanya tidak terlalu berani menatap Jared yang duduk tak bergeming meskipun dia ikut bertepuk tangan seperti yang lain. Jadi awal musim semi ini ternyata usia Anelies baru genap enam belas tahun. Anelies memang terlihat l
Hari sudah menjelang sore, sudah saatnya Jared memasukkan semua kuda ke dalam istal. Pemuda itu baru melompat turun dari punggung kuda ketika Anelies menghampirinya. Sepertinya gadis itu sudah menunggunya dari tadi dan sedang menatapnya dengan cemas. "Maafkan aku." "Kau bohong padaku, Ane!" Sebenarnya Jared tidak ingin sepenuhnya menyalahkan Anelies, tapi hubungan mereka benar-benar tidak aman. Anelies masih di bawah umur, Jared bisa terlibat masalah hukum jika sampai ada yang tahu sudah sejauh apa hubungan mereka selama ini. "Kita harus menghentikan semua ini!" tegas Jared sambil mengikat tali kudanya ke pagar. "Aku tidak mau berpisah denganmu!" Anelies coba bersikeras.
Hari masih agak petang dan karena pondok Jared terletak paling jauh jadi dia baru menyadari keributan itu setelah ia mendengar suara sirine mobil polisi dan ambulan di halaman rumah utama.Jared langsung berlari tanpa sempat mengambil kuda di istal. Semua orang sudah bangun lebih dulu sejak mendengar teriakan Mara dan sekarang rumah utama semakin ramai dengan beberapa petugas berseragam yang memasang garis polisi."Apa yang terjadi?" napas Jared masih tersengal setelah berlari.Jared menepuk punggung Mateo yang berdiri di dekat anak tangga tapi sepertinya pria tua itu sedang tidak bisa bicara, tangannya gugup bergetar dan pucat. Tanpa membuang waktu Jared langsung menerobos masuk meskipun seorang petugas kepolisian sempat melarangnya.
Satu minggu setelah kepergian Anelies rasanya Mara masih tidak percaya jika adik perempuannya itu sudah tidak ada. Anelies dimakamkan di samping makam ibunya. Hampir setiap sore Mara pergi ke makam untuk berdoa semoga Anelies bahagia bertemu ibu mereka di surga. Anelies masih terlalu muda, rasanya memang tidak layak untuk pergi lebih dulu dari mereka semua. Tapi Mara yakin jika Tuhan pasti tahu seberat apa beban yang harus ditanggung gadis muda itu dan akan memaafkan. Suasana duka masih menyelimuti keluarga Clark, di tambah dengan keberadaan Veronika yang membuat Mara semakin tidak tahan berada di rumah. Ayahnya sudah tidak seperti dulu lagi sejak dia menikahi sahabat Mara sendiri. Padahal dalam situasi seperti ini siapa pun pasti sedang butuh orang terdekat untuk bersamanya, tapi keberadaan Veronika benar-benar sudah merenggangkan hubungan di antara mereka. Jika selama ini Mara masih m
"Lepas semuanya!" perintah petugas kepolosian yang baru saja membawa Jared ke dalam ruang pemeriksaan. Bukan cuma pakaian yang melekat di tubuh, tapi Jared juga harus melepas semua aksesoris yang dia pakai termasuk jam tangan dan satu-satunya cincin pemberian ibunya. Jared meletakkan semua barang yang baru dia lucuti ke atas meja metal persegi empat di depannya sementara beberapa petugas terus mengawasi. Status Jared yang semula hanya sebagai saksi nampaknya akan benar-benar segera ditetapkan sebagai tersangka jika benar alat bukti yang baru diserahkan keluarga Clark dapat dibuktikan. Jared sudah melepas seluruh pakaiannya dan merentangkan tangan untuk lanjut diperiksa. Jared hanya berdiri patuh mengabaikan ketelanjangan tubuhnya. Sebenarnya Jared juga tidak nyama meskipun semua yang berada di ruangan tersebut adalah laki-laki.
Seperti biasa Mara akan selalu bangun paling pagi sebelum yang lainnya tapi kali ini sepertinya dia terbangun karena mendengarkan suara seruling yang sedang di mainkan Mato Bizil. Keheningan pagi membuat irama dari seruling tradisional suku Indian itu terdengar jernih dan sempat membuat Mara merinding meskipun biasanya dia menyukainya. Mara diam sebentar untuk memperhatikan gelang penangkap mimpi yang tergantung di kepala ranjang kemudian meraihnya sebentar. Dia mengambil benda itu dan berniat untuk memindahkannya ke jendela karena bulu-bulunya akan lebih terlihat indah jika tertiup angin. Mara turun dari ranjang dan segera berjalan menghampiri jendela dengan langkah kaki telanjang. Semuanya masih hening dan sunyi, suara dari seruling Mato terdengar mendayu pilu seperti kesedihan nan dalam. Mara sangat terkejut karena begitu dia mendo