"Mateo benda apa ini?" teriak Gerik yang baru masuk ke bilik istal untuk mengambil pakan ternak dan malah menemukan bra wanita yang tersangkut di antara tumpukan karung.
"Aku tidak tahu!"
Mateo dan felix juga kaget melihat bra berwarna merah muda yang ditenteng keluar oleh Gerik.
"Cuma nona Clark yang tadi kulihat keluar dari istal," kata Mateo dengan wajah tak berdosanya.
"Di mana Jared?" Gerik langsung curiga.
"Tadi dia membantuku memandikan kuda kemudian juga pergi ---" belum sampai Mateo menyebutkan 'istal' Gerik sudah lebih dulu memenggalnya
"Oh, sial sepertinya aku kalah taruhan!" umpat Gerik.
YUK JANGAN LUPA VOTE UNTUK MENDUKUNG KEMAJUAN CERITA INI . LUV U ^.^
Hari sudah mulai petang dengan hujan deras yang berangin. Mateo berlari dari istal menyeberangi halaman rumah utama. "Kenapa kau sampai basah kuyup seperti itu?" tegur Carolina begitu melihat pria tua itu berdiri di teras samping. "Mato," gugup Mateo dengan menggigil karena suhu udara yang nyaris membeku. "Mato menggali kuburan para kuda!" "Apa dia gila!" Carolina langsung melebarkan matanya sambil berkacak pinggang. "Dia menggali di tengah hujan." "Apa yang terjadi?" tanya Mara yang baru ikut keluar karena mendengar keributan di teras rumahnya. Begitu Mateo menjelaskan apa yang baru dia lihat Mara langsung mengambil payung da
Setelah mendengar semua cerita Mara mengenai Mato Bizil, Tobias kembali menekuni buku-buku tua yang kemarin dia bawa dari perpustakaan keluarga Loghan. Dugaannya semakin mengerucut kuat jika semua kejanggalan ini memang ada hubungannya dengan pemujaan pada mahluk terkutuk di masa lampau. Sesuatu yang sangat tidak masuk akal, apalagi untuk orang seperti dirinya. Tobias Harlot adalah seorang jenius, CEO untuk sebuah perusahan otomotif dan teknologi paling besar abad ini, sekarang tiba-tiba dia harus mempelajari berbagai mitos dan kepercayaan suku primitif yang tidak bisa dicerna oleh komposisi otaknya. Tobias kembali membenahi kacamata bacanya dan memijit pangkal hidungnya yang ikut nyeri akibat terlalu banyak membaca sesuatu yang juga semakin tidak bisa di nalar. Yang lebih tidak masuk akal semua ini juga erat kaitannya dengan para leluhur keluarga Loghan. Keluarga bangsawan yang tetap m
Tidur Jared kembali gelisah tapi kali ini bukan hanya karena sekedar terusik mimpi buruknya tapi sekujur tubuhnya terasa panas, sangat panas tidak seperti biasanya, tiap celah pori-porinya seperti menguap. Jared tersentak bangun oleh jeritan seorang wanita, suaranya melengking netra kelabunya melebar. "Mara," gumam pemuda itu, jantung Jared masih berdentam-dentam mencengkram permukaan seprai tempat tidurnya karena langsung teringat Mara. Wanita yang sebenarnya sudah membuatnya kesal seharian tadi. Tapi sepertinya bukan suara teriakan yang membangunkan Jared tapi suara seruling. Entah untuk apa Mato bermain seruling di tengah malam, nadanya agak tinggi melengking dan membuat telinga Jared sakit. Jared membuka jendela kamarnya dan melihat cerobong asap yang masih mengepul dari pondok
Selama ini Jared pikir panas tubuhnya hanya pengaruh dari kapsul-kapsul yang dia konsumsi untuk mengatasi trauma. Jared tidak pernah sadar jika benar-benar mengalir darah kuda jantan di dalam tubuhnya, walaupun dia hanya anak haram dan tidak pernah diakui tapi memang tidak pernah ada yang tahu pada keturunan yang mana darah tersebut akan mengalir dan kembali hidup. "Jared hentikan!" Mara kembali menjambak rambut di kepala Jared karena pemuda itu mulai berlebihan mempermainkannya. Dagu kasarnya terus ikut menyisir di antara pangkal pahan Mara yang sedang dia tekuni tanpa puas. Benar-benar perbuatan kotor yang tidak pernah Mara bayangkan bakal dia ijinkan dilakukan oleh seorang pengurus istal. Sayangnya pemuda itu bukan hanya memiliki wajah tampan dan badan kekar utuk menerkam tubuh w
Mara menyukai Tobias Harlot bukan hanya karena dia CEO, muda, tampan dan sukses, tapi Mara menyukai kedekatan pemuda itu dengan keluarganya. Karena setelah ibunya meninggal rasnya Mara sudah tidak pernah merasakan ketenangan di dalam keluarganya lagi dan sekarang ketika tinggal hidup seorang diri seperti ini Mara sangat merindukan kehangatan berada di tengah keluarga. Sesuatu yang bisa kembali membuatnya sehat dan ingin melanjutkan hidup. Sama sekali tidak seperti Jared Landon yang bahkan asal usulnya pun tidak pernah jelas. Pemuda itu juga hanya menjadikan Mara semakin bodoh karena tidak pernah bisa menolak pesona fisiknya. Sangat tidak sehat untuk dibiarkan berlarut-larut. Mara memang tidak pernah sadar jika sedikit-demi sedikit pemuda kacau dan berantakan itu hanya akan semakin membuatnya kecanduan. Tobias Harlot datang satu hari l
Hujan dan badai kembali turun menjelang tengah malam, kamar Mara masih gelap gulita. Mara meringkuk di dalam selimut untuk mencari kehangatan tanpa pernah sadar jika dirinya sedang dalam bahaya karena menyimpan seorang pria di sebelah kamarnya, di malam seperti ini, dan membuat pria yang lain terbakar hangus hingga ikut gelap mata dan otaknya. Kilat dan petir yang kembali menyambar membuat Mara yang sudah setengah terlelap ikut berjinkat. Mara menarik lagi selimutnya hingga menutup kepala dan menggosok-gosokkan telapak kaki ke betisnya yang merinding dingin meski kamarnya sudah berpenghangat. Suara derap hujan yang menimpa atap membuat Mara tidak bisa mendengar apa-apa, rasanya seperti tenggelam. Suara badai yang berpusar-pusar beberapa kali terdengar ikut membuat ranting pohon patah dan mungkin juga ada pohon yang tumbang. Cuaca seperti ini masih akan berlangsung sampai salju menutup semua permukaan tanah dan melenyapkan kehangatan dari paru-paru yang mengering. Mar
Setelah hujan dan badai semalam beberapa pohon ikut tumbang dan sebagian ambruk menghalangi jalan. Para pekerja bekerja sama menyingkirkan pohon tumbang di samping halaman rumah utama karena menghalangi pintu garasi. Mara duduk di teras bersama Tobias menikmati minuman panas yang baru dibuatkan bibi Carolina sambil melihat aktifitas pekerja di pagi hari yang masih agak berkabut dan dingin. Suara gergaji mesin yang digunakan Gerik memotong batang kayu sudah menjadi satu-satunya sumber kebisingan sejak pagi. Sementara Gerik memotong batang kayu yang lebih besar pekerja yang lain membantu dengan alat seadanya untuk memotong dahan-dahan yang mencuat dan sedang tak berdaun, ada yang memakai parang dan kampak untuk memotong dahan yang lebih kecil. "Bagaimana tidurmu semalam?" tanya Tobias setelah menyeruput minuman panasnya dan meletakkannya kembali ke meja di sebelah mereka.
Tobias terlihat membantu Mara memasukkan beberapa barang ke bagasi mobilnya. Sepertinya mereka berdua akan pergi. Para pekerja istal yang tadi pagi juga ikut menyaksikan pertengkaran Mara dan Jared juga ikut memperhatikan kepergian nonanya yang terlihat tergesa-gesa. "Sepertinya kau sudah mendapatkannya?" Felix mengangguk-angguk sendiri sambil menggosok janggutnya yang kasar. Jared cuma ikut memperhatikan mereka dari depan istal tidak berkomentar apa-apa, pemuda itu terlihat lebih fokus pada balok kayu yang sedang dia gergaji, padahal pikirannya sedang tidak bisa tenang sama sekali. Mara tidak mau membalas pesan atau teleponya bahkan nomornya langsung diblokir, sepertinya wanita itu memang benar-benar murka. "Lebih panas mana, tamparannya atau saat di atas ranjang?" nampaknya