Share

HUKUMAN DEWA KEMATIAN
HUKUMAN DEWA KEMATIAN
Author: Rcancer

Menjalankan Tugas

"Mato! To!" 

Mendengar namanya dipanggil sang atasan, anak muda itu berkerut bingung. Bukankah tugasnya sudah selesai?

Tak butuh waktu lama, ia pun menghadap. "Bapak memanggilku?" 

"Ini Kano ke mana? Disuruh nganter makanan ke rumah saya, malah sampai sekarang tidak kelihatan anaknya," sungut pria berperut buncit dengan wajah yang terlihat sangat kesal.

"Maaf, saya nggak tahu, Pak." Mato menjawab dengan wajah yang terlihat sedikit bingung.

"Ya udah, kamu aja yang ngantar ini ke rumah saya, sekalian kamu istirahat di rumah saja. Ke sininya besok sekalian."

Mato segera mengangguk. Dengan sangat terpaksa Mato menerima perintah bosnya. Biar bagaimanapun, dia tidak enak jika menolak perintah sang atasan. 

Hanya saja, hujan masih mengguyur begitu deras meski waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam ketika ia hendak melaksanakan tugas terakhirnya.

Mato pun segera mengenakan mantel untuk bersiap pergi ke rumah sang bos dan melajukan motornya dengan pelan.

Diperhatikannya jalanan sudah terlihat cukup sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang melintas meski semuanya didominasi oleh kendaraan besar.

Namun, ketika Mato melaju beberapa meter, terdapat mobil yang hendak menyalip sebuah truk dari arah berlawanan..

Karena kaget dan juga silau dengan cahaya mobil yang terpancar sangat terang, Mato langsung saja banting stir ke kiri.

Tapi naas,  Mato kehilangan keseimbangan saat itu juga.

Brak!

Kecelakaan pun tak bisa dihindari. Anak muda itu terseret motor, hingga menghantam beberapa drum yang ada di depan sebuah toko. 

Tak jauh dari tempat kejadian tersebut, ada sosok yang mengenakan pakaian serba hitam, tersenyum ke arah pemuda yang sedang meregang nyawa.

Sosok itu berdiri di seberang jalan dengan senyum penuh kepuasan.

Tak lama waktu berselang, datang dua sosok yang mengenakan pakaian yang sama persis, menghampiri sosok yang sedang tersenyum penuh dengan rasa senang. "Sepertinya kamu menjalankan tugas terakhirmu dengan baik, Jasuke," ucap salah satu dari sosok yang baru saja datang.

Pandangan mata mereka tertuju pada Mato. "Selamat, Jasuke, akhirnya kamu akan menuju ke tingkat yang lebih tinggi, mendahului kami." 

"Tentu, ini adalah saat yang aku tunggu," jawab Jasuke dengan seringai jahatnya yang sejak beberapa waktu lalu terkembang di bibirnya, "Baiklah, aku harus memastikan dulu kalau manusia itu sudah mati dan kita bisa kembali untuk memberi laporan."

Kedua rekan Jasuke pun setuju.

Mereka mendekat kepada pemuda yang sedang dilarikan ke rumah sakit. Anehnya kedatangan tiga sosok itu tidak ada satupun mata manusia yang melihatnya. Hanya sosok Mato yang tiba tiba matanya melotot begitu melihat tiga sosok tersebut. Namun tak lama kemudian mata Mato berubah perlahan menjadi terpejam.

"Selamat, Jasuke, nyawa dia sudah terlepas dari tubuhnya," ucap sang rekan.

Jasuke tersenyum senang sembari menatap arwah Mato yang menatapnya dengan penuh tanda tanya. "Sudah saatnya kamu berada di alam keabadian, pergilah kamu mengikuti cahaya itu," ucap Jasuke kepada sang arwah. Setelah arwah Mato mengangguk lalu pergi mengikuti cahaya terang, Jasuke bersama kedua rekannya segera saja menghilang.

Jasuke kembali ke dunianya, yaitu dunia para dewa. Kedatangan Jasuke disambut meriah oleh dewa dewa lainnya, terutama para dewa kematian. Ya, Jasuke adalah sosok dewa kematian yang baru saja menyelesaikan tugas terakhirnya. Saat ini Jasuke masih berada di tingkat dewa yang terbilang rendah. Setelah tugas terakhirnya ini sukses dia jalankan, Jasuke akan segera naik pangkat menjadi Dewa ditingkat yang lebih tinggi.

Itulah alasan kenapa Jasuke sangat senang saat tugas terakhirnya sukses besar. Dengan kata lain kesuksesannya adalah simbol kalau dia akan naik tingkat sebentar lagi. Maka itu rekan sesama dewa kematian yang tingkatannya sama dengan dia, menyambut kedatangan Jasuke dengan penuh keceriaan karena naik ketingkat yang lebih tinggi adalah impian semua dewa termasuk dewa pencabut nyawa.

"Jasuke, kamu disuruh menghadap Mahadewa, sekarang," ucap salah satu dewa menyampaikan pesan yang dia bawa.

"Benarkah?" tanya Jasuke memastikan pendengarnya. "Kenapa secepat ini, aku disuruh menghadap Mahadewa?"

"Aku tidak tahu. Cepatlah, kamu menemuinya, Mahadewa sudah menunggumu."

Mendengar kepastian dari si pembawa pesan, Jasukeblangsung saja bergegas pergi menuju ke tempat Mahadewa, Pimpinan dewa tertinggi dari para dewa yang ada. Sepanjang kaki melangkah, senyum Jasuke tidak surut sama sekali dari bibirnya. Pikirannya sudah membayangkan kalau dia akan berdiri sejajar bersama para dewa dengan tingkat yang lebih tinggi.

"Permisi Mahadewa, saya Jasuke, saya dengar anda memanggil saya?" ucap Jasuke begitu sampai di tempat tujuan.

"Masuklah!" terdengar suara tegas nan dingin dari arah dalam ruangan. Dengan segala rasa tenang yang dia kumpulkan, Jasuke pun membuka pintu dan memasuki ruangan tempat Mahadewa berada. Namun saat mata Jasuke melihat keadaan di dalam sana, dia dibuat tercengang. Di dalam ruangan yang luas tersebut, tidak hanya ada Mahadewa yang duduk disinggasananya, tapi sosok dewa lain yang menatapnya dengan tajam.

"Dewa kehidupan? Kenapa dia ada disini?" gumam Jasuke dengan tatapan herannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status