Home / Fantasi / HUKUMAN DEWA KEMATIAN / Penurut Dan Pembangkang

Share

Penurut Dan Pembangkang

Author: Rcancer
last update Last Updated: 2023-07-18 17:58:06

"Tidak!" pekik dua dewa pencabut nyawa secara bersamaan, begitu mereka mendengar hukuman yang harus mereka terima atas perbuatan mereka. Meski hukuman yang diterima berbeda versi, tapi dua dewa itu merasa keberatan dengan hukuman yang harus mereka jalani. Yang pasti mereka tidak menyangka akan mendapatkan hukuman yang tidak pernah mereka duga.

"Saya tidak terima, Mahadewa, ini tidak adil," protes Dewa kematian yang kedua tangannya terikat rantai. Dia menatap Mahadewa dengan segala rasa amarah yang terlihat berkobar dari bola matanya. "Kami sama-sama melakukan kesalahan, tapi kenapa hukuman kami berbeda? Harusnya kami mendapat hukuman yang sama? Karena kami melakukan kesalahan yang sama juga."

Jasuke terperangah mendengar alasan yang diutarakan rekan sesama pencabut nyawa. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Bagaimana mungkin rekannya dengan lantang, mengatakan rasa keberatannya tentang hukuman yang berbeda.

"Sudah pasti, hukuman kalian akan berbeda, karena kesalahan kalian juga sangat jelas perbedaannya," balas Mahadewa dengan segala ketegasan yang dia miliki. Mahadewa sendiri tidak menyangka ada dewa yang bisa melayangkan protes kepadanya dengan suara yang sangat lantang. Mahadewa melihat ada sorotan iblis dalam mata sosok tersangka, membuat Mahadewa cukup merasa takjub.

"Bukankah kesalahan yang kamu lakukan karena sebuah kesengajaan? Lalu, dimana persamaannya?" ucap Mahadewa lagi. "Cermati baik baik, dia melakukan kesalahan karena tidak sengaja dan sedikit teledor, sedangkan kamu dengan sangat sengaja menukar cacatan manusia hanya karena rasa iri yang tertanam dalam diri kamu. Apa kamu lupa, itu sama saja kamu belum memiliki hati suci karena masih memiliki sifat iri."

"Tapi Mahadewa, saya tidak terima jika hukuman saya lebih berat dari dia, saya tidak terima!" bentak tersangka semakin lantang sampai membuat Dewa kehidupan yang ada di sana tidak mampu membendung rasa kesalnya, hingga dia mengeluarkan sebuah kekuatan yang mampu menghempaskan tubuh tersangka, sampai terhempas membentur tembok.

"Akhh!" teriak tersangka dengan suara yang sangat keras.

"Kamu masih tidak menyadari, apa kesalahan kamu, Hah!" bentak Dewa kehidupan dengan lantang. Kedua tangannya terkepal. Kalau bukan karena Mahadewa yang menahannya, Dewa kehidupan ingin kembali memberi si tersangka sebuah pelajaran yang lebih seram lagi.

Dewa kematian yang baru saja terhempas tubuhnya hanya bisa terduduk sembari menahan rasa sakit. Matanya menatap penuh rasa benci kepada tiga dewa yang ada dihadapannya terutama dewa kematian yang tingkatannya sama dengan dia.

"Maaf, Mahadewa, lalu kenapa saya malah dihukum menjadi manusia? Bagaimana mungkin saya akan mampu menjalaninya, Mahadewa?" ucap Jasuke dengan segala rasa bersalah yang mendera dalam benaknya. Tentu saja dia juga sebenarnya sangat menolak mendapat hukuman seperti itu.

"Ini hukuman paling ringan buat kamu," jawab Mahadewa yang masih duduk dengan gagah diatas singggasananya." Jasuke terdiam, tapi tidak bisa dipungkiri kalau dia penasaran dengan ucapan yang baru saja terlontar dari mulut Mahadewa.

"Manusia itu memiliki dua adik yang masih kecil bersama Kakek dan Neneknya. Bayangkan saja, bagaimana susahnya kehidupan mereka akibat perbuatan kamu yang salah mencabut nyawa. Maka itu, untuk sementara waktu kamu akan saya hukum menggantikan tugas manusia yang kamu cabut nyawanya," sambung Mahadewa. Jasuke mengerti. Meski dia ingin melayangkan protes dengan hukuman yang dia terima, tapi Jasuke tahu, hal itu tidak akan berpengaruh sama sekali.

"Ini tidak adil, Mahadewa, ini tidak adil!" teriakan tersangka kembali menggema dengan sangat lantang. Dia semakin tidak terima begitu mendengar hukuman yang diberikan kepada Bon. "Bagaimana bisa dia mendapat hukuman seringan itu? Harusnya dia dihukum sama beratnya seperti saya!"

"Penjaga!" teriak dewa kehidupan dengan lantang, hingga tidak membutuhkan waktu yang lama dua dewa penjaga datang. "Bawa Dewa tak tahu diri itu dan lemparkan dia ke lembah paling bawah tempat hukuman bagi para pendosa!"

"Apa! Tidak, tidak, Tidak!" teriak tersangka yang terus memberontak saat tubuhnya diseret oleh dua dewa penjaga.

Jasuke kembali terduduk lesu. Impiannya seketika pupus hanya karena kesalahan yang tidak sengaja dia lakukan. Ada rasa marah dalam benak Jasuke kepada rekannya yang tadi diseret keluar. Namun Jasuke juga marah pada diri sendiri atas kelalaian yang dia lakukan hanya karena rasa bahagia yang berlebihan.

Di saat itu juga, Mahadewa menepuk tangannya beberapa kali sebagai tanda kalau dia sedang memanggil dewa lainnya. Tak lama kemudian munculah Dewi kecantikan dengan tangan yang membawa nampan berisi gelas ukuran kecil, sekitar seratus mili liter berisi air berwarna putih dan juga sebuah benda berbentuk lingkaran seperti cincin.

"Minumlah air itu," titah Mahadewa begitu Dewi kecantikan meletakan nampan tepat di atas meja yang ada di bagian sisi kanan Jasuke. Dewa kematian itu dengan patuh melakukan perintah tersebut. "Dan simpan baik baik cincinnya."

"Ini untuk apa, Mahadewa? dan apa fungsi air yang saya minum tadi?" tanya Jasuke dengan segala rasa penasaran yang kembali bersarang.

"Itu adalah air kehidupan, air itu akan berubah menjadi benih dalam tubuhmu. Buanglah benih itu kepada wanita yang sangat membutuhkan," ucap Mahadewa begitu jelas dan tenang.

"Membuang benih kepada wanita yang membutuhkan? Maksud Mahadewa? Saya tidak mengerti?" tanya Jasuke lagi.

Senyum Mahadewa sontak terkembang. "Dalam istilah manusia, hal itu dinamakan dengan nafkah batin. Apa kamu juga tidak tahu, apa itu nafkah batin?" ucap Mahadewa lagi.

Jasuke sontak menggeleng. "Saya tidak tahu, Mahadewa," jawabnya.

Mahadewa kembali tersenyum melihat ekpresi polos dari wajah Dewa kematian di hadapannya. "Nafkah batin adalah salah satu cara makhluk hidup menyalurkan rasa cintanya dan upaya untuk melahirkan keturunan dalam hubungan cinta tersebut. Namun ada kalanya, nafkah batin juga disalah gunakan oleh manusia yang hanya mementingkan hasrat saja. Maka itu Buanglah benih kamu itu kepada para manusia berjenis wanita yang memang sangat membutuhkannya."

Jasuke mengangguk. Meski dia belum mengerti sepenuhnya dengan penjelasan tersebut, dia tetap mengangguk sebagai tanda kalau dia sedikit paham dengan apa yang dikatakan oleh Mahadewa. "Lalu, apa fungsi dari cincin ini, Mahadewa?"

"Cincin itu akan menjadi tanda. Kamu lihat, pada cincin itu ada sembilan warna yang berbeda, Satu persatu warna itu akan berubah menjadi warna emas, setiap kamu berhasil memberi nafkah batin kepada manusia. Jika semua warna sudah berubah menjadi satu warna, berarti itu pertanda baik, kamu sudah menyelesaikan hukuman yang kamu jalani."

Jasuke menganggukan kepalanya beberapa kali. "Saya mengerti, Mahadewa. Baiklah, saya terima hukuman ini dan akan menjalankannya dengan sebaik baiknya," ucap Jasuke pada akhirnya. Dia memang tidak memiliki pilihan lain lagi selain menerima hukuman tersebut.

Di saat bersamaan, tiba tiba datang seorang Dewa penjaga denga raut wajah yang terlihat cukup panik. Tentu saja kedatangan Dewa penjaga itu langsung mengalihkan pandangan tiga Dewa yang ada di sana.

"Ampun Mahadewa, maafkan saya. Dewa kematian yang akan menjalani hukuman, telah melarikan diri ke dunia manusia."

"Apa! Bigaimana bisa dia kabur!" Mahadewa berteriak dengan suara yang begitu lantang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • HUKUMAN DEWA KEMATIAN   Akhir Dari Perjuangan

    Setelah terjadi percakapan yang cukup panjang dengan kedua rekan dewanya, saat ini Jasuke memilih duduk menyendiri, merenungi semua nasehat yang menghampiri dirinya. Saran dan nasehat dari dua dewa berwajah kembar, cukup membantunya untuk merenung agar Jasuke bisa mengambil pilihan yang tepat.Jasuke duduk termenung sembari menatap langit. Pikirannya menerawang pada semua hal yang telah dia lalui. Jasuke membandingkan dirinya sendiri, kala dirinya masih bertugas menjadi dewa dengan saat dia menjalani kehidupan layaknya manusia.Cukup lama sosok dewa itu merenung di halaman rumahnya. Bahkan dia merasa bosan kala jalan pikirannya terasa buntu karena sama sekali tidak menemukan solusi yang tepat menurutnya. Jasuke pun kembali berpikir untuk mengalihkan dilema yang bergelayut dalam benaknya."Apa sebaiknya aku pergi ke rumah Lavena saja ya?" gumamnya kala teringat satu nama wanita yang akan menjadi tempat terakhir Jasuke untuk menanam benih. "Benar, sebaiknya aku ke sana. Mungkin saja

  • HUKUMAN DEWA KEMATIAN   Jasuke Dilema

    Dick terduduk dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya menatap nanar ke arah cahaya merah yang mengandung kekuatan besar, yang baru saja dia miliki. Dick tidak menyangka, kekuatan yang sangat dia harapkan, hanya sekejap bersarang pada tubuhnya. Marah dan menyesal kini berbaur dalam benak sosok dewa itu. Dick menyesal bukan karena kesalahannya yang telah berbuat curang kepada rekan sesama dewa, tapi Dick menyesal, karena dia memilih terlebih dahulu datang ke markas naga merah demi menguasai kelompok tersebut.Dick berandai-andai, jika dia memilih untuk langsung menyerang dunia para dewa, mungkin nasibnya tidak seburuk ini. Dick masih memiliki kesempatan besar untuk membalaskan dendamnya. Bahkan, bisa saja dia berhasil mewujudkan keinginannya itu berkat kekuatan besar yang dia miliki.Namun sayang, harapan tinggal harapan. Dick sudah tidak bisa berkutik lagi karena saat ini dia sudah tidak berdaya sama sekali. Dick bahkan merasa kekuatan lain yang dia miliki juga ikutan lenyap bersam

  • HUKUMAN DEWA KEMATIAN   Pertarungan Terakhir

    "Apa yang terjadi? Kenapa ruangan menjadi gelap begini?" tanya Nano disela-sela dirinya sedang mencari keberadaan Mato. Sosok dewa itu nampak terkejut dengan perubahan keadaan yang berlangsung mendadak di depan matanya. Ruangan yang tadinya nampak cerah karena cahaya matahari yang menembus dari atap kaca, tiba-tiba menjadi gelap dengan keadaan langit yang sangat mendung. Perubahan cuaca secara signifikan tersebut tentu saja membuat dua dewa yang ada dalam satu ruangan merasa heran."Apa mungkin, ini pengaruah dari kekuatan jahat yang ada dalam tubuh Dick?" tanya Zano menyimpulkan segala yang dia pikirkan sejak perubahan susana itu terjadi."Wah, bisa jadi itu! Jangan-jangan saat ini, Dick sedang mengeluarkan kekuatannya?" Nano mendadak panik kala mengungkapkan dugaannya yang tidak sengaja terbesit dalam pikirannya. "Bagaimana ini? Kita lanjutkan mencari Mato apa membantu Jasuke terlebih dahulu?"Zano menggeleng. "Aku tidak tahu. Saat ini keduanya sangat penting," jawabnya. Nano pun

  • HUKUMAN DEWA KEMATIAN   Pertarungan

    Jasuke menyeringai. Sosok dewa itu sama sekali tidak merasa gentar kala matanya menangkap sosok Dick, yang penampilannya jelas sangat berbeda. Bahkan dalam benak Jasuke, dia sudah tidak sabar untuk menaklukan dewa yang dia buru, sejak beberapa waktu yang lalu.Sebenarnya Jasuke bukan baru datang ke tempat itu. Dia sudah sejak beberapa waktu yang lalu, sampai di markas Naga merah. Jasuke dan dua dewa berwajah kembar memilih fokus mencari keberadaan Mato, yang kemungkinan berada di salah satu ruangan, setelah tadi mereka mendapat surat ancaman.Namun, kala mereka memasuki ruang utama markas tersebut, Jasuke dikejutkan dengan suara perdebatan. Jasuke pun penasaran dengan apa yang terjadi di sana. Dia dan dewa berwajah kembar, memilih mendekat ke ruang yang nampak ramai dengan persebut. Namun Betapa terkejutnya Jasuke kala dia mengetahui, siapa yang sedang berdebat di sana.Jasuke sempat terperangah melihat keadaan Dick yang jauh berbeda. Bahkan, dari penampilannya saja, Jasuke sudah me

  • HUKUMAN DEWA KEMATIAN   Menyerang Markas Naga Merah

    Empat sosok dewa masih berbincang sampai detik ini. Mereka membahas sesuatu yang menurut mereka penting sangat penting.Mereka berbagi pendapat dalam persiapan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi jika sosok dewa yang menjadi buruan mereka, datang dan mengusik ketenangan dunia dewa.Pyar!Tiba-tiba sebuah suara keras, terdengar dari arah halaman depan rumah. Keempat dewa tentu saja kaget mendengar suara tersebut. Tanpa pikir panjang salah satu dari mereka, bangkit dan beranjak keluar untuk mengecek keadaan."Apa ini?" gumam salah satu sosok dewa sembari memungut sesuatu yang tergeletak di atas rumput. Di sana, sosok dewa itu juga menyaksikan salah satu tempat tanaman hias yang terbuat dari tanah liat, nampak pecah dan tanahnya berserakan.Setelah memungut sesuatu yang dia temukan, Sosok dewa itu kembali beranjak masuk untuk menunjukan benda yang dia bawa. "Apa yang pecah, Zano?" tanya Nano begitu melihat Zano menghambiri ketiga dewa lainnya."Tempat tanaman yang ada di at

  • HUKUMAN DEWA KEMATIAN   Kedatangan Mahadewa

    "Orang rumah pada kemana? Kok sepi?" Jasuke nampak terkejut begitu dirinya sudah sampai di kediamannya dan rumah terlihat sepi.Mata Jasuke mengedar ke segala penjuru ruangan, tapi hanya hening yang dia dapatkan. Jasuke pun berteriak memanggil dua nama dewa. Sekian detik dia berteriak, sama sekali tidak ada sahutan."Apa mereka sedang pergi?" gumam Jasuke sembari mendaratkan pantatnya di atas sofa. Dia merogoh kantung jubah yang dia kenakan dan mengeluarkan ponsel miliknya. "Astaga! Ponselnya mati," keluhnya baru sadar. Entah ponsel miliknya mati sejak kapan, Jasuke sama sekali tidak mengetahuinya. Namun bukannya segera menambah daya, Jasuke malah meletakan ponsel tersebut di atas meja dan dia merebahkan tubuhnya."Mungkin mereka sedang pergi, biarin aja lah," Jasuke kembali bergumam dan dia memilih bengong di sana. Namun, tak lama setelah itu, Jasuke malah dkejutkan dengan kedatangan sosok yang dia kenal secara tiba-tiba dan sudah berdiri di hadapannya."Mahedewa!" pekiknya. Jasuke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status