Share

Penurut Dan Pembangkang

"Tidak!" pekik dua dewa pencabut nyawa secara bersamaan, begitu mereka mendengar hukuman yang harus mereka terima atas perbuatan mereka. Meski hukuman yang diterima berbeda versi, tapi dua dewa itu merasa keberatan dengan hukuman yang harus mereka jalani. Yang pasti mereka tidak menyangka akan mendapatkan hukuman yang tidak pernah mereka duga.

"Saya tidak terima, Mahadewa, ini tidak adil," protes Dewa kematian yang kedua tangannya terikat rantai. Dia menatap Mahadewa dengan segala rasa amarah yang terlihat berkobar dari bola matanya. "Kami sama-sama melakukan kesalahan, tapi kenapa hukuman kami berbeda? Harusnya kami mendapat hukuman yang sama? Karena kami melakukan kesalahan yang sama juga."

Jasuke terperangah mendengar alasan yang diutarakan rekan sesama pencabut nyawa. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Bagaimana mungkin rekannya dengan lantang, mengatakan rasa keberatannya tentang hukuman yang berbeda.

"Sudah pasti, hukuman kalian akan berbeda, karena kesalahan kalian juga sangat jelas perbedaannya," balas Mahadewa dengan segala ketegasan yang dia miliki. Mahadewa sendiri tidak menyangka ada dewa yang bisa melayangkan protes kepadanya dengan suara yang sangat lantang. Mahadewa melihat ada sorotan iblis dalam mata sosok tersangka, membuat Mahadewa cukup merasa takjub.

"Bukankah kesalahan yang kamu lakukan karena sebuah kesengajaan? Lalu, dimana persamaannya?" ucap Mahadewa lagi. "Cermati baik baik, dia melakukan kesalahan karena tidak sengaja dan sedikit teledor, sedangkan kamu dengan sangat sengaja menukar cacatan manusia hanya karena rasa iri yang tertanam dalam diri kamu. Apa kamu lupa, itu sama saja kamu belum memiliki hati suci karena masih memiliki sifat iri."

"Tapi Mahadewa, saya tidak terima jika hukuman saya lebih berat dari dia, saya tidak terima!" bentak tersangka semakin lantang sampai membuat Dewa kehidupan yang ada di sana tidak mampu membendung rasa kesalnya, hingga dia mengeluarkan sebuah kekuatan yang mampu menghempaskan tubuh tersangka, sampai terhempas membentur tembok.

"Akhh!" teriak tersangka dengan suara yang sangat keras.

"Kamu masih tidak menyadari, apa kesalahan kamu, Hah!" bentak Dewa kehidupan dengan lantang. Kedua tangannya terkepal. Kalau bukan karena Mahadewa yang menahannya, Dewa kehidupan ingin kembali memberi si tersangka sebuah pelajaran yang lebih seram lagi.

Dewa kematian yang baru saja terhempas tubuhnya hanya bisa terduduk sembari menahan rasa sakit. Matanya menatap penuh rasa benci kepada tiga dewa yang ada dihadapannya terutama dewa kematian yang tingkatannya sama dengan dia.

"Maaf, Mahadewa, lalu kenapa saya malah dihukum menjadi manusia? Bagaimana mungkin saya akan mampu menjalaninya, Mahadewa?" ucap Jasuke dengan segala rasa bersalah yang mendera dalam benaknya. Tentu saja dia juga sebenarnya sangat menolak mendapat hukuman seperti itu.

"Ini hukuman paling ringan buat kamu," jawab Mahadewa yang masih duduk dengan gagah diatas singggasananya." Jasuke terdiam, tapi tidak bisa dipungkiri kalau dia penasaran dengan ucapan yang baru saja terlontar dari mulut Mahadewa.

"Manusia itu memiliki dua adik yang masih kecil bersama Kakek dan Neneknya. Bayangkan saja, bagaimana susahnya kehidupan mereka akibat perbuatan kamu yang salah mencabut nyawa. Maka itu, untuk sementara waktu kamu akan saya hukum menggantikan tugas manusia yang kamu cabut nyawanya," sambung Mahadewa. Jasuke mengerti. Meski dia ingin melayangkan protes dengan hukuman yang dia terima, tapi Jasuke tahu, hal itu tidak akan berpengaruh sama sekali.

"Ini tidak adil, Mahadewa, ini tidak adil!" teriakan tersangka kembali menggema dengan sangat lantang. Dia semakin tidak terima begitu mendengar hukuman yang diberikan kepada Bon. "Bagaimana bisa dia mendapat hukuman seringan itu? Harusnya dia dihukum sama beratnya seperti saya!"

"Penjaga!" teriak dewa kehidupan dengan lantang, hingga tidak membutuhkan waktu yang lama dua dewa penjaga datang. "Bawa Dewa tak tahu diri itu dan lemparkan dia ke lembah paling bawah tempat hukuman bagi para pendosa!"

"Apa! Tidak, tidak, Tidak!" teriak tersangka yang terus memberontak saat tubuhnya diseret oleh dua dewa penjaga.

Jasuke kembali terduduk lesu. Impiannya seketika pupus hanya karena kesalahan yang tidak sengaja dia lakukan. Ada rasa marah dalam benak Jasuke kepada rekannya yang tadi diseret keluar. Namun Jasuke juga marah pada diri sendiri atas kelalaian yang dia lakukan hanya karena rasa bahagia yang berlebihan.

Di saat itu juga, Mahadewa menepuk tangannya beberapa kali sebagai tanda kalau dia sedang memanggil dewa lainnya. Tak lama kemudian munculah Dewi kecantikan dengan tangan yang membawa nampan berisi gelas ukuran kecil, sekitar seratus mili liter berisi air berwarna putih dan juga sebuah benda berbentuk lingkaran seperti cincin.

"Minumlah air itu," titah Mahadewa begitu Dewi kecantikan meletakan nampan tepat di atas meja yang ada di bagian sisi kanan Jasuke. Dewa kematian itu dengan patuh melakukan perintah tersebut. "Dan simpan baik baik cincinnya."

"Ini untuk apa, Mahadewa? dan apa fungsi air yang saya minum tadi?" tanya Jasuke dengan segala rasa penasaran yang kembali bersarang.

"Itu adalah air kehidupan, air itu akan berubah menjadi benih dalam tubuhmu. Buanglah benih itu kepada wanita yang sangat membutuhkan," ucap Mahadewa begitu jelas dan tenang.

"Membuang benih kepada wanita yang membutuhkan? Maksud Mahadewa? Saya tidak mengerti?" tanya Jasuke lagi.

Senyum Mahadewa sontak terkembang. "Dalam istilah manusia, hal itu dinamakan dengan nafkah batin. Apa kamu juga tidak tahu, apa itu nafkah batin?" ucap Mahadewa lagi.

Jasuke sontak menggeleng. "Saya tidak tahu, Mahadewa," jawabnya.

Mahadewa kembali tersenyum melihat ekpresi polos dari wajah Dewa kematian di hadapannya. "Nafkah batin adalah salah satu cara makhluk hidup menyalurkan rasa cintanya dan upaya untuk melahirkan keturunan dalam hubungan cinta tersebut. Namun ada kalanya, nafkah batin juga disalah gunakan oleh manusia yang hanya mementingkan hasrat saja. Maka itu Buanglah benih kamu itu kepada para manusia berjenis wanita yang memang sangat membutuhkannya."

Jasuke mengangguk. Meski dia belum mengerti sepenuhnya dengan penjelasan tersebut, dia tetap mengangguk sebagai tanda kalau dia sedikit paham dengan apa yang dikatakan oleh Mahadewa. "Lalu, apa fungsi dari cincin ini, Mahadewa?"

"Cincin itu akan menjadi tanda. Kamu lihat, pada cincin itu ada sembilan warna yang berbeda, Satu persatu warna itu akan berubah menjadi warna emas, setiap kamu berhasil memberi nafkah batin kepada manusia. Jika semua warna sudah berubah menjadi satu warna, berarti itu pertanda baik, kamu sudah menyelesaikan hukuman yang kamu jalani."

Jasuke menganggukan kepalanya beberapa kali. "Saya mengerti, Mahadewa. Baiklah, saya terima hukuman ini dan akan menjalankannya dengan sebaik baiknya," ucap Jasuke pada akhirnya. Dia memang tidak memiliki pilihan lain lagi selain menerima hukuman tersebut.

Di saat bersamaan, tiba tiba datang seorang Dewa penjaga denga raut wajah yang terlihat cukup panik. Tentu saja kedatangan Dewa penjaga itu langsung mengalihkan pandangan tiga Dewa yang ada di sana.

"Ampun Mahadewa, maafkan saya. Dewa kematian yang akan menjalani hukuman, telah melarikan diri ke dunia manusia."

"Apa! Bigaimana bisa dia kabur!" Mahadewa berteriak dengan suara yang begitu lantang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status