Share

Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku
Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku
Author: Sarye

Setelah sepuluh tahun

Author: Sarye
last update Last Updated: 2022-07-23 16:20:42

"Hai, kamu Arsila bukan?" Tanya lelaki bertubuh kekar dan tampan itu padaku saat aku sedang memilih buku di sebuah toko di pusat perbelanjaan.

"Hem … kamu siapa? Tanyaku balik karena sama sekali aku tak mengenali lelaki itu.

Dia hanya tersenyum manis padaku saat aku balik bertanya padanya, membuat aku jadi salah tingkah.

"Kenapa senyum gitu? Emang ada yang lucu," ucapku sambil merapikan pashmina yang kukenakan.

"Kamu makin cantik saja sekarang?"

"Maaf ya Mas! Jika tidak ada kepentingan sebaiknya jangan ganggu saya, permisi."

Aku berlalu meninggalkan lelaki yang masih berdiri di hadapanku, aneh sekali tiba-tiba ada lelaki yang menyebut namaku tanpa menyebutkan namanya.

Aku masih sibuk mencari buku bacaan yang akan kubaca di akhir pekan, seperti biasa jika libur kerja aku selalu menghabiskan waktu di dalam kamar seharian itu sudah menjadi kebiasaanku.

Sejak Mas Arka meninggalkanku dan menikahi perempuan bernama Maura wanita pilihan orang tuanya sepuluh tahun yang lalu sejak itulah aku selalu mengurung diri.

Entah kenapa meski sudah sepuluh tahun berlalu aku belum bisa melupakan Mas Arka mungkin karena terlalu cinta atau entahlah, akupun tidak tahu jawabannya.

Lelaki yang tadi menyapaku kembali datang dihadapanku kali ini ia mengulurkan tangannya sambil menanyakan kabar Ibuku, sontak membuatku kaget.

"Cila bagaimana kabarmu dan Ibumu, sudah lama aku tidak bertemu dengannya," ucap lelaki itu.

"Sebenarnya kamu ini siapa? Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Cila?" Tanyaku dengan mata membulat.

"Apakah kau lupa denganku? Aku hanya ingin meminta maaf padamu saja atas kesalahanku dimasa lalu."

"Maksudmu apa?"

"Aku Arka Wijaya, lelaki yang pernah menyakitimu Cila, maafkan aku, kedatanganku kesini hanya ingin meminta maaf padamu."

"Sebenarnya aku mau datang langsung ke rumahmu tapi aku takut untuk menemuimu. Kebetulan tadi aku melihatmu disini dan kuberanikan diri untuk menyapamu tapi ternyata kau sudah tak mengenaliku lagi."

"Mas Arka! Kamu beneran Mas Arka," ucapku dengan mata yang mulai berembun."

Rasa tak percaya setelah sepuluh tahun lamanya dan sekarang aku bisa melihatnya lagi meski dengan suasana yang berbeda, dia sudah menjadi suami orang lain.

"Iya Cil, ini Aku Arka, lelaki pengecut yang tak pantas untukmu, maafkan aku Cil karena aku telah menghanyakiti hatimu, aku tidak bisa menentang kehendak orang tuaku saat mereka menyuruhku menikahi Maura, sekali lagi maafkan aku."

"Sudahlah Mas, itu sudah menjadi bagian masa lalu kita sebaiknya kamu lupakan saja," ucapku meski sebenarnya aku masih sangat mencintainya.

"Oh iya kamu ngapain datang ke jakarta bukannya kalian sudah pindah ke Bandung sejak kamu menikah Mas?"

"Nanti Istri dan orang tuamu marah jika mereka tahu kalau kamu datang kesini untuk menemuiku Mas!"

"Ibuku sudah tiada satu tahun yang lalu Cil, aku kesini karena sedang ada kerjaan, ada proyek pembangunan disini."

"Aku akan lama berada di jakarta sampai pekerjaanku selesai, makanya aku sempatkan diri berkunjung kesini untuk meminta maaf padamu."

"Maukan kamu memaafkan aku? Aku mohon!" Pinta Mas Arka memelas.

"Iya Mas, aku sudah maafin kamu kok," ucapku pelan.

Rasanya masih tak percaya lelaki yang aku cintai hingga saat ini berada tepat di hadapanku, lelaki yang aku rindukan selama ini.

Hati ini rasanya berbunga-bunga saat tahu bahwa lelaki yang menyapaku adalah lelaki pujaan hati.

Bodoh sekali aku hingga tak mengenalinya lagi.

Meski wajahnya sedikit berbeda, dulu ia kurus sekali tapi sekarang tubuhnya sudah padat berisi dan makin terlihat tampan dengan kacamata hitam yang ia kenakan. Aku sampai tidak mengenalinya.

"Makasih yach karena kamu sudah mau maafin aku."

"Iya sama-sama Mas, kalau begitu aku izin karena mau pulang bentar lagi sakit," ucapku pada Mas Arka.

"Gimana kalau aku antar kamu pulang?" Tanya Mas Arka memberikan tawaran itu.

"Tidak Mas, aku bisa pulang sendiri," tolakku dengan halus karena tak ingin perasaan perasaannya.

"Kenapa? Apa kau malu jika aku mengantarmu pulang Cil?" Pertanyaan Mas Arka membuatku diam dan bingung harus menjawab apa.

Karena di satu sisi aku senang bisa bertemunya kembali setelah sekian lama meski statusnya saat ini adalah suami orang lain, tapi di satu sisi aku takut jika dilihat oleh para tetangga jika aku diantar oleh Mas Arka terutama Ibu pasti akan bertanya mengapa aku diantar pulang oleh lelaki yang saat ini sangat dibenci oleh Buku.

"Bukan begitu Mas, sekarangkan kita sudah beda Mas, tidak enak jika di lihat tetangga nanti kalau kamu antar aku pulang, apa kata mereka?" Aku berusaha memberi pengertian pada Mas Arka agar ia tak tahu.

"Aku bisa mengantarmu hingga perempatan saja dan aku tidak akan turun dari mobil, ayolah Cil! Aku mohon!" Mas Arka begitu memelas agar dia bisa mengantarkan aku pulang.

"Baiklah kalau begitu Mas, tapi janji ya Mas hanya sampai perempatan dan itu pun kamu tidak turun dari mobilmu."

"Tentu saja, ayo pulang!" Ajak Mas Arka dengan senyum mengembang begitupun denganku merasa sangat bahagia bisa berdua lagi dengannya meski hanya diantar pulang.

Aku menaiki mobil Mas Arka, mobil hitam berkilau membuat aku begitu kagum karena saat ini ia sudah sukses, benar saja sekarang sudah punya segalanya.

Itulah mengapa dulu ia di nikahan dengan wanita pilihan orang tuanya karena wanita itu anak orang kaya dan aku hanya anak seorang petani.

Wajar jika sekarang Mas Arka lebih tampan dan gagah seperti dulu saat kami pacaran.

Sepanjang jalan aku hanya diam dan tersenyum karena bahagia, ingatanku kembali ke masa lalu dimana aku dan Mas Arka sering pulang bareng, tapi dulu aku diantar sepeda motor butut milik pamannya Mas Arka beda dengan sekarang sudah punya segalanya.

Tiga Puluh menit waktu yang sama sekali, tidak terasa aku sudah sampai di rasa rasanya aku ingin turun karena masih ingin melihat mantanku.

"Sudah sampai! Silahkan turun tuan putri," ucap Mas Arka membuyarkan lamunanku.

"Iya Mas, terima kasih atas tumpangannya," ucapku sambil tersenyum.

"Iya sama-sama,"

Saat aku hendak turun dari mobil mewahnya, ia menggenggam tanganku, sontak membuatku terkejut, sentuhan yang telah lama tak pernah kurasakan.

"Sekali lagi Maafin Aku ya Cil," ucap Mas Arka sambil mencium punggung tanganku.

"Iya Mas, sama-sama," jawabku dan melepaskan genggaman tangan.

Kami pun tidak lupa untuk bertukar nomor ponsel, karena Mas Arka yang meminta nomorku duluan, tentu saja aku tidak bisa menolaknya.

***

Sampai dirumah Ibu sudah menungguku karena hari sudah mulai gelap tak seperti biasanya aku pulang terlambat, kali ini pasti ibu bertanya-tanya mengapa aku pulang terlambat.

"Kamu dari mana saja Arsila, kenapa pulang terlambat?" Tanya Ibu penuh selidik.

"Iya Bu, maaf tadi Cila kadang mencari buku makanya pulang terlambat."

"Ya sudah kalau begitu, Ibu sama bapak mau pergi ke acara pengajian di kampung sebelah kamu jaga rumah, jangan lupa di kunci."

"Baik Bu."

Aku menarik nafas panjang karena takut jika ibu marah, untungnya ibu tidak marah.

Seperti biasa jika sudah selesai sholat isya aku merebahkan diri sambil membaca novel yang sudah aku beli.

Saat aku sedang membaca Novel sambel makan kripik tempe tiba-tiba ponselku bunyi.

Wajahku memerah saat melihat notifikasi di ponsel itu

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Bertemu Nadia teman lama Arsila

    "Arsila!" "Kamu siapa? Kamu mengenalku?" Tanya Arsila yang meringis kesakitan. Karena kepala mereka terbentur satu sama lain. "Kamu lupa denganku?"Arsila berusaha mengingat seseorang yang ada di hadapannya, pikirannya jauh ke beberapa tahun silam. "Nadia! Kamu Nadia kan?" "Sekarang kamu sudah jadi dokter? Nad! Wah keren banget kamu," Arsila baru mengingat sosok wanita yang tak sengaja ia tabrak."Arsila kamu ngapain disini? Siapa yang sakit? Ibu kamu atau Ayahmu yang sakit?" Tanya Nadia dengan memegang pundak Arsila. Arsila tersenyum lalu menggelengkan kepalanya " bukan Nad! Istri Mas Arka yang sakit," Jelas Arsila. "Istri Arka mantan kamu itu? Yang sudah jelas-jelas ninggalin kamu demi perempuan kaya," ucap Nadia penuh emosi. Bagaimana tak emosi, Nadia tahu betul perjalanan cinta Arsila dan Arka hingga mereka terpaksa berpisah karena Arka harus menikahi wanita kaya pilihan orang tuanya. "Iya Nad, Maaf.""Kamu gak salah Sil! Ngapain kamu liat Istri laki-laki yang benar-benar

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Kondisi Maura pasca kecelakaan

    "Dokter kenapa diam? Katakan yang sebenarnya dok?""Istri Anda saat ini belum sadar kan diri, kepalanya sedikit kena benturan tapi kakinya patah dan untuk saat ini ia belum bisa berjalan," jelas sang dokter yang bernama Pasha."Apa dok! Istri saya lumpuh," lirih Arka sambil mengusap air matanya."Saya belum bisa memastikan, kita lihat hasil pemeriksaannya besok, permisi."Mendengar berita itu membuat Arka terduduk lemas, Arsila hanya mampu menenangkannya meski sebenarnya ia bingung harus berbuat apa. Ada rasa cemburu dalam diri Arsila melihat suaminya begitu panik dan bersedih, apakah Arka akan berbuat hal yang sama jika ia sakit."Mas! Kamu yang tenang ya, Mbak Maura pasti akan baik-baik saja," tukas Arsila sambil mengelus-elus punggung Arka dengan lembut.Arsila bisa melihat dari manik mata Arka yang begitu merasa bersalah atas kecelakaan yang menimpa Maura. "Iya, Sayang! Makasih kamu sudah mau menemani Mas buat jagain Maura, Mas hanya takut terjadi apa-apa pada Maura, bagaimanapu

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Kecelakaan

    "Maaf sebelumnya Bu, sebenarnya istri saya sedang dan sekarang dirawat di rumah sakit, sehingga saya tidak merasa tenang Bu. Tapi sebagai sopir saya harus mengantarkan Ibu." "Siapa yang menjaga istri Mamang di rumah sakit?" "Tidak ada siapa-siapa Bu, saat ini istri saya sendiri," jawab Mang Jajang sedih. "Ya sudah kalau begitu Mamang pulang saja izin berangkat sendiri, ini uang untuk biaya rumah sakit, semoga setelah saya kembali istri Mamang sudah sembuh." Ucap Maura sambil memberikan sejumlah uang kertas berwarna merah beberapa lembar pada driver yang sudah setia Anda. "Terimakasih Bu! Ibu hati-hati dijalan, jangan ngebut-ngebut ya Bu." "Saya berangkat kalian jaga rumah dengan baik," Maura mengingatkan para pembantunya yang sudah berdiri mengantarnya di depan pintu pagar. "Baik Bu, ibu hati-hati di jalan," jawab para pembantu yang berkumpul tiga orang sedang tersenyum penuh kemenangan seolah bebas dari penjara. Bagaimana tidak senang karena sebagai majikan Maura begitu mengeka

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Kehamilan Arsila dan pembantu baru

    "Selamat pagi Bu, perkenalkan saya Jum yang kemarin sudah menghubungi Ibu untuk bekerja disini," ucap Wanita yang tampak sudah sedikit menua. "Silakan masuk Bik! Mari silahkan duduk," ajak Arsila dengan ramah pada calon pembantu rumah tangganya. "Iya Bu, terimakasih sudah mengijinkan saya bekerja disini." "Sama-sama Bik. Kita langsung ke dapur saja kalau begitu Bik," Arsila langsung memberitahukan tugas apa saja yang akan dilakukan Bik Jum dan menunjukan tempat tidurnya karena bik Jum berasal dari kampung maka tidak mungkin jika ia harus pulang setiap harinya. "Semoga betah ya bik, kerja sama saya." "Iya Bu." "Ya sudah kalau begitu saya ke kamar dulu ya Bik, hari ini bibik bisa istirahat dulu karena perjalanan jauh dari kampung, Bibik bisa mulai bekerja nanti karena tak terlalu banyak yang dikerjakan bik, saya hanya berdua saja sama suami saya." "Terimakasih Bu, kalau begitu Bibi pamit untuk ke kamar sebentar dan nanti akan langsung bekerja sesuai arahan Ibu." Arsila senang kar

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Orang tak dikenal

    Mataku terbelalak saat melihat layar ponsel, ternyata nomor yang tidak aku kenal, entah siapa yang menelpon tapi sungguh Aku tak berani untuk menjawabnya. Aku mengabaikan panggilan telepon yang masuk karena tidak ingin menjawabnya. Ponselku berdering lagi tapi tetap saja ku abaikan. Tiba-tiba ada notifikasi dari aplikasi hijau. Ternyata masih dari nomor yang menelpon tadi. [Hai, apa kabarmu disana? Kuharap kamu baik-baik saja] [Aku dengar kamu sudah menikah, padahal aku berharap jika kamu akan menjadi wanitaku tapi kau sudah menjadi wanita lelaki lain] [ Sungguh Aku merasa sangat kecewa padamu] [Tapi Aku akan selalu menjagamu dari kejauhan] [Salam sayang dariku, Lelaki hatimu] Deck, hatiku merasa kaget membaca pesan dari lelaki yang sama sekali tidak aku kenal, foto profilnya pun tidak ada jadi aku tak bisa mengenalinya. Sungguh Aku penasaran dibuatnya. Ingin membalasnya tapi dalam hatiku ada keraguan, bagaimana jika itu Mas Arka yang hanya ingin mempermainkanku saja, batink

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Teman Baru

    Di Jakarta Aku tidak merasa kesepian karena sudah punya Mira teman baru ku selama Mas Arka ke Bandung, Aku menghabiskan waktu bersama Mira. Kami pergi ke salon untuk perawatan agar nanti jika suami Kami kembali akan terlihat cantik dan mempesona. Kami juga ke mall untuk berbelanja pakaian dinas malam, Aku yang tadinya tidak tahu soal baju dinas malam itu, berkat Mira jadi tahu dan membeli beberapa helai untuk ia pakai jika suamiku kembali nanti. Sepulang dari salon dan Mall, Aku langsung mencoba gaun dinas malamku yang tadi ku beli bersama Mira. di dalam kamar aku tertawa sendiri melihat tubuhku dibalut lingerie merah yang sudah kubeli. Apakah benar jika Aku mengenakan lingerie itu Mas Arka akan suka dan bergairah melihatnya. Aku mencoba semua lingeri yang sudah Aku beli dengan berbagai warna dan saat suamiku pulang nanti akan langsung di pakai. Aku sudah tak sabar ingin mengenakan lingerie itu untuk menyambut kedatangan Mas Arka malam ini karena menurut jadwal malam ini Mas Arka

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Arka bersama Maura

    Aku kesal sekali karena Mas Arka menerima telepon yang Aku tidak tahu dari siapa itu padahal ini hari libur dan Aku ingin seharian ini selalu berada di dekat suamiku. Selesai menerima telepon Mas Arka kembali duduk bersamaku, kali ini ia langsung mengecup pucuk kepalaku mungkin ia tahu jika aku merajuk. "Telepon dari siapa sih Mas! Kayaknya penting sampai terimanya harus jauh-jauh dari Aku, mencurigakan!" Gerutuku dengan wajah yang ditekuk. "Itu telepon dari Maura, Mas menjauh karena mungkin ada hal yang penting, walau bagaimanapun dia kan tetap istri Mas, tidak mungkin Mas mengabaikannya." "Mas itu tetap cinta dan sayangnya hanya sama kamu seorang," ucap Mas Arka membuatku berbunga-bunga. "Emang Maura mau apa Mas telepon kamu?" "Dia hanya bertanya kapan Mas balik ke Bandung, karena Mas harus adil sama kalian berdua." "Trus Mas jawab apa?" "Mas jawab kalau minggu depan Mas baru bisa kesana lagian kan Mas baru aja kembali kesini mana mungkin balik lagi kesana." "Mas! Nanti kala

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Pindah ke rumah baru

    "Mas! Bangun dong udah siang ni, emang mau tidur aja kamu Sayang gak mau bangun," bisikku pada Mas Arka sambil mengelus punggungnya dan mengecup bibirnya. "Sayang, kamu masih belum puas dengan permainan kita semalam," Mas Arka langsung bangkit dan menarikku ke atas tempat tidur, permainan pun dimulai lagi. "Udah Mas, Aku capek Mas," rengekku sambil tidur diatas dadanya yang bidang saat kami sudah menuntaskan permainan. "Mas! Nanti kita akan tinggal dimana Setelah ini? Apa kita akan serumah dengan Maura Mas?" Tanyaku dengan manja karena aku ingin Mas Arka selalu berada disisiku. "Kamu maunya gimana?" "Aku mau kita tinggal dirumah baru kita di Jakarta saja Mas, Aku nggak mau tinggal serumah sama Maura biar bagaimanapun kitakan punya privasi sendiri Mas! Walaupun aku tahu jika istri kamu itu baik tapi tetap saja rumah tangga kita Aku yang urus. "Terserah kamu saja, yang penting kamu bahagia itu yang terpenting dan Mas mau kamu cepet hamil, karena Mas sudah ingin sekali punya anak."

  • Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku   Pernikahan Arka dan Arsila

    "Mas! Aku gak mimpikan Mas?" Tanyaku sambil menggenggam tangan Mas Arka saat kami sudah sampai di depan rumahnya. Tanpa menjawabku Mas Arka langsung terhubung dengan saya untuk segera Masuk dan bertemu Maura pertanyaan istrinya. "Maura... Maura," teriak Mas Arka. "Iya tuan," jawaban seorang wanita paruh baya dengan menggunakan seragam. "Ibu Mana Bik?" Tanya Mas Arka pada wanita paruh baya itu. "Ibu ada di halaman belakang Tuan." "Baiklah, terima kasih." Kami berjalan menuju halaman belakang, melihat pandangan ke isi rumah Mas Arka yang megah bak istana, nyamannya tinggal disini batinku. "Maura," sapa Mas Arka saat kami sudah sampai di halaman belakang. "Iya Mas! Kamu sudah datang," jawab Maura dengan suara pelan. Lembut sekali suaranya. "Ini wanita yang Mas ceritakan itu, ucap Mas Arka memperkenalkanku pada istrinya, Aku hanya bisa tertunduk di hadapannya. "Arsila! Perkenalkan saya Maura istrinya Mas Arka," ucap Maura sambil memainkan tangannya. "Iya Mbak, saya Arsila,Jawab

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status