Share

Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku
Hadiah Anak untuk Mantan Kekasihku
Penulis: Sarye

Setelah sepuluh tahun

"Hai, kamu Arsila bukan?" Tanya lelaki bertubuh kekar dan tampan itu padaku saat aku sedang memilih buku di sebuah toko di pusat perbelanjaan.

"Hem … kamu siapa? Tanyaku balik karena sama sekali aku tak mengenali lelaki itu.

Dia hanya tersenyum manis padaku saat aku balik bertanya padanya, membuat aku jadi salah tingkah.

"Kenapa senyum gitu? Emang ada yang lucu," ucapku sambil merapikan pashmina yang kukenakan.

"Kamu makin cantik saja sekarang?"

"Maaf ya Mas! Jika tidak ada kepentingan sebaiknya jangan ganggu saya, permisi."

Aku berlalu meninggalkan lelaki yang masih berdiri di hadapanku, aneh sekali tiba-tiba ada lelaki yang menyebut namaku tanpa menyebutkan namanya.

Aku masih sibuk mencari buku bacaan yang akan kubaca di akhir pekan, seperti biasa jika libur kerja aku selalu menghabiskan waktu di dalam kamar seharian itu sudah menjadi kebiasaanku.

Sejak Mas Arka meninggalkanku dan menikahi perempuan bernama Maura wanita pilihan orang tuanya sepuluh tahun yang lalu sejak itulah aku selalu mengurung diri.

Entah kenapa meski sudah sepuluh tahun berlalu aku belum bisa melupakan Mas Arka mungkin karena terlalu cinta atau entahlah, akupun tidak tahu jawabannya.

Lelaki yang tadi menyapaku kembali datang dihadapanku kali ini ia mengulurkan tangannya sambil menanyakan kabar Ibuku, sontak membuatku kaget.

"Cila bagaimana kabarmu dan Ibumu, sudah lama aku tidak bertemu dengannya," ucap lelaki itu.

"Sebenarnya kamu ini siapa? Kenapa kamu memanggilku dengan sebutan Cila?" Tanyaku dengan mata membulat.

"Apakah kau lupa denganku? Aku hanya ingin meminta maaf padamu saja atas kesalahanku dimasa lalu."

"Maksudmu apa?"

"Aku Arka Wijaya, lelaki yang pernah menyakitimu Cila, maafkan aku, kedatanganku kesini hanya ingin meminta maaf padamu."

"Sebenarnya aku mau datang langsung ke rumahmu tapi aku takut untuk menemuimu. Kebetulan tadi aku melihatmu disini dan kuberanikan diri untuk menyapamu tapi ternyata kau sudah tak mengenaliku lagi."

"Mas Arka! Kamu beneran Mas Arka," ucapku dengan mata yang mulai berembun."

Rasa tak percaya setelah sepuluh tahun lamanya dan sekarang aku bisa melihatnya lagi meski dengan suasana yang berbeda, dia sudah menjadi suami orang lain.

"Iya Cil, ini Aku Arka, lelaki pengecut yang tak pantas untukmu, maafkan aku Cil karena aku telah menghanyakiti hatimu, aku tidak bisa menentang kehendak orang tuaku saat mereka menyuruhku menikahi Maura, sekali lagi maafkan aku."

"Sudahlah Mas, itu sudah menjadi bagian masa lalu kita sebaiknya kamu lupakan saja," ucapku meski sebenarnya aku masih sangat mencintainya.

"Oh iya kamu ngapain datang ke jakarta bukannya kalian sudah pindah ke Bandung sejak kamu menikah Mas?"

"Nanti Istri dan orang tuamu marah jika mereka tahu kalau kamu datang kesini untuk menemuiku Mas!"

"Ibuku sudah tiada satu tahun yang lalu Cil, aku kesini karena sedang ada kerjaan, ada proyek pembangunan disini."

"Aku akan lama berada di jakarta sampai pekerjaanku selesai, makanya aku sempatkan diri berkunjung kesini untuk meminta maaf padamu."

"Maukan kamu memaafkan aku? Aku mohon!" Pinta Mas Arka memelas.

"Iya Mas, aku sudah maafin kamu kok," ucapku pelan.

Rasanya masih tak percaya lelaki yang aku cintai hingga saat ini berada tepat di hadapanku, lelaki yang aku rindukan selama ini.

Hati ini rasanya berbunga-bunga saat tahu bahwa lelaki yang menyapaku adalah lelaki pujaan hati.

Bodoh sekali aku hingga tak mengenalinya lagi.

Meski wajahnya sedikit berbeda, dulu ia kurus sekali tapi sekarang tubuhnya sudah padat berisi dan makin terlihat tampan dengan kacamata hitam yang ia kenakan. Aku sampai tidak mengenalinya.

"Makasih yach karena kamu sudah mau maafin aku."

"Iya sama-sama Mas, kalau begitu aku izin karena mau pulang bentar lagi sakit," ucapku pada Mas Arka.

"Gimana kalau aku antar kamu pulang?" Tanya Mas Arka memberikan tawaran itu.

"Tidak Mas, aku bisa pulang sendiri," tolakku dengan halus karena tak ingin perasaan perasaannya.

"Kenapa? Apa kau malu jika aku mengantarmu pulang Cil?" Pertanyaan Mas Arka membuatku diam dan bingung harus menjawab apa.

Karena di satu sisi aku senang bisa bertemunya kembali setelah sekian lama meski statusnya saat ini adalah suami orang lain, tapi di satu sisi aku takut jika dilihat oleh para tetangga jika aku diantar oleh Mas Arka terutama Ibu pasti akan bertanya mengapa aku diantar pulang oleh lelaki yang saat ini sangat dibenci oleh Buku.

"Bukan begitu Mas, sekarangkan kita sudah beda Mas, tidak enak jika di lihat tetangga nanti kalau kamu antar aku pulang, apa kata mereka?" Aku berusaha memberi pengertian pada Mas Arka agar ia tak tahu.

"Aku bisa mengantarmu hingga perempatan saja dan aku tidak akan turun dari mobil, ayolah Cil! Aku mohon!" Mas Arka begitu memelas agar dia bisa mengantarkan aku pulang.

"Baiklah kalau begitu Mas, tapi janji ya Mas hanya sampai perempatan dan itu pun kamu tidak turun dari mobilmu."

"Tentu saja, ayo pulang!" Ajak Mas Arka dengan senyum mengembang begitupun denganku merasa sangat bahagia bisa berdua lagi dengannya meski hanya diantar pulang.

Aku menaiki mobil Mas Arka, mobil hitam berkilau membuat aku begitu kagum karena saat ini ia sudah sukses, benar saja sekarang sudah punya segalanya.

Itulah mengapa dulu ia di nikahan dengan wanita pilihan orang tuanya karena wanita itu anak orang kaya dan aku hanya anak seorang petani.

Wajar jika sekarang Mas Arka lebih tampan dan gagah seperti dulu saat kami pacaran.

Sepanjang jalan aku hanya diam dan tersenyum karena bahagia, ingatanku kembali ke masa lalu dimana aku dan Mas Arka sering pulang bareng, tapi dulu aku diantar sepeda motor butut milik pamannya Mas Arka beda dengan sekarang sudah punya segalanya.

Tiga Puluh menit waktu yang sama sekali, tidak terasa aku sudah sampai di rasa rasanya aku ingin turun karena masih ingin melihat mantanku.

"Sudah sampai! Silahkan turun tuan putri," ucap Mas Arka membuyarkan lamunanku.

"Iya Mas, terima kasih atas tumpangannya," ucapku sambil tersenyum.

"Iya sama-sama,"

Saat aku hendak turun dari mobil mewahnya, ia menggenggam tanganku, sontak membuatku terkejut, sentuhan yang telah lama tak pernah kurasakan.

"Sekali lagi Maafin Aku ya Cil," ucap Mas Arka sambil mencium punggung tanganku.

"Iya Mas, sama-sama," jawabku dan melepaskan genggaman tangan.

Kami pun tidak lupa untuk bertukar nomor ponsel, karena Mas Arka yang meminta nomorku duluan, tentu saja aku tidak bisa menolaknya.

***

Sampai dirumah Ibu sudah menungguku karena hari sudah mulai gelap tak seperti biasanya aku pulang terlambat, kali ini pasti ibu bertanya-tanya mengapa aku pulang terlambat.

"Kamu dari mana saja Arsila, kenapa pulang terlambat?" Tanya Ibu penuh selidik.

"Iya Bu, maaf tadi Cila kadang mencari buku makanya pulang terlambat."

"Ya sudah kalau begitu, Ibu sama bapak mau pergi ke acara pengajian di kampung sebelah kamu jaga rumah, jangan lupa di kunci."

"Baik Bu."

Aku menarik nafas panjang karena takut jika ibu marah, untungnya ibu tidak marah.

Seperti biasa jika sudah selesai sholat isya aku merebahkan diri sambil membaca novel yang sudah aku beli.

Saat aku sedang membaca Novel sambel makan kripik tempe tiba-tiba ponselku bunyi.

Wajahku memerah saat melihat notifikasi di ponsel itu

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status