Share

18. Tak Dianggap Serius

Bagian 14. Tak Dianggap Serius

“Jadi, kapan Andra ke sini, Nai?” tanya Abah saat kami baru saja menyelesaikan makan malam.

Gerakan tanganku yang hendak membereskan piring-piring kotor terhenti. Mata Abah awas menatap, membuat aku sedikit salah tingkah. Aku berdehem sebelum akhirnya menjawab.

“Kata Mas Andra pasti datang, Bah. Tapi belum tahu kapan.”

Abah mendesah, sedangkan jemarinya mengetuk pelan meja makan yang terbuat dari kayu jati. Aku bisa menangkap kegelisahan dalam tindakannya itu.

“Abah tidak suka membiarkan masalah berlarut-larut. Suruh dia datang secepatnya. Kalau dia tidak datang, kamu tahu harus bagaimana,” tukas Abah.

Usai mengucapkan itu, Abah segera bangkit. Sosoknya yang masih tegap di usia 60 tahun menghilang dari pandangan mata. Sementara Umi, hanya diam melihat interaksiku dengan Abah. Aku seketika menjadi tak bersemangat. Kupinggirkan piring, lantas duduk lagi di kursi.

“Memangnya Andra bilang apa, Nai?” Suara Umi lembut memecah keheningan.

Kulirik sekilas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status