Share

2. Kemurkaan Suami dan Mertua

Author: Ulhy Maerhan
last update Last Updated: 2025-04-08 14:40:03

“Aduh, Bu! Jangan berharap ketinggian!”

Bukannya mendapatkan pembelaan dari suaminya, Angga justru hanya menambahkan luka di hati Safina.

“Coba Ibu pikir! Emangnya dia bisa ganti kebaya Ibu? Uangnya dari mana, Bu?”

Angga menghampiri Merliam dan merangkulnya, tanpa membantu Safina berdiri.

“Ayahnya aja menyerahkan dia ke kita untuk melanjutkan hidupnya. Belum lagi, Ayah dan Ibu harus menanggung biaya pengobatan Ibunya Safina yang sakit-sakitan.”

Bagaimana pun juga, Ibu kandung Safina adalah Ibu mertuanya. Haruskah Angga merendahkan keluarga Safina seperti itu?

Bagi Safina, semua ini terasa seperti mimpi buruk yang tiada berakhir. Belum pulih dari duka kehilangan Ayahnya akibat kebakaran di toko milik orang tua Angga, rasa nyeri luka bakar di wajahnya masih menghantuinya. Kini, ia harus menghadapi kesakitan yang lebih dalam lagi pada pernikahannya.

"Mas, aku memang dari keluarga kurang mampu, tapi aku janji akan ganti kebaya Ibu. Tolong beri aku waktu!" Safina meyakinkan Angga, walaupun hati menangis teriris memikirkan ke mana ia harus mencari uang.

Safina berusaha meraih tangan Angga disertai dengan mengerang yang tidak tertahankan.

"Kamu selalu berpikir bahawa pernikahan ini menjadi bebanmu dan aku nggak pantas mendampingimu. Kenapa kamu tidak memberiku waktu agar aku bisa seperti wanita yang kamu harapkan?”

Angga memegang erat leher Safina menanggapi jeritannya dengan suara yang meninggi.

”Pede banget kamu berharap seperti itu! Harus berapa kali kuperingatkan, kalo aku tidak bakalan cinta denganmu?”

Perdebatan tentang pernikahan mereka kembali menyita waktu Angga, membuatnya terlambat ke kantor. Sebagai Direktur Utama di perusahaan terbesar di Kota Kelora, Angga memiliki posisi yang prestisius.

Karena itu, Safina merasa dirinya sangat tidak pantas untuk mendampingi suaminya dengan latar belakangan pendidikan yang terbatas, hanya lulusan SMA.

“Angga, gimana sama kebaya Ibu?” tanya Merliam, melirik sinis Safina.

“Tenang, Bu! Nanti Angga belikan kebaya yang lebih bagus dan mahal."

Angga menenangkan Ibunya, “Ayo, Bu! Temani aku sarapan.”

Perhatian Angga kepada Ibunya membuat Safina merasa iri. Ia mendambakan perhatian yang sama, tetapi itu hanya impian. Bahkan, baju yang layak untuk dikenakan Safina pun tidak pernah dipedulikan Angga.

“Maafin Safina, Bu!” Saat ini a—aku belum bisa ganti kebaya Ibu,” ucapnya, ketakutan.

“Sampai kapan pun kamu nggak bisa menggantikan kebayaku yang rusak, Safina,” kata Merliam dengan nada keras.

Kemudian, Merliam berseru, "Ikut aku ke bawah, sekarang!”

Ini bukan yang pertama kali kesalahan yang dilakukan Safina di rumah Dwicahyo. Safina hanya bisa menghelakan napasnya. Entah cobaan apa lagi yang harus dihadapinya!

Kemurkaan Suami dan mertua terhadap Safina semakin memuncak. Mereka sangat jijik melihat Safina yang terus mengeluarkan air mata. Sepertinya, mereka sedang merencanakan sesuatu untuk membuat Safina lebih menderita di rumah.

“Bu. Apa yang harus aku kerjakan untuk menebus kesalahanku?”

Dengan polosnya, Safina akan menuruti kemauan mertuanya itu. Safina tidak berpikir, bahwa dengan perkataannya itu akan mengantarkan ke masalah yang baru.

“Ada apa lagi sih kamu, Safina? Apa nggak puas kamu membuat Ibu marah?”

Angga sangat marah melihat Safina menghampiri dia dan Ibunya di meja makan.

“Tolong, jangan membuat nafsu makanku hilang!”

“Maaf, Mas! Ibu yang memanggilku ke sini."

Safina menjawab pertanyaan Angga dengan kepala menunduk dan tangan digenggam.

Dengan kekuatan, keikhlasan, dan kesabaran Safina yakin, bisa menghadapi suaminya yang arogan. Apakah ada cinta yang tumbuh di hati Safina sehingga membuatnya bertahan sebagai Istri dari Suami yang egois?

“Safina, cepat masak makanan yang lezat! Tamu-tamu saya akan segera datang!”

Merliam memerintahkan Safina tanpa memperhatikan kondisi menantunya.

Rupanya, teman-teman sosialita Merliam akan berkunjung ke rumah. Merliam berencana akan memperkenalkan Angga dengan anak dari salah satu temannya.

“Angga, kamu bisa nggak hadir di acara Ibu? Teman-teman Ibu akan datang nanti sore, termasuk anak perempuan teman Ibu yang baru datang dari luar negeri,” ujar Merliam dengan senyum yang membuat Safina kesal.

“Hmm. Berarti aku harus cepat pulang dong,”

Angga sejenak berpikir tanpa memperhatikan perasaan Istrinya.

Ini adalah hukuman yang berat buat Safina dari sebelumnya.

‘Apa aku nggak salah dengar, Ibu mau mempertemukan wanita lain sama Mas Angga?’

Jantung Safina berdetak kencang, sementara hatinya terus meronta-ronta seolah ingin melawan Merliam.

Saat berada di dapur, Safina mendengarkan percakapan Angga dan Merliam. Tidak terasa, air mata mengalir tanpa segan dari sudut-sudut matanya.

"Mas, kamu beneran ingin kenalan dengan perempuan lain? Hargai aku sebagi istrimu, Mas!"

Angga tidak mempedulikan kecemasan Safina. Ia tetap melangkahlan kakinya dengan cepat menuju mobil.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   62. Kafe Menjadi Saksi Hari Bahagia

    “Kenapa? Cepat sana ganti baju!” Randy mengira Safina tidak ingin ikut ke kafe. Randy merasa ada yang salah dengan tingkahnya. Ia berpikir Safina sudah bisa untuk diajak makan bersama di kafe, setelah beberapa lama Safina disibukkan dengan karirnya. Randy berdiri dan segera pergi, “Yah, udah kalo kamu belum ingin keluar makan bersamaku. Aku pamit dulu!” “Tunggu, Ran! Aku ikut,” cegah Safina. Bukannya Safina tidak ingin ikut, tetapi ada sesuatu yang ia ragukan. Akhirnya, ia ikut ke kafe dan berharap Randy tidak marah ketika Safina mengatakan ingin bertemu dengan Angga esok hari. Ia masuk ke kamar mengganti bajunya. Ia memasukkan tangannya ke dalam lemari, satu per satu pakaian dikeluarkannya untuk memilih yang paling nyaman digunakan. Safina keluar dengan penampilannya yang sederhana, namun sangat memukau. Kemudian, Randy berbalik ketika mendengar suara Safina. “Aku sudah siap, Ran!” ‘Waw! Safina memang sudah perlahan mengubah penampilannya. Aku yakin suatu saat kamu akan meneri

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   61. Kafe

    “Aku capek, Ran!”Safina merasa kelelahan dan kembali memikirkan orang yang ada di masa lalunya. Di saat ingin menikmati kesuksesan bersama Randy, Angga kembali hadir di kehidupannya. Angga terkenal dengan keinginannya harus segera tercapai. Randy tahu apa yang harus ia lakukan. Ia sigap menemukan solusi untuk keamanan dan kenyamanan Safina. “Untuk sementara kamu di sini aja dulu tinggal. Ntar aku ke satpam untuk minta tolong penjagaan ketat,” kata Randy.Randy mengambil ponsel di saku celananya.“Aku sempat merekam video kejadian tadi dan mengambil foto mobil Angga dan Sandra. Aku akan tunjukkan ke satpam nanti.”Dengan cara Randy melapor ke satpam tempat tinggal Safina, ia harap satpam tersebut melarang Angga dan Sandra masuk ke dalam kompleks. Sewaktu-waktu Randy akan mengajak Safina untuk pindah rumah dekat dari tempat tinggalnya.Safina berniat ingin istirahat sejenak dan meminta Randy untuk kembali ke kantornya. Namun, ketika Randy sudah melajukan mobilnya, beberapa warga mene

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   60. Masa Laluku, Sudah Aku Maafkan

    “Apa aku tidak salah dengar?”Safina melihat gerak-gerik Angga, tidak percaya dengan perkataan mantan suaminya itu. Semudah itu Angga meminta maaf kepada Safina, setelah bertahun memilikinya hanya untuk disiksa.Safina dan Randy saling bertatap. Randy sepertinya ingin mengusir Angga. Omong kosong yang mungkin akan menjebak Safina.“Kamu pergi dari sini! Aku sudah bilang, jangan ganggu Safina!” gertak Randy, mendorong pundak Angga.“Eh! Aku tidak ada urusan sama kamu. Ini adalah urusan aku dan Safina. Bagaimana pun Safina masih terikat janji dengan keluarga Dwicahyo,” bantah Angga.Safina semakin tidak ingin melihat dan mendengar suara Angga berlama-lama. Akhirnya, ia pun berani mengancam Angga. Safina meminta kepada Angga untuk segera pergi.Angga belum mendapatkan jawaban dari Safina. Ia tidak akan pulang, jika Safina tidak memaafkan Angga.“Kalau Safina sudah memaafkanku baru aku pergi dari sini.”Angga membujuk dengan gaya bicaranya yang menunjukkan kelembutan kepada Safina, “Oh iy

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   59. Kesuksesan Yang Tertunda

    “Momen ini adalah hadiah terindah untukku.” Kesuksesan yang tengah dirasakan Safina adalah kesuksesan yang tertunda. Safina tidak mungkin bisa merasakan kebahagiaan tersebut apabila Randy tidak setia mendampingi dirinya. Dengan memikirkan semua pengorbanan Randy, Safina tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi. Namun, ia menjaga kehormatannya dengan tidak mengatakan langsung perasaannya. Akan ada waktu Safina menerima pernyataan sahabatnya tersebut. ‘Ran. Apa iya kamu bisa mendampingiku? Apa nantinya kamu tidak malu denganku yang sudah berstatus janda?’ tanya Safina dalam hati, netranya menatap Randy. Pada saat perjalanan pulang ke rumah, karena perasaannya menguasai dirinya, Safina tidak menyadari ia terus menatap Randy. “Hey! Napa kamu, Fin?” tegur Randy. Randy melambaikan tangan kirinya di depan paras Safina. Barulah, Safina sadar. Bukannya merespon pertanyaan Randy, ia hanya tersenyum dan seketika menutup bola matanya. “Ran. Aku turun di sini. Kamu ke kantor aja, biar aku

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   58. Kenapa Kamu Sangat Meratukanku, Ran?

    ‘Jangan berpikir aneh, Safina! Sedikit lagi kamu melangkah, cita-citamu akan tercapai.’Semestinya Safina memikirkan apa yang akan dikatakan nantinya pada saat konferensi pers. Namun, pikirannya mengenai sikap Randy kepadanya selalu mengganggu konsentrasinya. Ketika Randy mengajak Safina berbincang, Safina kelihatan gugup merespon Randy.Safina yang hendak membuka pintu mobil, Randy tiba-tiba membuka pintu tersebut. Safina menatap wajah Randy.‘Kenapa kamu sangat meratukanku, Ran? Aku takut tidak bisa membalasnya,’ katanya dalam hati.Safina turun dari mobil kemudian berjalan dengan anggun memasuki kantor tempat berlangsungnya konferensi pers. Sementara, Randy berjalan di belakang Safina. Ia mengamati dan mengawasi Safina dari belakang.Safina berjalan menuju kursi yang sudah disiapkan dan para kameramen tertuju kepadanya. Safina terlihat percaya diri dengan berusaha menyembunyikan perasaan gugupnya.“Ibu Safina sudah hadir di tengah-tengah kita. Mari kita sambut dengan meriah Ibu Saf

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   57. Konferensi Pers

    Kujemput rezekiku dengan semangatku.”Rintik gerimis di pagi hari menemani Safina menanti kedatangan Randy. Duduk manis di ruang tamu dengan penampilan seadanya. Bagaimana dengan pendapat tetangga tersebut ketika melihat lagi Randy menjemputnya dan pergi bersama?“Hmm. Ntar kalau si Randy datang, trus ibu-ibu liat aku lagi bersama Randy. Mereka mau komentar apalagi, yah?” Safina mengkhayalkan sesuatu yang akan terjadi di luar rumah.Setelah tiba di depan rumah, Randy turun dari mobil membawa sekantong plastik dan payung untuk Safina. Rupanya, Randy telah menyiapkan baju baru untuk Safina. Tok! Tok! Randy mengetok pintu rumah Safina. Sementara, Safina sudah lama menunggu di kamarnya, sehingga ia memanfaatkan waktu menunggunya sembari melanjutkan cerita yang akan dibukukan nantinya.“Mana Safina? Gak mungkin dia pergi mana gerimis begini lagi,” Randy panik—ponsel Safina tidak bisa dihubungi.Randy kembali mengetok pintu dengan sedikit keras, barulah Safina mendengar ada seseorang yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status