Share

4. Kado Terindah Buat Suamiku

Author: Ulhy Maerhan
last update Last Updated: 2025-04-08 14:53:50

Safina tidak memiliki alasan untuk menolak permintaan Angga. Sebab, ia tidak ingin kehilangan suaminya. Ia juga tidak memiliki banyak uang untuk pengobatan Ibunya.

Tapi, tidak ada salahnya mencoba satu kali lagi, kan?

Safina menggenggam kedua tangan Angga. Ia memohon , “Mas, tolong bahagiakan aku kali ini! Hari ini ulang tahun pertama pernikahan kita,”

Angga buru-buru menepis tangan Safina.

"Jangan sentuh aku!" pekik Angga.

Angga berteriak, “kamu kan sudah nenyadari, bahwa dirimu nggak pantas mendampingiku. Sekarang, saatnya kamu tunjukkin sikap kamu ke semua orang! Aku tunggu kamu di bawah!"

Angga membalikkan badan. Lalu, pergi meninggalkan Safina disusul oleh Merliam.

Safina pasrah. Ia mengikuti langkah Suami dan Ibu mertuanya.

Acara ulang tahun pernikahan Safina dan Angga diadakan di pinggir kolam renang. Dekorasinya sangat meriah. Bahkan, Safina sempat-sempatnya merasa tersanjung atas kemewahan acara ini.

Safina berdiri di bawah pepohonan rindang. Ia tampak tidak percaya diri. Tatapannya menembus kerumunan tamu, mencari-cari sosok perempuan yang akan menjadi madunya.

Safina berusaha menguatkan hati. Apapun yang terjadi, ia harus tetap mempertahankan pernikahannya dan menjadi istri yang penurut demi ibunya yang terbaring di rumah sakit.

Di deretan kursi paling ujung, terlihat sahabat Safina saat dulu bekerja di Toko Natasya Flour. Ia adalah Randy Bastian.

Randy kebingungan melihat ekspresi Safina yang tidak terlihat ceria. Randy merasa, sesuatu yang buruk sedang terjadi pada Safina.

Tidak lama, suara Angga mengejutkan semua orang.

“Terima kasih sudah hadir di acara kami."

Angga membuka acara ulang tahun pernikahan dengan lugas dan gestur tubuh yang sopan.

“Ada hal penting yang akan Istri saya sampaikan. Kemarilah, sayang!"

Tatapan Angga tertuju pada Safina. Semua orang pun menoleh kepadanya.

Beberapa tamu mulai bergosip.

"Perempuan itu Istri Pak Angga?" tanya seorang tamu wanita.

"Nggak disangka, Istri Pak Angga biasa-biasa aja. Pantesan Pak Angga nggak pernah bawa pasangan ke acara kantor," celetuk perempuan di sampingnya.

"Pak Angga benar-benar setia. Lihat aja wajah Istrinya! Penuh luka bakar gitu. Suami mana yang tahan lihatnya?!"

Safina bukan tidak mendengar celotehan orang-orang, tetapi ia memang sengaja mengabaikannya.

Tidak ada waktu untuk melarikan diri!

Mau tidak mau, Safina berjalan menghampiri Angga yang berdiri di tepi kolam renang dengan langkah yang lambat.

Safina memaksakan senyum saat menatap tamu-tamu, tetapi matanya tidak bisa berbohong.

“Saya mengucapkan terima kasih atas kedatangan kalian semua," ujar Safina, lembut.

Suara Safina bergetar. Ia berulang kali menghela napas dan berusaha menstabilkan emosinya.

"Di hari anniversary pertama kami, aku akan memberikan kado terindah buat suamiku ...."

Kata-kata Safina menggantung di udara. Ia menundukkan pandangan.

Angga merangkul pinggang Safina agar terlihat mesra. Namun tidak ada yang tahu bahwa ia mencubit pinggang istrinya sebagai peringatan agar Safina tidak berulah.

"Saya Safina. Dengan ikhlas, a—aku mengizinkan Mas Angga menikah lagi. Aku melakukan ini karena nggak bisa memberikan dia keturunan."

Beberapa tamu berteriak, sebab ia tidak menyangka, istri pertama Pak Angga sekuat itu mengatakan hal yang belum tentu wanita lain bisa seperti itu.

“Apa ini serius? Atau hanya lelucon aja?”

Safina memandangi Angga. Tatapannya teduh dan lembut. Bukan karena Safina menyetujui permintaan Angga. Namun, ia harus menunjukkan sikap yang tulus di depan semua orang agar tidak ada yang mencurigainya.

'Gak pernah aku lihat wajahmu ceriah kayak gini, Mas. Tapi, ceriahmu adalah lukaku,' jeritan Safina dalam hati.

Saat menoleh ke sisi kanannya, Safina menemukan sosok perempuan cantik yang anggun dengan gaun berwarna biru. Perempuan itu berdiri di samping Merliam.

'Apakah dia Sandra? Dia sangat cantik. Pantas aja Mas Angga jatuh cinta sama dia,' pikir Safina.

Seketika, suasana pesta menjadi gempar. Tamu-tamu menyatakan pendapat mereka.

"Ah, walaupun wajahnya buruk rupa, ternyata Istri Pak Angga punya hati yang tulus."

"Ternyata dia sadar diri. Dia membiarkan Pak Angga untuk poligami. Hatinya benar-benar mulia."

"Tapi, siapa calon Istri kedua Pak Angga?"

"Kenapa nggak sekalian aja dikenalin sama kami?"

"Benar," timpal tamu lainnya. "Aku juga penasaran."

Tiba-tiba, Angga beranjak dari tempatnya menuju Sandra dan Merliam. Ia mengulurkan tangan kepada Sandra.

Semua orang terpesona melihat sosok Sandra yang bagi mereka bagaikan Dewi kecantikan. Sungguh berbeda dengan Safina.

Angga dan Sandra sudah berdiri tepat di samping Safina yang menunduk malu.

"Perkenalkan, dia calon Istriku. Namanya Sandra," kata Angga.

Tatapan Angga mengandung kasih sayang dan cinta yang mendalam terhadap Sandra. Tatapan yang tidak pernah Safina dapatkan selama menjadi istri Angga.

Seorang tamu memberanikan dirinya bertanya kepada Angga.

“Maaf, Pak! Apa bapak tulus mencintai istri, bapak?”

Setelah Safina mendengar pertanyaan itu, ia membalikkan badannya dan segera berjalan dengan cepat. Ia tidak sanggup lagi berdiri di tengah keramaian.

"Safina, berhenti!”

Suara seorang pria berteriak memanggilnya. Lantas, Safina pun menghentikan langkahnya.

Itu bukan suara Angga. Lalu, siapa dia?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   62. Kafe Menjadi Saksi Hari Bahagia

    “Kenapa? Cepat sana ganti baju!” Randy mengira Safina tidak ingin ikut ke kafe. Randy merasa ada yang salah dengan tingkahnya. Ia berpikir Safina sudah bisa untuk diajak makan bersama di kafe, setelah beberapa lama Safina disibukkan dengan karirnya. Randy berdiri dan segera pergi, “Yah, udah kalo kamu belum ingin keluar makan bersamaku. Aku pamit dulu!” “Tunggu, Ran! Aku ikut,” cegah Safina. Bukannya Safina tidak ingin ikut, tetapi ada sesuatu yang ia ragukan. Akhirnya, ia ikut ke kafe dan berharap Randy tidak marah ketika Safina mengatakan ingin bertemu dengan Angga esok hari. Ia masuk ke kamar mengganti bajunya. Ia memasukkan tangannya ke dalam lemari, satu per satu pakaian dikeluarkannya untuk memilih yang paling nyaman digunakan. Safina keluar dengan penampilannya yang sederhana, namun sangat memukau. Kemudian, Randy berbalik ketika mendengar suara Safina. “Aku sudah siap, Ran!” ‘Waw! Safina memang sudah perlahan mengubah penampilannya. Aku yakin suatu saat kamu akan meneri

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   61. Kafe

    “Aku capek, Ran!”Safina merasa kelelahan dan kembali memikirkan orang yang ada di masa lalunya. Di saat ingin menikmati kesuksesan bersama Randy, Angga kembali hadir di kehidupannya. Angga terkenal dengan keinginannya harus segera tercapai. Randy tahu apa yang harus ia lakukan. Ia sigap menemukan solusi untuk keamanan dan kenyamanan Safina. “Untuk sementara kamu di sini aja dulu tinggal. Ntar aku ke satpam untuk minta tolong penjagaan ketat,” kata Randy.Randy mengambil ponsel di saku celananya.“Aku sempat merekam video kejadian tadi dan mengambil foto mobil Angga dan Sandra. Aku akan tunjukkan ke satpam nanti.”Dengan cara Randy melapor ke satpam tempat tinggal Safina, ia harap satpam tersebut melarang Angga dan Sandra masuk ke dalam kompleks. Sewaktu-waktu Randy akan mengajak Safina untuk pindah rumah dekat dari tempat tinggalnya.Safina berniat ingin istirahat sejenak dan meminta Randy untuk kembali ke kantornya. Namun, ketika Randy sudah melajukan mobilnya, beberapa warga mene

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   60. Masa Laluku, Sudah Aku Maafkan

    “Apa aku tidak salah dengar?”Safina melihat gerak-gerik Angga, tidak percaya dengan perkataan mantan suaminya itu. Semudah itu Angga meminta maaf kepada Safina, setelah bertahun memilikinya hanya untuk disiksa.Safina dan Randy saling bertatap. Randy sepertinya ingin mengusir Angga. Omong kosong yang mungkin akan menjebak Safina.“Kamu pergi dari sini! Aku sudah bilang, jangan ganggu Safina!” gertak Randy, mendorong pundak Angga.“Eh! Aku tidak ada urusan sama kamu. Ini adalah urusan aku dan Safina. Bagaimana pun Safina masih terikat janji dengan keluarga Dwicahyo,” bantah Angga.Safina semakin tidak ingin melihat dan mendengar suara Angga berlama-lama. Akhirnya, ia pun berani mengancam Angga. Safina meminta kepada Angga untuk segera pergi.Angga belum mendapatkan jawaban dari Safina. Ia tidak akan pulang, jika Safina tidak memaafkan Angga.“Kalau Safina sudah memaafkanku baru aku pergi dari sini.”Angga membujuk dengan gaya bicaranya yang menunjukkan kelembutan kepada Safina, “Oh iy

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   59. Kesuksesan Yang Tertunda

    “Momen ini adalah hadiah terindah untukku.” Kesuksesan yang tengah dirasakan Safina adalah kesuksesan yang tertunda. Safina tidak mungkin bisa merasakan kebahagiaan tersebut apabila Randy tidak setia mendampingi dirinya. Dengan memikirkan semua pengorbanan Randy, Safina tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi. Namun, ia menjaga kehormatannya dengan tidak mengatakan langsung perasaannya. Akan ada waktu Safina menerima pernyataan sahabatnya tersebut. ‘Ran. Apa iya kamu bisa mendampingiku? Apa nantinya kamu tidak malu denganku yang sudah berstatus janda?’ tanya Safina dalam hati, netranya menatap Randy. Pada saat perjalanan pulang ke rumah, karena perasaannya menguasai dirinya, Safina tidak menyadari ia terus menatap Randy. “Hey! Napa kamu, Fin?” tegur Randy. Randy melambaikan tangan kirinya di depan paras Safina. Barulah, Safina sadar. Bukannya merespon pertanyaan Randy, ia hanya tersenyum dan seketika menutup bola matanya. “Ran. Aku turun di sini. Kamu ke kantor aja, biar aku

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   58. Kenapa Kamu Sangat Meratukanku, Ran?

    ‘Jangan berpikir aneh, Safina! Sedikit lagi kamu melangkah, cita-citamu akan tercapai.’Semestinya Safina memikirkan apa yang akan dikatakan nantinya pada saat konferensi pers. Namun, pikirannya mengenai sikap Randy kepadanya selalu mengganggu konsentrasinya. Ketika Randy mengajak Safina berbincang, Safina kelihatan gugup merespon Randy.Safina yang hendak membuka pintu mobil, Randy tiba-tiba membuka pintu tersebut. Safina menatap wajah Randy.‘Kenapa kamu sangat meratukanku, Ran? Aku takut tidak bisa membalasnya,’ katanya dalam hati.Safina turun dari mobil kemudian berjalan dengan anggun memasuki kantor tempat berlangsungnya konferensi pers. Sementara, Randy berjalan di belakang Safina. Ia mengamati dan mengawasi Safina dari belakang.Safina berjalan menuju kursi yang sudah disiapkan dan para kameramen tertuju kepadanya. Safina terlihat percaya diri dengan berusaha menyembunyikan perasaan gugupnya.“Ibu Safina sudah hadir di tengah-tengah kita. Mari kita sambut dengan meriah Ibu Saf

  • Hadiah Tak Terduga di Pesta Anniversary-ku   57. Konferensi Pers

    Kujemput rezekiku dengan semangatku.”Rintik gerimis di pagi hari menemani Safina menanti kedatangan Randy. Duduk manis di ruang tamu dengan penampilan seadanya. Bagaimana dengan pendapat tetangga tersebut ketika melihat lagi Randy menjemputnya dan pergi bersama?“Hmm. Ntar kalau si Randy datang, trus ibu-ibu liat aku lagi bersama Randy. Mereka mau komentar apalagi, yah?” Safina mengkhayalkan sesuatu yang akan terjadi di luar rumah.Setelah tiba di depan rumah, Randy turun dari mobil membawa sekantong plastik dan payung untuk Safina. Rupanya, Randy telah menyiapkan baju baru untuk Safina. Tok! Tok! Randy mengetok pintu rumah Safina. Sementara, Safina sudah lama menunggu di kamarnya, sehingga ia memanfaatkan waktu menunggunya sembari melanjutkan cerita yang akan dibukukan nantinya.“Mana Safina? Gak mungkin dia pergi mana gerimis begini lagi,” Randy panik—ponsel Safina tidak bisa dihubungi.Randy kembali mengetok pintu dengan sedikit keras, barulah Safina mendengar ada seseorang yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status