Share

Delapan Puluh Dua

"Mirip sekali." Om Leo menatapku tak berkedip. Mulutnya sedikit menganga akupun heran dengan pria yang akan menjadi calon mertuaku.

Berkali-kali Tante Lusi, mama Reyhan menyenggol tubuh suaminya dengan sikut. Hanya saja pandangan Om Leo tak lepas dari wajahku.

"Maaf Om. Mirip siapa?" Aku berani bertanya karena ucapan pria yang seumuran almarhum papa menatapku tak berkedip. Seperti melihat seseorang di masa lalu.

"Oh, mirip seseorang. Ayo kita duduk Ma." Om Leo menarik kursi untuk istrinya. Wajah wanita itu tampak masam mungkin bisa diartikan cemburu. Apakah karena Om Leo berkata demikian, aku mirip seseorang.

Apakah aku akan memiliki mertua seperti sebelumnya. Semoga saja tidak terjadi seperti dulu. Sebelum mereka datang kami sudah memesan makanan agar tak lama menunggu-nunggu.

"Sekarang kamu kerja di mana?" tanya Om Leo kepadaku sambil menikmati makan malam.

"Entahlah Om. Belum ada planning. Perusahaanku masih bisa digunakan karena itu miliki sendiri." Sayang sekali kalau dijual
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status