Om Arga
Aku berpamitan kepadanya dan meminta maaf. Menarik paksa Adel masuk ke mobil dan ia menolak untuk ikut denganku."Aku ingin bertemu Bunda. Aku yakin bunda di sini, Om!""Dia tidak ada pergilah! kalian menganggu tidurku saja. Jangan tanya aku di mana dia."Om, paling dekat dengan bunda. Aku tahu Om telah menyembunyikan sesuatu." Adel tak mau pergi. Ia yakin laki-laki sombong dihadapannya tahu segalanya."Sudah Del, bundamu tak ada. Dia Sudah memberitahukanmu. Sabar Del.""Om Arga, aku gak akan maafin Om kalau kamu berdusta. Lihat saja Om!" ancam Adel kalap. Ia bagaikan gadis kesurupan tak bisa dibujuk atau di ajak diam.Kalau berhubungan dengan Bunda pasti Adel paling terdepan. Gadis tomboi itu tak ingin wanita yang telah melahirkannya terluka."Adel, ayo kita pergi," bujukku menarik tubuhnya menjauh dari pintu.kubuka pintu mobil dan menyuruh Adel untuk masuk ke dalam, segera b"Kamu jangan sedih. Aku yakin kita pasti bisa menemukan ayah kandungmu. Kita ke basecamp aja." Adel tak menjawab memilih melihat pemandangan dari luar jendela."Bagaimana apa kalian sudah menemukannya?" tanya Cheri setelah kami memasuki ruangan."Kamu bener gak cek lokasinya?" tanyaku."Benarlah. Lokasinya kuat banget. Aku sampai tiga kali mengecek keberadaannya.""Tapi, tak ada bunda di sana," tungkasku."Lah, kalian masuk dari mana?""Dari pintulah." Adel mulai menjawab."Oh, jadi kalian langsung tanya sama pemilik rumahnya?" Cheri melipat tangan di dada.Aku dan Adel saling berpandangan." Maksudmu. Kita harus menyusup?""Iya, kalau itu harus diperlukan.""Intan, lebih baik kirim orang yang ahli dalam hal ini.""Ide yang bagus Del." Aku segera menghubungi anak buahku untuk mengecek vila om Arga."Sudah. Sekarang kit
"Aku ke sini sama pacarku bukannya ngikutin Om.""Sudah jangan banyak alasan. Pacar kamu aja gak ada.""Ada Om. Itu." Tunjukku ke arah seorang lelaki yang sedang memilih kemeja."Hei Sayang! Aku di sini." Ucapanku membuat lelaki itu terkejutRehan menoleh kanan dan kiri." Sayang, kamu lama sekali!" ucapku manja."Ini Om pacarku," sapaku kepadanya. Mengandeng mesra."Rehan pacarmu?" tanya om Arga. Aku menganggukkan kepala dan merangkul lengan Rehan mesra."Rehan apa kamu tak salah memilih pasangan?" tanyanya dengan nada meledek"Eh itu ....." Kucubit pinggang belakangnya agar mengikuti permainanku.Adel dan Cheri mencoba mendekati. Aku memberi kode kepadanya agar menjauh. Melihat keberadaan kedua sahabatku. Rehan paham dengan perannya."Iya, Om. Intan adalah pacarku. Kami baru saja jadian." Rehan meletakkan tangan di bahuku. Ia mengelus rambutku lembut dan mencium rambutku.Sungguh terlalu lelaki ini. Asal cium rambut orang. Mengambil kesempatan dalam kesempitan."Rehan, Rehan kamu pun
Beberapa menit kemudian keluar seorang lelaki dengan kemeja biru tua. Penampilannya tak seperti dulu. Rambut tak tersisir rapi. Wajah kusam dan berminyak. Dia adalah suamiku mas Ilham. Mengapa ada dia, berarti pikiranku salah tentang Rita.Lelaki yang dipanggil papa oleh anakku ikut masuk ke mobil mereka. Memilih duduk di kursi depan sebagai supir. Sedangkan Rita dan om David berada di belakang.Merasa heran dengan situasi ini. Apa yang aku pikirkan salah. Tak mungkin suamiku bekerja sebagai supir pribadi mereka."Kita ikuti saja mereka!" perintahku. Rasa penasaran yang mengebu. Ingin mengetahui apa yang terjadi."Ide yang bagus. Kali aja kita dapar petunjuk menemukan bunda. Mungkin mereka tahu."Cheri menyalakan mobil setelah mobil om David sudah melintasi mobil kami. Perlahan tapi pasti mengikuti pergerakkan mereka.Cheri menjaga jarak dengan mobil mereka.Aku memantau mobil tersebut agar tak tertinggal jejak. "Kira-kira mereka mau ke mana?" tanya Adel. Matanya terlihat bengkak aki
Aku menunggu kabar mereka, rasanya ingin sekali masuk ke dalam. Apakah mereka tertangkap basah. Aku akan menunggu beberapa menit lagi menunggu kabar mereka. Mungkin saja Mereka bersiap-siap melakukan aksi. Suara ponselku bergetar, panggilan video masuk terlihat di layar pipihku. Segera memasang headset agar terdengar jelas percakapan mereka.Cheri dan Adel duduk di belakang om David. Meletakkan ponsel menghadap mereka. Dan perekam suara di letakkan di belakang bangku om David. Sesuai yang dikatakan Cheri. Cheri selalu membawa peralatan pengintainya agar terdengar jelas percakapan para tersangka dalam misi kami. Gadis itu selalu mendapatkan ide yang cemerlang. "Papa, bagaimana kalau mas Ilham bekerja denganmu?" Rita memanggil om David dengan sebutan papa."Bagaimana, ya? Perusahaan papa belum butuh karyawan. Semua devisi sudah terisi. Lagian Ilham masih pemilik perusahaan Intan.""Perusahaan t
Mataku tak sengaja menatap seseorang di pinggir jalan. Bajunya lusuh, penampilan acak-acakkan. Ia terduduk dengan wajah menunduk. Tapi, aku sempat melihat bentuk mukanya."Cheri, berhenti! Itu!" teriakku mendadak. Mereka yang berada di mobil menoleh ke arah yang sama Cheri ikut menoleh ke arah jariku, ia baru menyadari sesuatu. Kakinya menginjak rem tiba-tiba, hingga tubuh kami maju kedepan. Untung saja tak ada orang lain selain mobil kami.Tangan kami bertiga membuka pintu serempak, Kami bergegas turun dan menghampiri wanita di pinggir jalan. penampilannya begitu menusuk hati. Setiap orang yang melihat hal ini pasti berpikir ia orang gila. Suara isakan terdengar memilukan hati."Bunda ... Bunda ...," panggil Adel lirih. langkahnya perlahan mendekati wanita yang telah melahirkannya. Wanita yang paling berharga dalam hidupnya. Adel segera memeluk bundanya. Walaupun wanita di hadapan Adel tak meresp
"Astaga, ternyata ada orang. Aku pikir hantu di siang hari," ocehku.Mengapa bertemu dengannya disaat tak tepat. Ngapain juga pemuda ini di sini."Hantu, aku takut!" ledek Rico."Ada apa kamu sapa aku?""Apa tak boleh aku menyapa. Setidaknya, kita pernah tinggal satu atap.""Tak malu menyapaku setelah adikmu menghancurkan rumah tanggaku," sindirku. Pemuda yang tak tahu malu."Itu masalah adikku bukan aku. Anggap saja kita berteman.""Jangan mimpi!" Aku melanjutkan kembali langkahku. Lengan tanganku ditarik olehnya. Dalam hitungan detik memutar tangannya ke arah belakang tubuhnya.Ia meringis kesakitan. Pemuda itu belum kapok juga ternyata. Setelah kuhajar mukanya."Mau ku hajar atau pergi!" ancamku."Au! Sakit Intan!""Kamu gak jera juga ternyata. Mau dihantam!""Tidak! Tidak! Lepaskan aku!""Jika, berte
Kami menuju lift basement satu ke lantai lima. Om Arga langsung masuk ke dalam ruangan VIP tempat rawat inap bundanya Adel."Mba ...." Om Arga terdiam melihat keadaan kakaknya yang kacau. Perban di kening dan lengan. Ia hendak mendekati kakaknya. "Jangan mendekat! Pergi!" Wajahnya ketakutan seolah-olah akan menyakitinya."Mba, aku Arga.""Pergi! Lelaki jahanam! Pergi!" Melempar apa saja yang ada disekitarnya. Berteriak dan memaki hingga para perawat datang menghampiri. Memberi suntikan penenang.Melihat kejadian itu, Wajah om Arga memerah dan tangannya mengepal. "Berengsek! Berani sekali dia menyakiti kakakku. Akan aku balas!" ucapnya tertahan. Menahan emosi yang meluap-luap. Siapa dia yang dimaksud om Arga. Apakah om David atau orang lain. Pasti lelaki itu menyimpan rahasia tersembunyi.Om Arga pergi begitu saja, aku menatap Cheri memberi kode akan mengejarnya."Om tunggu!"Dia terus berjalan memasuki lift tanpa mendengar panggilanku. Langkahnya sangat panjang dan cepat sehingga
"Apa kamu bisa dipercaya?" Menatap bola matanya. Lelaki itu tak berbohong."Tentu saja, tanyakan saja pada mereka."Kedua penjaga yang berdiri tak jauh darinya menganggukkan kepala."Jangan percaya dia pembohong!" bantah om Arga."Terserah kalian mau percaya atau tidak. Aku tak menyakiti wanita," ungkapnya. "Dulu kamu menyakiti mba Elsi. Kamu culik dia di saat David keluar kota. Kamu sekap dia dan memperkosanya berkali-kali. Kamu bej*t! Kamu memaksa dia untuk melayaninya hingga ia hamil di saat malam pertamanya. Untung saja David tak tahu. Tapi, seseorang telah memberitahu hal ini. Aku yakin ini ulahmu!""Kalau saja dia tak mempermalukanku, aku tidak akan melakukannya. Aku mendekatinya baik-baik. Melakukan hal romantis yang tak pernah diberikan David.""Kamu bodoh! Dia sudah bertunangan dan kamu malah mengejarnya. Mba Elsi bukan wanita murahan!""Bagiku semua wanita sama saja," ucapnya merendahkan."Ternyata kamu bajingan kampung. Sudah bodoh masih saja sombong," ejekku geram."Hei,