Share

Datangnya selingkuhan suamiku

Pagi itu masih subuh, Lina sibuk di dapur dan memasak, tubuhnya terlihat lemas dan matanya membengkak, sepertinya dia tidak bisa tidur semalaman memikirkan suaminya, hingga pada akhirnya dia hanya bisa menangis sendirian semalaman.

Sambil memasak dia melamun, memikirkan apa yang akan dia lakukan jika suaminya benar selingkuh, apakah dia bisa memaafkannya? Tapi dia masih sangat mencintai suaminya.

Tiba-tiba suara ketukan keras terdengar, Lina yang melamun segera berlari ke arah suara itu berasal.

Itu pasti mas Zaky? pikirnya, ada kelegaan terlihat dari wajahnya. Dia mempercepat jalannya lalu dengan semangat dia menarik kunci dan membuka pintu.

"Mas Zaky sudah pu —"

Belum selesai dia mengucapkannya, bibirnya segera terhenti setelah dia menemukan seorang wanita bergelayutan di lengan suaminya dengan senyum manja.

Lina terdiam menatap kosong pada wanita itu, Dia mengingat mimpinya kemarin dan foto yang dikirim temannya padanya, seorang wanita yang sepertinya jauh lebih muda darinya dengan penampilan seperti orang desa, daster lusuh bercorak bunga dengan wajah biasa saja, tersenyum mengejek menatapnya.

"Siapa kau? Jangan sentuh suamiku!" bentak Lina sambil menyingkirkan tubuh wanita itu dari suaminya.

Entah kenapa dia tidak bisa menahan emosinya, rasa sakit dan amarah bercampur sampai dia tidak bisa mengontrol perilakunya yang terlihat kekanakan.

"Lina!" bentak Zaky setelah melihat wanita itu terdorong sampai hampir jatuh.

Zaky bergegas membantu wanita itu lalu merangkul bahunya. "Kau baik-baik saja kan?"

Lina tercengang melihat sikap suaminya, tanpa rasa bersalah dia membela dan bahkan bersikap mesra tepat di depan matanya, bahkan membentaknya di depan wanita itu, dadanya semakin sesak dan hati Lina semakin terluka dan hancur.

"Mas, apa yang mas lakukan? ternyata mas benar selingkuh? Dan wanita itu selingkuhanmu mas?"

Suara bergetar Lina penuh emosi, dengan jari menunjuk wanita itu, air matanya jatuh membasahi pipinya.

"Lin, ayo masuk dulu ke dalam, jangan di sini, nanti banyak orang yang melihat." Zaky berkata sambil melihat sekeliling.

Untungnya masih subuh jadi belum banyak orang beraktivitas, hanya satu dua orang yang lewat dan melirik ke arah mereka sebentar.

Zaky merangkul tubuh Lina dan membawanya masuk setelah menyuruh masuk wanita itu ke dalam rumah lebih dulu.

Mereka duduk di atas tikar jerami di ruang tamu rumah yang sebelumnya terdapat 2 sofa dan meja dari kayu jati. Zaky terpaksa menjualnya untuk mencicil hutang bulanan mereka di bank yang semakin membengkak.

Setelah melahirkan Fahmi anak pertamanya, usaha milik Zaky tiba-tiba bangkrut dengan banyak hutang disana-sini.

Sebelumnya Zaky memiliki usaha coffee shop yang sangat ramai dan terkenal, coffee shop yang menyediakan banyak varian menu, bukan hanya menu yang berasal dari kopi, tapi berbagai menu lainnya, dan dari situlah Zaky berhasil membeli rumah dan mobil, usaha yang dia tekuni saat masih sangat muda, berkat itu Lina mau menikahinya dan meninggalkan kariernya yang seorang penyanyi.

Tapi tidak ada yang tahu kalau usaha itu bisa bangkrut, Zaky menganggur dan bekerja serabutan, sampai akhirnya harus menjual barang-barang di rumah salah satunya sofa kulit itu yang harga saat beli sangat mahal.

"Ada apa ini mas? Siapa wanita itu?"

Lina yang masih sulit menenangkan emosi bertanya dengan marah sambil menatap benci pada sosok di depannya.

Zaky yang awalnya duduk di sebelah Lina bergeser ke samping wanita itu.

"Kenalin dulu, namanya Nanda, dia akan jadi  salah satu keluarga kita.”

Deg!

Jantung Lina berdegup kencang, dia tahu arah pembicaraan suaminya. Sebelum dia mengatakan apa pun, Zaky melanjutkan. “Dia sudah mengandung anakku dan aku akan segera menikahinya, anggap dia sebagai adikmu."

Raut wajah Zaky terlihat berdosa setelah mengatakan itu.

Bak petir di siang bolong hati Lina  terguncang sangat hebat, apa yang diucapkan suaminya tidak jauh berbeda dengan mimpinya.

Ternyata suaminya benar menghianatinya, selingkuh diam-diam tanpa sepengetahuannya, sejak kapan hubungan mereka dimulai? Bahkan sampai wanita itu hamil, itu berarti mereka melakukan hubungan suami istri dan tidak hanya sekali, sampai bisa membuatnya mengandung anak suaminya.

"Mas! Jadi kamu benaran selingkuh?"

Lina berdiri menatap Zaky tidak percaya, tatapannya kosong, Zaky yang masih duduk di bawah segera berdiri, dia mencoba memeluk Lina seolah ingin menenangkannya.

"Jangan sentuh aku mas! Aku jijik sama kamu!"

Dengan keras Lina mendorong suaminya dan mendekati Nanda.

"Kau! Dasar pelakor! Berani-beraninya merebut suami orang! Apa kau tidak punya harga diri? Di mana hatimu?"

Lina mendorong dan menjambak rambut panjang Nanda yang di kuncir ekor kuda.

"Ah, sakit ... mas Zaky ..."

Air mata Nanda mengalir sambil merintih kesakitan, wajahnya terlihat memelas menatap Zaky meminta pertolongan.

"Lin! Lepaskan! Apa kau gila? Kau seperti anak-anak! Bisa-bisanya kau menjambak orang!"

Zaky mencoba melepaskan tangan Lina dari rambut Nanda, membuatnya tidak sengaja mendorong tubuh Lina sampai hampir terjatuh.

"Mas, kamu tega ya? Kamu ngak ingat anakmu? Aku benci kamu mas!"

"Lin, Lina! Dengarkan penjelasanku dulu."

Zaky beralih memeluk Lina dan membawanya ke dalam kamar.

"Lepasin mas! Lepasin!"

Dengan sekuat tenaga Lina mencoba memberontak, tapi tubuhnya yang lemah tidak membuat perubahan apa pun. Dia masih dalam pelukan suaminya, Zaky.

Keduanya di dalam kamar, sunyi, tidak terdengar suara apa pun dari luar, Nanda yang ditinggal sendirian hanya bisa menatap pintu kamar yang tertutup rapat, sambil sesekali mengamati isi rumah sambil tersenyum aneh.

"Jadi siapa dia mas?"

Akhirnya Lina membuka mulutnya setelah keheningan yang cukup lama. Dia sudah sedikit tenang setelah Zaky memeluk paksa tubuhnya, keduanya masih berpelukan, Zaky masih tidak mau melepaskannya.

"Maafkan mas Lin, mas benar-benar minta maaf, seperti yang mas katakan tadi, mas harus menikahi dia."

"Jadi benar mas selama ini selingkuh dariku? Kapan itu mas? Sejak kapan? Kenapa mas tega sekali padaku?"

Suara Lina semakin terisak, dia mengepalkan kedua tangannya erat-earat lalu memukul-mukul dada Zaky.

"Mas khilaf Lin, saat itu sebenarnya mas hanya iseng dan main-main, tapi mas malah khilaf dan berbuat salah, aku layak dihukum Lin, jadi tidak apa-apa kalau kau menghukum mas, pukul aku sepuasmu."

Mendengar ucapan suaminya, Lina semakin keras memukulnya, tapi amarah dan rasa sakitnya masih ada dan tidak berkurang, meski dia memukulnya, sampai akhirnya dia kelelahan dan menghentikan pukulannya. Dia menatap putranya yang masih terlelap di samping kasur, meski ada keributan.

"Lihat anakmu mas, apa kau tidak ingat anakmu saat melakukannya?"

Lina kembali menangis melihat putranya yang masih kecil, memikirkan ke depannya mungkin harus besar tanpa ayah.

"Maafkan aku Lin, mas benar-benar khilaf, kalau saja aku bisa memutar waktu, aku tidak akan melakukannya, sekarang nasi sudah menjadi bubur, aku harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah aku lakukan."

Lina terdiam, dia menatap Zaky yang juga matanya basah, dia menangis di depan istrinya, yang tidak pernah sekalipun dia tunjukkan air matanya di depannya, tapi air matanya tidak membuat Lina merasa kasihan dan memberinya maaf.

"Maaf mas, tapi aku tidak mau di madu."

Begitu ucap Lina, dia bangkit dan melepaskan tubuhnya dari pelukan Zaky yang tidak menyangka jawaban itu keluar dari mulut istrinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status