Share

Hadirnya istri kedua
Hadirnya istri kedua
Penulis: Aizza Zhee

Sebuah Pertanda

"Dia istriku yang kedua, perlakukan dia dengan baik, jangan memarahinya dan aku berharap kalian bisa akur."

Jantung Lina tiba-tiba berhenti mendengar ucapan suaminya memperkenalkan seorang wanita yang berdiri tepat di sampingnya. Wanita itu  sedang menempel manja pada tubuh suaminya dengan senyum penuh kemenangan menatap kedua matanya.

Jeder!

Suara petir terdengar sangat keras, membuat Lina yang tertidur pulas terperanjat kaget dan terbangun dengan keringat dingin mengucur di wajahnya, dia bermimpi, mimpi yang terasa nyata.

Sambil mengelap keringat dengan telapak tangannya, dia terdiam membeku beberapa saat memikirkan mimpinya dan bertanya-tanya makna dari mimpinya, bukan tanpa alasan, karena mimpinya selalu menjadi kenyataan. Memikirkan itu tubuhnya tiba-tiba terasa lemas, kepalanya pun terasa pening.

"Ah, hanya bunga tidur." Lina berusaha mengabaikannya.

Setelah menenangkan diri, Lina baru menyadari bahwa ruangan yang dia tempati sangat gelap, dia menoleh ke samping dan menatap putranya yang masih tertidur lelap. Dia ketiduran setelah menyusui Fahmi, putranya, yang seharian menangis tidak seperti biasanya, hingga membuat dia kelelahan dan ketiduran.

Dengan tubuhnya yang kurus dia berdiri lalu berjalan dengan hati-hati dalam kegelapan, kedua tangan memegang dinding sambil menggerayangi mencari sakral lampu. Tidak lama dia berhenti, lalu.

Ctak!

Lampu pun menyala dan kegelapan itu menghilang, hatinya sedikit tenang melihat ruangan yang sudah terang, tak jauh di atasnya tergantung jam dinding dan dia mendapati jam sudah menunjukkan 6 sore.

"Mas Zaky kok belum pulang?" batinnya.

Dengan perasaan gelisah, Lina berjalan keluar rumah, matanya melihat sekeliling sambil menengok ke kanan dan ke kiri.

Langit sudah gelap dan semakin gelap karena mendung, rintik-rintik hujan mulai turun, beberapa kali suara petir juga terdengar, entah kenapa, hati Lina menjadi semakin gelisah, hatinya terasa tidak enak dan merasakan ketakutan seolah akan terjadi sesuatu.

Sudah 10 hari Zaky, suaminya tidak pulang, setelah berpamitan pergi ke luar kota dengan alasan pekerjaan yang katanya dapat proyek sebuah bangunan, sebenarnya dia merasa aneh karena selama ini suaminya tidak pernah kerja bangunan apalagi sampai ke luar kota, akan tetapi karena dia percaya pada suaminya jadi dia menghilangkan perasaan itu.

Hari ini hari ke 11 yang Zaky janjikan untuk pulang di pagi hari, namun setelah dia menunggu dari pagi, suaminya masih belum sampai rumah.

Setelah beberapa menit berdiri dan berjalan mondar-mandir di depan rumahnya, Lina melangkah memasuki rumah dan mengambil ponselnya, dia mencoba kembali menghubungi suaminya, sudah lebih 30 kali dia menghubungi Zaky, tapi lagi-lagi nomor yang dia hubungi tidak aktif.

Hatinya menjadi semakin gelisah, dia takut terjadi sesuatu pada suaminya. Namun, di tengah kekhawatirannya itu, tiba-tiba muncul pesan dari salah satu temannya.

Teman SMA yang dulu dekat, namun sudah jarang sekali berkomunikasi.

Sebuah foto dan pesan singkat membuat Lina menjatuhkan ponselnya, tubuhnya terlihat gemetar hebat. Foto seorang pria sedang memeluk mesra wanita di sampingnya.

"Lin, bukankah dia suamimu?" Begitu pesan singkat temannya.

Masih berdiri mematung, Lina tidak percaya melihat foto itu, hatinya terasa sakit, dadanya sesak dan air matanya mengalir tanpa dia sadari.

Dia terduduk lemas lalu dengan tubuh yang masih gemetar dia mengambil ponselnya yang tergelatak dilantai dan melihatnya kembali.

Lina masih berusaha untuk berpikir positif, tapi nyatanya, pria difoto itu memang suaminya, meski begitu dia masih berusaha dengan keras menyangkalnya dan masih tetap ingin mempercayai suaminya. Dia mencoba untuk tidak berpikir negatif sebelum mendapatkan penjelasan langsung dari suaminya. Tapi meski begitu, hatinya tetap gelisah, rasa kecewa, sakit hati, dan amarah bercampur jadi satu, ditambah suaminya yang tak kunjung pulang dan nomornya masih tidak bisa dihubungi.

"Bukan, itu bukan suamiku, dia di rumah bersamaku sekarang," balas Lina.

Karena dia tahu temannya itu seorang yang terkenal dengan sebutan ratu gosip, dia berbohong pada temannya, dengan cara menyangkalnya, Lina tidak ingin nama suaminya menjadi rusak dan juga tidak ingin kehidupan rumah tangganya menjadi bahan gosip.

Waktu berjalan begitu saja, sudah jam 9 malam dan masih belum ada kabar apa pun dari suaminya, nomornya masih tidak bisa dihubungi, kegelisahan semakin memuncak, sudah 3 jam dia mondar-mandir keluar masuk rumah berharap suaminya pulang tapi pria yang dia tunggu tak juga tampak. Hujan semakin deras dengan kilatan dan suara petir yang menggelagar.

Merasa tidak tahan, Lina mengambil anaknya yang masih tertidur lalu menggendongnya, dengan payung ditangannya Lina keluar rumah berjalan hati-hati menuju ke suatu tempat. Dia mengeratkan pelukannya pada anaknya yang sudah dia pakaikan jaket ketika angin berembus kencang, wajahnya tampak bersalah.

Setelah berjalan kurang lebih 20 menit, dia sampai di depan rumah mewah. Namun, Pintu rumah itu sudah tertutup rapat dengan suasana sunyi, seperti sang pemilik sudah tertidur, mengingat suasana sangat mendukung.

"Tok! Tok!" suara ketukan pelan.

Tangan Lina yang kedinginan dan gemetar tidak menyisakan kekuatan bahkan untuk sekedar mengetuk pintu.

Dia berhenti sejenak lalu beberapa kali mengetuk pintu sambil memanggil pemilik rumah.

"Mbak Hesti! Mbak! Ini Lina," teriaknya.

Tidak ada sahutan dari dalam, dan juga tidak ada tanda-tanda seseorang membukakan pintu.

"Huwaa ..."

Mungkin karena kedinginan dan di luar cukup lama, tiba-tiba suara tangis keluar dari mulut Fahmi, anaknya yang baru berusia 5 bulan.

Suara tangisnya sangat keras sampai akhirnya seseorang membukakan pintu.

"Lina, ada apa malam-malam begini?"

Wajah kaget seorang wanita setengah baya terlihat dari balik pintu, dia memakai piama tidur dengan rambut kusut yang beberapa helai sudah memutih, melihat Fahmi menangis, dia segera menyuruh Lina masuk. Benar saja tangis Fahmi perlahan meradah, setelah merasakan kehangatan di dalam rumah.

"Anu ... mbak Hesti, bisa hubungi mas Zaky? Mas bilang katanya hari ini akan pulang, tapi sampai jam segini mas belum juga pulang."

Hesti, tidak lain adalah kakak kandung Zaky, kakak yang sangat dihormati Zaky layaknya seorang ibu, karena dari kecil, kakaknya lah yang merawat Zaky semenjak ibunya meninggal dunia saat Zaky baru berusia 5 tahun.

Dengan tatapan heran Hesti menjawab. "Loh, kamu ngak dikasih tahu suamimu?" Melihat Lina menggelengkan kepalanya Hesti melanjutkan. "Besok dia baru pulang, katanya pulangnya ditunda karena proyeknya belum selesai."

"Aku sudah menghubungi mas dari pagi tapi tidak ada balasan dan nomor mas juga tidak aktif."

"Mungkin dia lagi sibuk Lin, kau pulang saja, kasihan anakmu."

Hesti menatap Fahmi yang sedang meringkuk di pelukan Lina sambil menyusu.

Lina masih terdiam, selain menanyakan kepulangan suaminya, sebenarnya dia ingin menunjukkan foto suaminya bersama wanita lain, tapi, setelah sampai di rumah Hesti dan berbicara langsung, tiba-tiba niat untuk memberitahu itu hilang. Dia takut dan tidak cukup berani.

"Lin! Lina!"

Panggilan Hesti menyadarkan Lina yang melamun.

Pada akhirnya Lina berdiri lalu berpamitan.

"Maaf mbak, sudah mengganggu, kalau begitu aku pulang dulu, terima kasih mbak."

Setelah mengatakan itu, Lina segera bangkit dan berjalan pulang.

"Hati-hati! Peluk anakmu biar tidak kedinginan!" teriak Hesti saat Lina berjalan semakin jauh darinya.

"Iya mbak," balas Lina.

Dia berjalan pulang dengan hati yang kecewa. Ternyata suaminya seperti tidak peduli dengannya yang adalah istrinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status