Share

Pernikahan suamiku

Rumah yang biasanya sepi, kini sangat ramai, keluarga dan saudara-saudara jauh dari Zaky yang tidak pernah terlihat, kini sedang bercengkerama di ruang tamu, para tetangga yang biasanya hanya bertegur sapa di jalan juga ikut berkumpul di ruang tamu.

Sementara si pemilik rumah, Zaky masih di dalam kamar, mengamati sosok wanita yang sedang dirias di sampingnya.

Jas berwarna hitam, dengan kemeja warna putih di dalamnya dan celana kain warna hitam, terbalut rapi ditubuh Zaky yang jakun, rambutnya bergelombang tertutup dengan peci warna hitam, wajahnya tampak gugup dengan bercucuran keringat, meski begitu ketampanannya masih bersinar.

Setelah mendapatkan izin dari kakaknya dan istrinya untuk bisa menikahi Nanda, tanpa menunggu lama Zaky segera menggelar acara pernikahannya.

Sebuah pernikahan sederhana dengan hanya mengundang keluarga dan para tetangga, tanpa pesta yang besar, layaknya pernikahannya sebelumnya dengan Lina. Pernikahannya juga hanya pernikahan sirih yang hanya sah menurut agama tanpa perlu mengurus berkas dan mendaftarkan pernikahannya untuk mendapatkan legalitas dari negara.

"Dek, apa masih lama?"

Zaky menatap adik sepupunya yang sekarang sedang membubuhi bibir Nanda dengan lipstik warna merah miliknya yang dia bawah sendiri dari rumah.

Kemarin, Zaky memintanya untuk merias Nanda, dia tidak punya banyak uang untuk menyewa MUA, kebetulan adik sepupunya itu katanya pandai merias dan pernah bekerja menjadi asisten dari seorang MUA jadi Zaky pun meminta tolong padanya.

"Sebentar lagi akan selesai, kak Zaky tolong bersabar sedikit lagi.

Tanpa menoleh pada Zaky, gadis itu fokus merias wajah Nanda, yang beberapa kali dia hapus ulang, mungkin karena sudah lama tidak bekerja ikut MUA, dia menjadi lupa sampai beberapa kali melakukan kesalahan.

Setelah menunggu 3 jam lebih, akhirnya selesai. Kedua calon pengantin keluar dari dalam kamar, disusul di belakangnya sepupu Zaky yang berjalan penuh percaya diri setelah berhasil merias Nanda.

Semua mata para undangan yang dari tadi sudah menunggu kini tertuju pada keduanya, khususnya calon pengantin wanita yang membuat mereka penasaran, belum ada yang melihat Nanda sebelumnya, kecuali Hesti dan Lina, lalu sepupu Zaky yang merias Nanda.

Meski dengan riasan sedikit berantakan, make up tebal dengan lipstik yang terlalu meriah, tapi wajah Nanda terlihat cantik dari sebelumnya saat tanpa make up, meski begitu masih jauh cantik Lina, hanya saja Lina kalah di umur, itu saja.

Tangan hangat menggenggam kedua tangan Lina yang gemetar, ia menoleh dan mendapati Hesti yang dari tadi selalu berada di sampingnya.

Dari pagi Lina sudah sibuk, meski hatinya masih sakit tapi dia masih mau membantu Zaky menyiapkan banyak hal untuk acara pernikahan Zaky. Dia rela bangun lebih pagi untuk masak-masak, dia juga menyambut banyak tamu meski harus merasakan tatapan aneh dari mereka semua.

Semua orang mungkin bertanya-tanya apa yang ada dalam pikiran Lina sampai mau dan rela membagi suaminya dengan wanita lain, meski begitu Lina tidak mengambil pusing, dan bersikap seolah-olah dia baik-baik saja padahal aslinya hatinya sangat hancur.

"Kamu ngak papa Lin?" bisik Hesti.

Hesti takut Lina berubah pikiran dan merusak acara yang sedang berlangsung karena tatapan Lina tiba-tiba berubah menjadi aneh saat melihat Zaky dan Nanda keluar dari kamarnya, itulah sebabnya Hesti menjadi khawatir.

Hati wanita mana yang akan baik-baik saja saat menyaksikan langsung suaminya menikah lagi dengan wanita lain, apalagi sang wanita memakai pakaian pengantin miliknya, dan suaminya juga memakai pakaian yang sama saat menikah dengannya.

"Lin, Lina!"

Hesti mengguncang bahu Lina dan membuatnya tersadar, ia kemudian menundukkan kepalanya sebentar lalu menoleh ke arah Hesti dan berkata. "Aku baik-baik saja."

Hati Lina terasa aneh melihat Nanda memakai pakaian yang dulu dia kenakan saat menikah dengan Zaky, pakaian yang dia simpan rapi sebagai barang berharga yang menyimpan kenangan bahagia kini berubah menjadi kenangan yang menyakitkan.

Meski sudah berusaha keras untuk ikhlas dan menerima, namun itu sangat sulit bagi Lina, dan dia masih harus berpura-pura baik-baik saja di depan banyak orang.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Zaky Arham bin Zainal dengan Nanda sulistya binti Khoiri dengan mas kawin seperangkat alat Shalat dibayar tunai."

Suara berat bapak naib yang menjadi wakil wali untuk menikahkan Nanda terdengar. Nanda yatim piatu, jadi walinya diwakilkan oleh pak naib yang sudah biasa menikahkan banyak orang dengan kasus yang sama.

"Saya terima nikah dan kawinnya Nanda binti Khoiri dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."

Dengan sekali tarikan nafas Zaky menyelesaikan ijab kabulnya, raut lega tergambar jelas di wajahnya.

"Sah!" suara saksi terdengar serentak.

Terlihat senyum bahagia dari kedua mempelai, Nanda menangis terisak penuh haru, sementara Zaky di sampingnya segera memeluknya dengan erat.

Lina yang duduk tidak jauh dari mereka, tertunduk lemas, dia sengaja memalingkan kepalanya agar tidak melihat keduanya bermesraan dan dengan sekuat tenaga dia berusaha menahan air matanya.

Hesti yang duduk di sampingnya mengelus punggungnya lalu memeluknya, dia seolah tahu apa yang dirasakan Lina.

"Maafkan aku Lin, aku tidak bisa mencegah pernikahan mereka, Zaky harus bertanggung jawab, dan gadis itu juga sangat kasihan, mbak ngak tega, apalagi dia yatim piatu dan sedang mengandung anak Zaky, jadi mbak minta kamu bisa memaafkan mbak dan Zaky, belajarlah ikhlas dan menerima apa yang sudah terjadi, mungkin ini sudah takdirmu," bisik Hesti tepat ditelinga Lina.

Lina mengangguk pelan tanpa mengucapkan apa pun, sebenarnya dia marah mendengar ucapan takdir keluar dari mulut Hesti, kalau saja suaminya tidak selingkuh dan setia padanya, semua ini tidak akan pernah terjadi.

Bagaimana bisa ini menjadi takdir untuknya? Bagi Lina itu hanya alasan yang dibuat-buat oleh Hesti agar dia bisa menerimanya, padahal semua adalah kesalahan Zaky sepenuhnya.

"Lin, jadi ..." kata-kata Hesti terputus.

Suara doa dari pak naib membuat dia terdiam dan tidak melanjutkan omongannya, setelah ijab kabul selesai naib membacakan doa yang panjang juga sebuah nasihat untuk keduanya.

Setelah itu, berlanjut acara makan-makan, Lina membantu menyiapkan bersama Hesti dan kerabat Zaky, meskipun agak canggung bersama kerabat Zaky dia tidak mempermasalahkannya, kerabat Zaky dulu tidak menyukainya dan bahkan tidak hadir saat dia dan Zaky menikah.

Untuk keluarga Lina sendiri tidak ada satu pun yang datang, meskipun Lina sudah memberi tahu dan mengundang mereka, mereka tetap tidak mau hadir, keluarganya marah besar terutama pada Lina, bagi keluarganya Lina dianggap bodoh karena mau saja diselingkuhi dan bahkan dipoligami oleh Zaky.

Padahal sebenarnya Lina juga tahu kalau dia sangat bodoh tapi entah kenapa dia tetap melakukannya dan berusaha sangat keras untuk menerimanya. Entah itu karena alasan anaknya atau rasa cintanya pada Zaky.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status