Rumah yang biasanya sepi, kini sangat ramai, keluarga dan saudara-saudara jauh dari Zaky yang tidak pernah terlihat, kini sedang bercengkerama di ruang tamu, para tetangga yang biasanya hanya bertegur sapa di jalan juga ikut berkumpul di ruang tamu.
Sementara si pemilik rumah, Zaky masih di dalam kamar, mengamati sosok wanita yang sedang dirias di sampingnya.
Jas berwarna hitam, dengan kemeja warna putih di dalamnya dan celana kain warna hitam, terbalut rapi ditubuh Zaky yang jakun, rambutnya bergelombang tertutup dengan peci warna hitam, wajahnya tampak gugup dengan bercucuran keringat, meski begitu ketampanannya masih bersinar.
Setelah mendapatkan izin dari kakaknya dan istrinya untuk bisa menikahi Nanda, tanpa menunggu lama Zaky segera menggelar acara pernikahannya.
Sebuah pernikahan sederhana dengan hanya mengundang keluarga dan para tetangga, tanpa pesta yang besar, layaknya pernikahannya sebelumnya dengan Lina. Pernikahannya juga hanya pernikahan sirih yang hanya sah menurut agama tanpa perlu mengurus berkas dan mendaftarkan pernikahannya untuk mendapatkan legalitas dari negara.
"Dek, apa masih lama?"
Zaky menatap adik sepupunya yang sekarang sedang membubuhi bibir Nanda dengan lipstik warna merah miliknya yang dia bawah sendiri dari rumah.
Kemarin, Zaky memintanya untuk merias Nanda, dia tidak punya banyak uang untuk menyewa MUA, kebetulan adik sepupunya itu katanya pandai merias dan pernah bekerja menjadi asisten dari seorang MUA jadi Zaky pun meminta tolong padanya.
"Sebentar lagi akan selesai, kak Zaky tolong bersabar sedikit lagi.
Tanpa menoleh pada Zaky, gadis itu fokus merias wajah Nanda, yang beberapa kali dia hapus ulang, mungkin karena sudah lama tidak bekerja ikut MUA, dia menjadi lupa sampai beberapa kali melakukan kesalahan.
Setelah menunggu 3 jam lebih, akhirnya selesai. Kedua calon pengantin keluar dari dalam kamar, disusul di belakangnya sepupu Zaky yang berjalan penuh percaya diri setelah berhasil merias Nanda.
Semua mata para undangan yang dari tadi sudah menunggu kini tertuju pada keduanya, khususnya calon pengantin wanita yang membuat mereka penasaran, belum ada yang melihat Nanda sebelumnya, kecuali Hesti dan Lina, lalu sepupu Zaky yang merias Nanda.
Meski dengan riasan sedikit berantakan, make up tebal dengan lipstik yang terlalu meriah, tapi wajah Nanda terlihat cantik dari sebelumnya saat tanpa make up, meski begitu masih jauh cantik Lina, hanya saja Lina kalah di umur, itu saja.
Tangan hangat menggenggam kedua tangan Lina yang gemetar, ia menoleh dan mendapati Hesti yang dari tadi selalu berada di sampingnya.
Dari pagi Lina sudah sibuk, meski hatinya masih sakit tapi dia masih mau membantu Zaky menyiapkan banyak hal untuk acara pernikahan Zaky. Dia rela bangun lebih pagi untuk masak-masak, dia juga menyambut banyak tamu meski harus merasakan tatapan aneh dari mereka semua.
Semua orang mungkin bertanya-tanya apa yang ada dalam pikiran Lina sampai mau dan rela membagi suaminya dengan wanita lain, meski begitu Lina tidak mengambil pusing, dan bersikap seolah-olah dia baik-baik saja padahal aslinya hatinya sangat hancur.
"Kamu ngak papa Lin?" bisik Hesti.
Hesti takut Lina berubah pikiran dan merusak acara yang sedang berlangsung karena tatapan Lina tiba-tiba berubah menjadi aneh saat melihat Zaky dan Nanda keluar dari kamarnya, itulah sebabnya Hesti menjadi khawatir.
Hati wanita mana yang akan baik-baik saja saat menyaksikan langsung suaminya menikah lagi dengan wanita lain, apalagi sang wanita memakai pakaian pengantin miliknya, dan suaminya juga memakai pakaian yang sama saat menikah dengannya.
"Lin, Lina!"
Hesti mengguncang bahu Lina dan membuatnya tersadar, ia kemudian menundukkan kepalanya sebentar lalu menoleh ke arah Hesti dan berkata. "Aku baik-baik saja."
Hati Lina terasa aneh melihat Nanda memakai pakaian yang dulu dia kenakan saat menikah dengan Zaky, pakaian yang dia simpan rapi sebagai barang berharga yang menyimpan kenangan bahagia kini berubah menjadi kenangan yang menyakitkan.
Meski sudah berusaha keras untuk ikhlas dan menerima, namun itu sangat sulit bagi Lina, dan dia masih harus berpura-pura baik-baik saja di depan banyak orang.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Zaky Arham bin Zainal dengan Nanda sulistya binti Khoiri dengan mas kawin seperangkat alat Shalat dibayar tunai."
Suara berat bapak naib yang menjadi wakil wali untuk menikahkan Nanda terdengar. Nanda yatim piatu, jadi walinya diwakilkan oleh pak naib yang sudah biasa menikahkan banyak orang dengan kasus yang sama.
"Saya terima nikah dan kawinnya Nanda binti Khoiri dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai."
Dengan sekali tarikan nafas Zaky menyelesaikan ijab kabulnya, raut lega tergambar jelas di wajahnya.
"Sah!" suara saksi terdengar serentak.
Terlihat senyum bahagia dari kedua mempelai, Nanda menangis terisak penuh haru, sementara Zaky di sampingnya segera memeluknya dengan erat.
Lina yang duduk tidak jauh dari mereka, tertunduk lemas, dia sengaja memalingkan kepalanya agar tidak melihat keduanya bermesraan dan dengan sekuat tenaga dia berusaha menahan air matanya.
Hesti yang duduk di sampingnya mengelus punggungnya lalu memeluknya, dia seolah tahu apa yang dirasakan Lina.
"Maafkan aku Lin, aku tidak bisa mencegah pernikahan mereka, Zaky harus bertanggung jawab, dan gadis itu juga sangat kasihan, mbak ngak tega, apalagi dia yatim piatu dan sedang mengandung anak Zaky, jadi mbak minta kamu bisa memaafkan mbak dan Zaky, belajarlah ikhlas dan menerima apa yang sudah terjadi, mungkin ini sudah takdirmu," bisik Hesti tepat ditelinga Lina.
Lina mengangguk pelan tanpa mengucapkan apa pun, sebenarnya dia marah mendengar ucapan takdir keluar dari mulut Hesti, kalau saja suaminya tidak selingkuh dan setia padanya, semua ini tidak akan pernah terjadi.
Bagaimana bisa ini menjadi takdir untuknya? Bagi Lina itu hanya alasan yang dibuat-buat oleh Hesti agar dia bisa menerimanya, padahal semua adalah kesalahan Zaky sepenuhnya.
"Lin, jadi ..." kata-kata Hesti terputus.
Suara doa dari pak naib membuat dia terdiam dan tidak melanjutkan omongannya, setelah ijab kabul selesai naib membacakan doa yang panjang juga sebuah nasihat untuk keduanya.
Setelah itu, berlanjut acara makan-makan, Lina membantu menyiapkan bersama Hesti dan kerabat Zaky, meskipun agak canggung bersama kerabat Zaky dia tidak mempermasalahkannya, kerabat Zaky dulu tidak menyukainya dan bahkan tidak hadir saat dia dan Zaky menikah.
Untuk keluarga Lina sendiri tidak ada satu pun yang datang, meskipun Lina sudah memberi tahu dan mengundang mereka, mereka tetap tidak mau hadir, keluarganya marah besar terutama pada Lina, bagi keluarganya Lina dianggap bodoh karena mau saja diselingkuhi dan bahkan dipoligami oleh Zaky.
Padahal sebenarnya Lina juga tahu kalau dia sangat bodoh tapi entah kenapa dia tetap melakukannya dan berusaha sangat keras untuk menerimanya. Entah itu karena alasan anaknya atau rasa cintanya pada Zaky.
"Tidak bisa kah kamu ke rumah mbak Hesti saja?" ucap Zaky membangunkan Lina yang tertidur pulas.Tidak lama setelah acara selesai dan tamu undangan pergi dan hanya menyisakan beberapa keluarga Zaky, Lina memasuki kamarnya sambil membawa Fahmi yang tertidur kelelahan seharian bermain dengan anak-anak tetangga sebayanya.Lina menangis di kamar sendirian, air mata yang ia tahan tidak lagi terbendung, ia menangis sampai ketiduran.Masih setengah sadar, Zaky mengulanginya. "Pergilah ke rumah mbak Hesti.""Kenapa mas?"Wajah bingung Lina tergambar jelas di wajahnya, dia tidak mengerti maksud suaminya yang tiba-tiba membangunkannya yang baru saja tertidur dan menyuruhnya ke rumah kakaknya."Malam ini malam pertamaku dengan Nanda jadi ..."Fahmi terdiam, dia ragu-ragu hingga membuatnya tidak melanjutkan perkataannya, matanya melihat sekeliling menghindari tatapan Lina yang mengerti maksudnya."Mas, itu bukan malam pertamamu lagi, apa m
Suara azan subuh membangunkan Lina, seperti biasa dia akan terbangun di jam-jam seperti itu, entah lebih cepat atau lambat sesekali, dia membuka matanya dan menatap putranya yang masih terlelap dalam pelukannya."Ugh ..."Suara rintihan keluar dari mulutnya tidak lama setelah dia menggerakkan tubuhnya untuk bangun.Wajahnya tampak kelelahan, sepertinya hasil dari kemarin dia sibuk ke sana ke mari menyiapkan acara suaminya. Meski begitu dia tidak kembali membaringkan tubuhnya.Lina beranjak dari kasur dan melakukan rutinitas seperti biasanya. Dia menunaikan Shalat subuh, setelah itu dia lalu berjalan ke dapur untuk memasak.Sambil berjalan, matanya tertuju pada pintu kamar yang letaknya tepat di sebelah dapur. Pintu bercat hijau yang masih tertutup rapat, pintu kamar yang ditempati pasangan baru, yang masih gelap dan sunyi seolah tidak ada kehidupan.Lina hanya menatapnya dan berlalu begitu saja, meski kejadian semalam masih tergambar jelas di otak Lina,
"Sebaiknya kau keluar," ucap Zaky pada Lina.Dengan wajah malu-malu Zaky menyembunyikan tubuhnya di belakang Nanda sembari berusaha keras menutupi beberapa bagian tubuhnya dengan tangannya, setelah baru saja menyadari bahwa dia tidak memakai apa pun di tubuhnya.Segera Lina menuruti perintah Zaky, dan berjalan keluar dari kamar itu, meski dengan hati yang mengganjal.Setelah Lina keluar, Zaky melepas pelukannya lalu menutup pintu kamar.Zaky memeluk kembali Nanda dan membawanya ke tempat tidur sambil mencoba menenangkannya."Kau baik-baik saja kan? Sudah jangan menangis."Ucap Zaky setelah mengamati tubuh Nanda dari ujung kaki hingga ujung kepala, dia tidak menemukan luka apa pun, hanya memar merah sedikit di bahunya yang mungkin tadi terbentur dinding."Tapi di sini sakit mas," keluh Nanda memegang lengannya yang sedikit memerah sambil mengusap air matanya.Zaky yang orangnya tidak tegahan, segera mengelusnya sambil meniup-niu
Apa yang sebenarnya terjadi adalah, beberapa bulan yang lalu, saat setelah usaha Zaky bangkrut dan mereka kekurangan uang, Lina menceritakan apa yang sedang terjadi pada salah satu sahabatnya, saat itulah sahabatnya menyarankan untuk kembali bernyanyi."Coba saja kembali menyanyi, kamu punya suara yang disukai banyak orang, jadi meskipun kamu sudah lama tidak bernyanyi mereka pasti masih mau menerimanya, tidak apa jika tidak bisa seaktif dulu, kamu juga pasti sibuk mengurus anakmu, jadi hanya sesekali manggung saja akan cukup untuk memenuhi kebutuhan kalian."Begitu ucap Cindy, sahabatnya Lina yang masih setia dan selalu ada untuk Lina.Mereka saling mengenal sejak lama, saat Lina memulai kariernya sebagai penyanyi, keduanya dipertemukan dan berjuang bersama sampai akhirnya sukses bareng.Namun, karier Lina 7 tahun sebagai penyanyi yang cukup terkenal dia tinggalkan begitu saja setelah menikahi Zaky."Maaf Cin, tidak jadi, mas Zaky melarangny
Prang!Piring yang berisi nasi dan lauk di atasnya, terjatuh dan membentur lantai dengan sangat keras, piring berwarna putih bening itu pecah menjadi beberapa bagian bersama isinya yang juga ke mana-mana mengotori lantai yang tadi pagi Lina pel.Nanda kesal dan marah karena Zaky terlalu lama menghabiskan waktu bersama Lina di dalam kamar, dia cemburu sampai akhirnya dia sengaja menjatuhkan piring milik Zaky yang baru beberapa sendok Zaky memakannya.Zaky berpesan pada Nanda bahwa dia hanya sebentar, jadi Nanda memutuskan untuk menunda makan meski dia masih kelaparan, berharap bisa memulai dan mengakhiri makan bersama Zaky, tapi ternyata tidak seperti yang Zaky katakan, Nanda menunggu cukup lama, dan Zaky tak kunjung keluar dari kamar itu, Karena itu, Nanda melakukan sesuatu yang bisa membuat Zaky kembali dan menemaninya."Nanda, apa yang terjadi?" teriak Zaky.Masih dengan nafas yang tersengal Zaky tiba di samping Nanda, dia mencoba membangunkan Na
"Mas, mbak Lina kenapa lama sekali? Aku sudah tidak sabar ingin sekali makan mangga muda."Sudah 1 jam lebih tapi Lina masih belum pulang, 2 orang yang sedang menunggu Lina beberapa kali menatap ke arah pintu berharap sosok Lina muncul."Mungkin sedang antre, dia juga tidak membawa motor, mangkanya sangat lama," jelas Zaky menenangkan Nanda yang wajahnya tampak cemberut.keduanya sedang bersantai di depan TV sambil tiduran, dengan Nanda berada di pelukan Zaky, kepalanya yang kecil bersandar di lengan Zaky.Tidak lama keduanya kembali fokus pada layar TV, mereka sedang menonton sebuah ajang pencarian bakat menyanyi, dengan salah satu jurinya adalah penyanyi terkenal yang masih muda dan tampan, dan tatapan Nanda terus berfokus pada pria itu, mulai dari acara itu dimulai."Mas, aku ngefans banget sama dia."Nanda menunjuk pada juri muda tampan itu, dan mengatakannya dengan mata berbinar."Kamu mengenalnya?" Bukankah selama ini kamu di lu
Lina meletakkan keresek berwarna hitam yang berisi 3 buah mangga di ruang tamu, tepat di samping Zaky, segera setelah dia sampai di rumah.Wajahnya terlihat pucat dan kelelahan, dengan keringat menetes dari dahinya yang putih. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Lina segera menuju ke kamarnya.Namun, saat dia baru berjalan 2 langkah, Zaky mengatakan sesuatu yang membuatnya terpaksa menghentikan langkahnya. "Lin, ada yang ingin aku katakan."Lina menoleh dengan wajah kesal, namun dia segera menjawabnya. "Mas, aku capek, nanti saja."Suasana tiba-tiba sunyi, hanya terdengar suara dari TV karena jawaban Lina yang tak terduga.Saat Lina menunggu persetujuan dari Zaky, dia melirik Zaky dan mendapati Nanda yang sedang menyikut-nyikut lengan Zaky, sampai akhirnya Zaky membuka mulutnya lagi."Tapi ini sangat penting Lin."Melihat itu Lina menjadi kesal, dia jadi paham bahwa Nanda lah yang membuat Zaky terus memaksanya."Maaf mas, tapi a
"Nanda, bisa kah kamu membantu? Tinggal sedikit saja, tolong lanjutkan."Sambil menggendong Fahmi yang menangis, Lina menghampiri Nanda yang sedang menonton TV."Mbak, tubuhku gambang lelah, karena aku hamil jadi aku tidak boleh banyak bergerak."Padahal Lina hanya memintanya untuk mengeringkan pakaian dengan cara menjemurnya di jemuran yang lokasinya di samping rumah.Seperti yang dikatakan Zaky kemarin, mereka membuka jasa cuci baju, dan itu segera terealisasikan, berkat ide Lina dalam berpromosi, selain berpromosi secara online, dia juga menyuruh Zaky memasang pamflet besar yang dipasang di depan rumah dan juga menyebar tempelan poster-poster di beberapa tempat.Sudah seminggu berlalu, awalnya hanya 1 atau 2 orang yang menggunakan jasa mereka, tapi semakin lama makin banyak pelanggan, karena banyak pelanggan lebih menyukai mencuci baju secara manual pakai tangan dari pada pakai mesin cuci jadi banyak sekali yang berminat.Berkat itu, Lina