Share

Beda Keyakinan

Author: Syamwiek
last update Huling Na-update: 2025-12-03 12:22:33

Kami masih duduk menikmati pemandangan sungai ketika adzan Dzuhur berkumandang dari mushola kecil sebelah resto. Aku langsung merapikan rambut dan berdiri.

“Mas, Mbak, aku ke mushola dulu ya,” ujarku sambil mengambil tas kecilku.

Mbak Nindi tersenyum. “Iya, Dek. Silakan.”

Aku mengangguk. “Mbak Nindi ikut?”

Mbak Nindi menggeleng pelan. “Aku nggak sholat, Dek.”

Refleks aku bertanya, polos, tanpa berpikir jauh, “Oh, lagi halangan ya, Mbak?”

Begitu ucapan itu keluar, seketika otakku menampar diriku sendiri.

BODOH BINAR.

Karena…

Barusan kami main tubing.

Loncat-loncat.

Kejedot batu.

Kebawa arus.

Mana ada orang menstruasi mau ikut beginian.

Jantungku langsung terasa mencelos. Ada hawa dingin naik dari tulang belakang.

Aku mencoba menepis pikiran yang—aku berharap banget—SALAH.

Mbak Nindi menatapku sebentar, tidak tersinggung, hanya tampak hati-hati.

“Aku nggak sholat karena—” Dia berhenti, menarik napas pelan. “Nggak apa-apa, kan, kalau aku jujur?”

Aku mengangguk cepat. “I-iya, Mbak. Tentu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (11)
goodnovel comment avatar
eny123pgc
beda keyakinan itu sangat berat, jika hanya beda kasta atau beda negara masih gampanglah. jarak yg diciptakan manusia masih bisa ditembus, tapi jarak karena keyakinan? jangan main²
goodnovel comment avatar
Mbak Nana
semoga benar nindi bisa satu keyakinan sama pandu kalau mau serius dengan nya
goodnovel comment avatar
Almira Larasati
Selalu ada di pihak Mas Pandu ya Bin. Kasih semangat biar Mas Pandu ngga merasa sendirian
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Sapaan Sarkas

    Lampu merah masih menyala. Mas Danish masih berdiri di luar jendela mobil dengan senyum sumringah ala sales kejar target.Aku akhirnya menghembuskan napas pasrah. “Oke, sini deh satu,” ujarku sambil membuka kaca lebih lebar.Dia mengambil satu styrofoam dari kotak besar yang dibawanya, lalu menyerahkannya padaku.“Nih, Bee,” Mas Danish menyodorkan satu kotak styrofoam dengan senyum sumringah. “Kalau tahu bakal ketemu kamu, tadi aku bawain yang spesial.”Aku cepat-cepat mengangkat tangan, menolak halus. “Gak usah, Mas. Ini aja udah alhamdulillah banget—dapet nasi box gratis.”Mas Danish terkekeh. “Kamu mau ke mana? Dandan rapi banget.”“Ke rumah Oma Wening,” jawabku singkat.“Oh—”Belum sempat dia melanjutkan kalimat, krek!Kaca mobil di sisiku langsung naik otomatis dengan kecepatan yang tidak manusiawi.Aku langsung menoleh cepat ke samping.Om Kais duduk santai, satu tangan di setir dan satu lagi menekan tombol kaca. Wajahnya terlihat tenang, tapi sorot matanya jelas menunjukkan kes

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Ah, Dia Lagi!

    Aku berdiri di depan cermin full body, memicingkan mata menilai pantulan diriku sendiri. Rasanya seperti mau sidang skripsi, bukan dijemput calon suami.“Hmm, baju oke,” gumamku sambil merapikan kerah blouse yang kupakai. “Celana juga oke. Wangi oke. Hidung gak begitu mancung tapi nggak apa-apa, aman.”Aku mendekat ke cermin, memeriksa eyeliner. “Sayap kiri sempurna. Sayap kanan—” Aku mendesah. “Yah, miring dikit, tapi biarin. Om Kais nggak akan nge-zoom sampai pori-pori juga.”Lalu aku cek rambut. Kubolak-balik ke kanan dan kiri.“Rambut rapi, volumenya lumayan. Ah! Jepit kupu-kupu!” Aku buru-buru mengambil jepit favoritku dan menyelipkannya di sisi rambut. “Perfect. Imut—tapi elegan. Calon istriable.”Aku berputar sekali, memastikan semuanya aman dari segala sudut pandang.Terakhir, aku cek parfum. Dua semprot lagi. “Biar kalau dia peluk langsung auto amnesia sama semua deadline kantornya,” bisikku nakal.Handphone-ku bergetar.Satu pesan dari Om Kais—📩Kais: “Lima menit lagi sampa

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Si Paling Manja

    “Aku nggak bisa bukanya,” ujarku sambil menyodorkan toples ke Om Kais. “Kemarin tanganku kena pisau waktu masak.”Om Kais langsung terlihat panik. Dia memegang tanganku, memeriksanya dengan seksama.Padahal lukanya cuma segores kecil—yang sengaja kubesar-besarkan.Sampai Papa yang duduk di sofa single bergidik ngeri melihat tingkahku.“Jangan masak lagi! Biar sembuh dulu lukanya,” kata Om Kais sambil mengusap lembut area yang sudah mulai kering itu.Aku mengerjap manja.“Terus aku makan apa nanti?” tanyaku dengan tatapan memelas, seolah-olah lukaku parah sekali.Papa mendengkus. “Memangnya selama ini yang masak siapa, Dek?”“Kadang Mama sama Bibi… kadang cuma Bibi,” jawabku polos.Papa mengangkat alis, tatapannya datar sekali.Astaga. Lempeng banget hidupnya Papa. Padahal jelas-jelas aku lagi bermanja-manja sama calon menantunya.Om Kais menahan tawa melihat ekspresi Papa yang clueless.“Gapapa, Pa,” ujar Om Kais lembut sambil menepuk punggung tanganku.Aku langsung mengangguk, semaki

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Melepas Rindu

    Tempat nongkrong terasik selain gazebo depan rumah itu ya gazebo taman komplek. Apalagi kalau waktunya pas—ada ibu-ibu komplek lagi senam sore.Sengaja aku bawa bantal leher biar bisa rebahan, plus cemilan dan es kopi. Paket healing ekonomis.Dari posisiku yang selonjoran, aku melihat Mama sedang menggerakkan badannya mengikuti instruktur senam, bersama para tetangga lain. Musiknya kenceng, penuh semangat, tapi tetap anggun ala Mama.“Binar, kamu kenapa? Tumben kalem. Pantesan matahari sejak pagi redup,” suara seseorang terdengar dari belakang.Aku menoleh.Mas Zaka—tetanggaku, teman kecilnya Mas Pandu, seorang notaris yang wajahnya mirip aktor China. Di tangan kirinya ada dua tali leash untuk kedua anak anjingnya.“Aku lagi galau tapi nggak merana, Mas,” jawabku sambil mengibaskan bantal leher.“Kenapa?” tanyanya sambil duduk di pinggir gazebo.“Kangen tunanganku. Hah! Katanya mau cepat pulang, tapi dua minggu nggak balik-balik dari Jepang.”Mas Zaka cekikikan. “Sekarang LDR nggak be

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Beda Keyakinan

    Kami masih duduk menikmati pemandangan sungai ketika adzan Dzuhur berkumandang dari mushola kecil sebelah resto. Aku langsung merapikan rambut dan berdiri.“Mas, Mbak, aku ke mushola dulu ya,” ujarku sambil mengambil tas kecilku.Mbak Nindi tersenyum. “Iya, Dek. Silakan.”Aku mengangguk. “Mbak Nindi ikut?”Mbak Nindi menggeleng pelan. “Aku nggak sholat, Dek.”Refleks aku bertanya, polos, tanpa berpikir jauh, “Oh, lagi halangan ya, Mbak?”Begitu ucapan itu keluar, seketika otakku menampar diriku sendiri.BODOH BINAR.Karena…Barusan kami main tubing.Loncat-loncat.Kejedot batu.Kebawa arus.Mana ada orang menstruasi mau ikut beginian.Jantungku langsung terasa mencelos. Ada hawa dingin naik dari tulang belakang.Aku mencoba menepis pikiran yang—aku berharap banget—SALAH.Mbak Nindi menatapku sebentar, tidak tersinggung, hanya tampak hati-hati.“Aku nggak sholat karena—” Dia berhenti, menarik napas pelan. “Nggak apa-apa, kan, kalau aku jujur?”Aku mengangguk cepat. “I-iya, Mbak. Tentu

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Obat Nyamuk Varian Baru

    Ban karet yang ku tumpangi mulai meluncur mengikuti arus sungai. Airnya bening, dingin, dan memantulkan cahaya matahari yang menembus sela pepohonan. Baru melewati turunan pertama saja, aku sudah menjerit. “Aaaaaaaaaa MAS PANDUUUU—INI KEREN BANGET!!” teriakku sambil tertawa ngakak. Di belakangku, Mas Pandu cuma geleng-geleng, alisnya terangkat tinggi seakan berkata ‘ya Tuhan, ini bocah’. Sementara Mbak Nindi, yang duduk beberapa meter dariku, menatap dengan wajah campuran kaget dan geli. “Adek, pegangan yang kuat!” serunya. “Aku kuat, Mbaaak—tapi arusnya enggak!!” Air cipratannya muncrat kena wajahku, membuatku terbatuk lalu langsung tertawa lagi. Mas Pandu ikut teriak, tapi bukan karena takut. Lebih karena khawatir denganku. “Binaaar! Jangan berdiri! Duduuuk!” “Ini cuma setengah berdiri, Mas!” “ITUUU NAMANYA BERDIRI!” Arus kembali menurun. Ban-ku melesat. “WAAAAAA!!! MAS PANDUUUU! AKU NYANGKUT!!!” Ternyata aku cuma menabrak batu kecil, dan Mas Pandu dengan sa

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status