Share

Kalah Telak

Penulis: Syamwiek
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-31 09:47:25

Gak sia-sia sore ini aku nongkrong di minimarket sambil makan siomay. Selain kenyang, aku juga berkesempatan bertemu langsung dengan perempuan paling terzalimi bulan ini.

Sejak berita batalnya pernikahan yang membuat gempar seantero kampus dan rumah sakit, Alya belum sekalipun menampakkan batang hidungnya. Padahal aku sudah gregetan ingin bicara dengannya.

Alya ngapain dia di sini?

Setahuku, rumahnya jauh dari kawasan ini. Dan anehnya, dia datang dengan masker dan kacamata hitam—persis seperti orang yang sedang menyamar.

Meskipun begitu, aku masih bisa mengenalinya dengan mudah. Sekalipun dia pakai karung goni, aku tetap tahu kalau itu dia.

“Minggir!” bentaknya ketika aku bersandar di pintu mobilnya.

Aku menyilangkan tangan di depan dada sambil mengangkat sebelah alis. “Ckck, kenapa kelihatan panik? Takut sama aku?”

“Jangan ganggu aku! Menyingkir dari mobilku!”

“Oh, jadi aku gak boleh ganggu kamu, tapi kamu boleh ganggu aku? Bahkan sampai merusak nama baikku pun boleh, gitu?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (11)
goodnovel comment avatar
eny123pgc
wah parah nih si Alya, kalau dia sudah punya pacar kenapa minta dinikahin sama Naufal??
goodnovel comment avatar
Ovy Azza
mampusss kau alya, jd si pria bertato emang selingkuhan nya ya, tp dia ga tau kl dia cuma selingkuhan dan ga tau jg kl alya mau nikah
goodnovel comment avatar
Viva Oke
om Kais oh Om Kais hahah binar Ter Kais Kais. kapok Alya kena batunya juga kan, makanya jangan berteriak maling klo kamu maling.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Stalking Mantan

    “Tinggi banget sih, tapi kerempeng. Terus datar dan tepos, kurang menarik,” komentar Safa sambil menatap layar tablet dengan ekspresi menilai.Aku melirik sekilas ke arah layar, lalu menahan napas. Foto yang sedang kami lihat adalah akun media sosial milik mantan tunangan Om Kais—Rhea Adler. Perempuan blasteran Jerman-Indonesia yang dulu sempat jadi model majalah terkenal.“Kurang menarik apanya, Sa,” sahutku. “Dia cantik banget, kulitnya bening, matanya abu-abu. Model internasional, loh.”Safa mendengkus. “Iya, tapi kok vibe-nya dingin banget, ya? Lihat nih caption-nya—‘Elegance is when you make silence loud.’ Apaan sih? Kayak ngomong sama cermin.”Aku terkekeh pelan, tapi pandanganku masih terpaku pada foto-fotonya. Rhea terlihat sempurna di setiap jepretan—entah sedang di Paris, menghadiri pameran seni, atau sekadar duduk di cafe mahal dengan ekspresi datar tapi elegan.Safa mencondongkan tubuhnya. “Bee, kamu yakin nggak salah bersaing, nih? Mantan calon istrinya aja udah kayak has

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Terhalang Masa Lalu

    Begitu mobil Om Kais keluar dari halaman, suasana rumah terasa sedikit lengang. Aku masih sempat melambaikan tangan sebelum akhirnya menutup pintu dan berbalik. Saat aku menoleh, Mas Pandu sudah berdiri di ruang tamu, menungguku untuk makan malam. Mas Pandu menepuk ringan bahuku. “Ayo, cepat ke ruang makan. Sebelum nasinya keburu dingin.” Aku mengangguk dan mengikutinya. Begitu duduk, aroma masakan langsung menyeruak. “Wah, wanginya bikin perut semakin keroncongan.” “Kamu tuh, kalau sudah urusan makan, semua masalah langsung beres aja, ya?” celetuk Mas Pandu sambil menuangkan jus melon ke dalam gelas. “Ya jelas,” jawabku santai sambil mengambil sendok. “Orang lapar nggak bisa mikir jernih, Mas.” “Dek—” panggilnya pelan. “Kamu tahu nggak, Mas Kais dulu sempat mau nikah?” Aku menoleh, sendok masih di tangan. “Serius? Baru tahu aku.” Mas Pandu mengangguk pelan. “Itu kejadian udah lama banget, mungkin hampir sepuluh tahun lalu. Waktu itu dia sudah tunangan, tinggal nunggu hari per

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Status Baru

    “Binar—”Baru saja aku hendak naik ke dalam bus, suara Om Kais terdengar dari belakang. Nada suaranya yang cukup tinggi membuat langkahku langsung terhenti di anak tangga pertama.Aku menoleh, dan di sana dia berdiri—dengan kedua tangan terlipat di dada, sorot matanya tajam.Aku turun lagi dan menghampirinya. “Ada apa, Om?”“Masuk mobil,” ujarnya singkat.“Lho, kenapa?”“Safa mana?” bukannya menjawab, Om Kais malah balik bertanya.“Tu, udah duduk manis di dalam bus,” jawabku sambil menunjuk ke arah sahabatku yang sedang mengintip dari jendela.Begitu sadar kami sedang membicarakannya, Safa langsung melambaikan tangan penuh semangat.“Suruh Safa turun. Kalian pulang bareng aku,” titah Om Kais.Selesai bicara, dia berbalik dan masuk ke dalam mobil lebih dulu. Bodyguard-nya segera bergerak, memasukkan carrier-ku ke bagasi mobil dengan sigap.Aku menatap punggungnya sejenak—sebelum akhirnya berlari kecil ke arah bus.“Safaaa!” panggilku sambil menepuk jendela bus. “Turun, cepat. Kita pula

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Perkara Panggilan

    Aku benar-benar tidak menyangka kalau Om Kais memutuskan ikut turun gunung dengan berjalan kaki. Soalnya, seingatku, dia belum pernah sekalipun mendaki—apalagi menuruni jalur seterjal ini. Jujur saja, aku sempat khawatir sesuatu bakal terjadi padanya.Bagaimanapun juga, Om Kais bukan orang sembarangan. Dia itu pemimpin besar—punya perusahaan, sekaligus direktur utama rumah sakit ternama. Bayangkan kalau sampai kakinya keseleo sedikit saja, bisa heboh satu kantor, bahkan satu kota!Aku memilih jalan di dekatnya, siap siaga setiap kali dia melangkah di medan berbatu.“Pelan-pelan, Om,” ucapku khawatir.Dia hanya menoleh sekilas dan tersenyum tipis. “Tenang aja, aku masih kuat.”“Iya, tapi kan Om mahal,” kataku cepat, membuatnya terkekeh pelan.“Mahalan kamu,” balasnya santai, menatapku sekilas dengan tatapan geli.Aku mencibir. “Ih, serius ini. Kalau Om kenapa-kenapa, aku bisa dimarahi seluruh tim medis rumah sakit.”“Tenang, Binar. Aku turun gunung bukan buat jatuh… tapi buat jaga kamu

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Romantis Ala Om Kais

    Bukannya menjawab, Om Kais malah menarik kedua pipiku dengan ekspresi gemas—seolah-olah wajahku ini bakpao isi ayam kesukaannya.“Cium—cium!” seruku sambil berusaha mendekat.“Astaga, Binar…” gumam Om Kais, lalu dia menekan kedua pipiku makin kencang sampai bibirku mengerucut seperti bebek.“Aku sayang Om Kais, loh. Suer tekewer-kewer,” kataku dengan mulut masih mengerucut.“Kamu ini perempuan, Binar,” balas Om Kais sambil menggeleng pelan. “Seharusnya aku yang menyatakan cinta, bukan kamu. Dan coba deh, hitung—udah berapa kali kamu melamarku, ha? Sampai di atas gunung pun masih kepikiran buat melamar.”Aku cuma nyengir. Jujur, aku memang gak ingat sudah berapa kali melamar Om Kais. Soalnya, setiap ada momen bagus, aku gak mau melewatkannya begitu saja. Pokoknya langsung lamar—urusan diterima atau enggak, belakangan.“Gak ingat, dan gak akan aku hitung,” jawabku santai.Lantas, Om Kais menarikku ke dalam pelukannya dan mendekapku erat. Dagunya bertengger di atas kepalaku, sementara ak

  • Hai Om, Aku Calon Istrimu!   Om Nikah, Yuk!

    Aku dan Safa duduk di atas batu besar, berselimut jaket tebal dan sarung tangan wol. Di depan kami, pemandangan langit yang mulai terang perlahan seperti lukisan hidup.“Cantik banget, ya,” gumam Safa sambil menyeruput minuman hangat dari tumbler. “Gak nyesel bangun jam empat pagi.”Aku tersenyum samar. “Iya, worth it banget.”Tapi entah kenapa, senyumku terasa menggantung. Pikiranku masih sibuk mengulang kejadian semalam—antara geli, malu, dan… deg-degan.Safa melirikku sekilas. “Kenapa? Dari tadi senyum-senyum sendiri. Jangan bilang kamu mimpi Om Kais lagi?”“Bukan mimpi. Tapi semalam aku emang ketemu hal yang lebih aneh dari mimpi.”“Apaan?” Tanya Safa sembari menaikkan alis.Aku menatapnya lekat, lalu mencondongkan tubuh sedikit, berbisik, “Aku ketemu Om Kais.”“Hah?! Di gunung?”“Iya. Aku juga gak nyangka,” jawabku.“Yang bener, Bee. Jangan bilang kamu halu gara-gara kedinginan,” ucapnya sambil mencubit lenganku.“Aduh! Beneran, Fa.” Aku menghela napas panjang. “Dia muncul waktu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status