Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kayaPov ErwinPunya paman seorang mafia itu ngeri-ngeri sedap. Ngeri-nya bila beliau ngamuk, sedapnya bisa jadi beking bila kita ada masalah. Bahkan aparat pun bila tahu aku keponakan Abdul Sani akan seganPamanku Abdul Sani adalah pengusaha sukses yang betul-betul mulai dari nol. Mulai dari punya kafe punggir jalan sampai pemilik hotel. Kebanyakan bisnisnya memang seputar dunia malam. Itulah yang membuat beliau disebut orang mafia.Aku dan ayah yang sakit-sakitan diboyong Paman dari desa. Waktu itu aku masih SMP, sekolahku dibiayai Paman, ayahku juga ditanggung pengobatannya. Selepas SMA aku kuliah di salah satu Perguruan tinggi swasta di kota Medan. Ambil jurusan hukum, kata Paman aku berbakat jadi pengacara.Setelah lulus, aku langsung magang di salah satu firma hukum kenalan Paman Abdul. Lokot Lubis namanya. Di sinilah aku mulai tahu seluk beluk kota ini."Hid
Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kaya"Makin tinggi pohon, makin kencang angin meniupnya." Begitu kata Bu Elsa ketika kami bertemu di kantor polisi dalam rangka melaporkan Erwin dan kelompoknya."Maksudnya, Bu?" tanyaku kemudian."Kalian tiba di masa puncak, akan makin banyak cobaan untuk kalian, semoga kalian bisa bertahan, karena banyak orang bisa tabah dan sabar ketika miskin, akan tetapi berulah setelah kaya,""Tidak akan, Bu, justru karena kami sudah merasakan bagaimana kesulitan hidup bisa membuat kami menghargai dan menjaga bila dititipkan Tuhan Harta," kata suami bijak.Mungkin Erwin tidak sadar atau bisa juga sudah menyerah, dengan mudah dia ditangkap polisi. Dia dijerat dengan pasal berlapis. Penculikan, pembunuhan, pemalsuan surat tanah. Sedangkan Pak Lubis lari entah kemana. Konon dia jadi buronan. Dipikir-pikir aneh juga, dia sudah mapan sebagai pengacara, akan tetapi masih berbuat yang seperti itu.&nbs
Pov Erwin 2Aku mendadak kaya, punya jabatan di dewan komisaris perusahaan pengembang, jabatan yang hanya sekedar penghargaan memang. Akan tetapi aku berubah total. Dapat dana segar dua milyar yang kubagi dua dengan Pak Lubis.Aku selalu mewanta-wanti pihak pengembang supaya jangan mengganggu keluarga Subur, biar saja mereka di, situ, suatu hari, aku yakin mereka akan pindahan sendiri. Yang kukawatirkan bila mereka diganggu bisa saja mereka mengadukan ke Paman, kalau Paman sampai tahu, bisa hancur aku, semoga saja paman cepat meninggal.Yang kutakutkan terjadi juga, entah dari mana mereka dapat nomor Pak Abdul, entah angin apa yang membuat Pamanukan itu tiba-tiba bisa ditelepon, padahal dia itu paling sulit untuk dihubungi. Hari itu tiba-tiba paman menelepon."Hei, Win! Maksudmu apa sekarang? mau cari mati kau?" begitu langsung perkataan Pak Abdul. Pamanku ini orangnya tegas, dia dulu pernah memotong tangan orang yang coba mencuri uangnya.&nbs
Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kayaRumah kami akhirnya lanjut pembangunannya, aku tetap bersikeras menyisakan halaman rumah untuk taman bunga, hanya itu yang kuinginkan, rumah dibangun lain model dari rumah-rumah yang lain."Mamah Aneh, kayaknya gak berbakat jadi orang kaya," kata suami suatu hari, saat itu dia lagi menemanimu mengurus bunga."Gak bakat bagaimana, Pah?" tanyaku sewot."Orang kaya itu, Mah, bila bangun rumah ada kolam renangnya, kolam ikannya, ini Mamah malah minta kebun bunga?" jawab suami seraya menyiram bunga."Oh, Ya, aku ingat, Pah, aku ingin lampu gantung yang cantik itu, apa namanya yang kayak punya Bu Elsa," kataku kemudian."Kan, nampak kali gak berbakatnya, namanya aja gak tahu," jawab suami sambil terkekeh."Idih, Papah, oh, ya, Pah, kenapa harus namanya Anugrah Subur Makmur?" tanyaku lagi."Memang kenapa?""Kan, bisa nama lain,"
Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kayaPov Bu BondanTanah perumahan ini bermasalah, hal itu kuketahui dari baliho yang dipasang di pintu masuk komplek. Si Subur pula yang pasang bersama beberapa orang yang tak aku kenal. Ini pasti ulah mereka karena sakit hati rumahnya digusur.Segera kutemui warga dari pintu ke pintu, sebagai orang paling senior di sini aku harus cepat bertindak. Bersama beberapa warga kami datangi mereka. Ada seorang wanita yang menjelaskan, katanya perumahan ini bermasalah. Eh, si Subur ikut-ikutan ngomong, seakan-akan dia punya wewenang, padahal paling dia supir atau hanya pekerja kasar, atau bisa juga sebagai orang yang mengkompori.Ketika aku melawan, istrinya ikut-ikutan, dasar!Malam itu kukumpulkan warga komplek, kami menggelar rapat, tempatnya dipilih di depan pos sekuriti."Bapak-bapak ibu-ibu seperti kita tahu tanah ini bermasalah, dugaan saya si Yanti dan Si Subur biang ker
Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kayaTernyata begini rasanya jadi orang kaya, ada juga sedikit rasa ingin menyombong. Aku selalu ingat perkataan kakakku, "cari suami itu jangan yang tampan doang, juga harus mapan," Sekarang suamiku sudah mapan, dan masih tampan. Ingin rasanya kusombongkan pada kakakku, ingin kutunjukkan padanya pilihanku lebih baik dari pilihannya.Jadi orang kaya juga ternyata membuat kita banyak saudara, betul juga kata orang "bila ingin punya saudara banyak, cari uang yang banyak, bila uang sudah banyak, saudara akan datang sendiri," Aku sudah merasakannya.Sepupuku yang selama belasan tahun tak pernah datang, kini datang berkunjung, aku tahu karena suami cerita. Sepupuku itu datang ke kantor perumahan minta keringanan untuk mendapatkan rumah satu unit. Suami yang memang selalu baik, bahkan menurutku terlalu baik membantu sepupuku itu.Rumah kami masih lima puluh persen pembangunannya, suami pilih model ruma
Hajatan Tetangga#Tetangga_tak_tahu_kami_kayaSore itu suami pulang membawa oleh-oleh, katanya untukku, segera kubuka dan kulihat isinya. Ternyata isinya skincare dengan bebagai merk."Papah beli ini semua?" tanyaku heran. Maklum, selama hidup aku tak pernah pakai yang namanya skincare."Iya, Mah, tapi mamah kepingin," jawab suami santai."Kapan aku bilang kepingin, Pah?" kataku seraya melihat-lihat skincare itu, ada empat set dengan merk yang berbeda."Maaf, Mah, kemarin aku buka Facebook Mamah, ada empat inbok mau pesan skincare Mamah jawab, "tanya suami dulu, ya," aku setuju, sekalian kubelikan semua.""Idih, Pah, tanya suami dulu itu gak benaran, Pah,""Jadi, apa itu? jangan sungkan bilang bila ada yang Mamah inginkan, dulu Papah memang gak bisa beli, sekarang kan kita kaya, Mah,"Gak tahu lagi aku harus bilang apa, untuk apa skincare sampai empat set begini? Kapan aku bisa pakai s
"Pah, lihat ini, Pah, ada berita heboh," teriakku pada suami.Siang itu aku lagi makan sambil menonton TV. Suami yang lagi di kamar mandi langsung datang. Berita TV adalah seorang tahanan meninggal di dalam sel, kaki dan tangannya patah."Berita apaan, sih?" tanya suami."Itu si Erwin ditemukan meninggal di dalam sel," jawabku kemudian."Wak Abdul," guman suami seraya memegang kepalanya."Telepon, Pah,"Suami lalu mengambil telepon dan langsung ke aplikasi WA, terus melakukan video call dengan Pak Abdul."Assalamu'alaikum, Wak, Uwak sehat?" kata suami begitu telepon tersambung. Tampak di layar HP Pak Abdul tersenyum."Alhamdulillah, Sehat, Nak," jawab Pak Abdul."Lagi di mana, Wak?" tanya suaminya lagi."Ini, di hotel, ada apa ya, Nak?" tanya Pak Abdul."Kami khawatir dengan kesehatan, Uwak," jawab suami."Aku sehat, Alhamdulillah."