Share

10. Sebuah Rasa

Haira tersenyum mencebik melihat wajah ibunya. “Apaan sih, Mama. Aku sudah memutuskan masuk di pondok mana."

“Tapi dari mana kamu tahu informasi pondok itu?” tanya Jamilah cemas.

“Ada deh,” jawab Haira cuek. Ia mengambil remote televisi dari tangan Haikal.

“Tapi sebagai orang tua, kami harus tahu dan melihat langsung pondok itu, sebelum kamu mendaftar ke sana. Kami harus memastikan kamu nyaman di pondok itu.”

“Ada orang yang aku kenal di sana, Ma. Dia baik. Aku juga pernah ke sana. Aku menyukainya, jadi Mama nggak usah khawatir. Selain itu, aku ga mau Mama ke sana.”

Jamilah tersentak dengan ucapan Haira yang terakhir.

“Berita Mama kawin dengan suami orang sudah tersebar di sekolahku, aku tidak ingin juga menyebar ke pondok. Cukup Kak Haikal yang jadi waliku.”

Jamilah menatap Salman untuk meminta pendapatnya. Salman hanya membalasnya dengan anggukan.

“Baiklah, jika itu maumu. Meski sedih, Mama menurut saja. Mama percayakan itu pada Haikal. Semoga kamu betah di sana. Almarhum Papa p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status