Masih dengan pikiran yang dipenuhi oleh wanita muda itu, selama perjalanan hingga berada di Yayasan pria itu hanya merenung. Bahkan saat disapa oleh para staf, ia hanya diam dan terkesan tidak fokus dengan sekitar.
[Daffa : Wa'alaikum salam. Fir, kenapa elo gak pernah cerita sebelumnya kalau Zaya pernah mengidap Prolonged Grief Disorder?][Zafir : What? Elo tau darimana hal itu?][Daffa : Ceritanya panjang, kalau sudah di Jakarta bakal gue ceritain. Terus sekarang gimana keadaan Zaya?][Zafir : Dia cuma bisa diem, mungkin masih syok sama kejadian ini.][Daffa : Belum ada tanda - tanda mengarah ke arah situ?][Zafir : Belum Daf, mudah - mudahan enggak sampai kearah itu.][Daffa : Dia butuh support dari orang - orang sekitar, sering - sering ajak ngobrol dan jangan ninggalin dia sendirian. Gue takutnya ada gejala yang semakin memburuk.][Zafir : Gejala yang semakin memburuk? Contohnya apa Daf?][Daffa : BDitengah obrolannya dengan Farida, Mazaya tiba - tiba meraih kedua tangan Daffa. Sontak hal itu membuat Daffa serta Farida terkejut dengan reaksi mendadak wanita muda itu."Apa yang kamu butuhkan Zaya? Kamu bisa bicara sama saya." Daffa menggenggam kedua tangan Mazaya."Bisa kamu buat Eyang hidup lagi?" Farida terkejut dengan pertanyaan yang lolos dari bibir mungil putri bungsunya, namun tidak dengan Daffa yang hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan tersebut sangat familiar ia dengar dari beberapa pasien yang mengalami hal sama dengan wanita muda didepannya."Apa kamu bisa menghidupkannya kembali Zaya?" Mazaya hanya menggeleng."Kenapa?""Karena aku hanya manusia biasa, sedangkan kamu seorang Ustad. Pasti kamu tau do'a - do'a untuk menghidupkan kembali orang yang telah pergi.""Ustad juga manusia biasa Zaya. Saya bukan Allah yang bisa membolak balikkan keadaan. Jika saya bisa melakukan itu, saya akan melakukannya un
Hari SeninMonday..Money Day..Jangan pernah malas di hari Senin..Jangan pernah membencinya..Karena kita tidak akan tau kejutan dan rejeki apa yang akan menghampiri kita di hari Senin..Siapa tau juga jodoh akan datang di hari itu..Keadaan Mazaya berangsur membaik, obat yang diresepkan oleh Daffa masih terus ia konsumsi. Kakinya juga sudah sembuh saat ia berada di Kota Tahu. Satu minggu tidak bekerja serasa satu tahun, banyak karyawan yang ia tidak kenal. Ya, mereka adalah hasil dari perekrutan saat itu. Ia telah mempercayakan tim nya untuk menerima yang menurut mereka layak. "Bu Mazaya.." Rinda dan para tim lainnya berseru dengan suka cita saat mendapati Mazaya datang ke Ruangan mereka."Terima kasih atas kerja keras kalian." Mazaya memberikan Beberapa bingkisan untuk mereka, tidak lupa juga cemilan serta kopi."Ibu gak perlu repot - repot begini, kesembuhan Ibu sangat berarti buat kami." Kata Rendi."Ke
Kediaman Burhan tidak pernah sepi, terutama saat weekend. Setelah kesembuhan Mazaya, Eran beserta sang Istri kembali ke Rumah miliknya. Tapi weekend kali ini mereka memilih untuk bersenang - senang dan berkumpul di Kediaman kedua orang tuanya guna melepas kepedihan. "Zaya tolong jemput Abi pulang ngaji bisa gak?" Kata Liam - Kakak Ipar."Pinjam dulu seratus." "Buat apaan seratus?" Liam merogoh saku celananya."Dih serius amat, jadi orang jangan kaku - kaku. Kek kanebo kering." Mazaya meninggalkan Kakak Iparnya yang sudah membawa uang seratus ribu."Lah katanya pinjam dulu seratus." "Itu candaan yang lagi viral di Sosial Media Liam." Kekeh Zafir."Oh kirain beneran mau pinjem seratus, lagian buat apa dia pinjem seratus. Bener - bener ya itu anak, sakit ngawatirin kalo gak sakit nyebelin." Perkataan Liam sontak membuat seisi ruangan tertawa.Sedangkan Mazaya tengah mengendarai kendaraan roda dua miliknya, motor
Masih berada di Yayasan, kedua pasangan tak halal yang baru mengungkapkan isi hati tengah berbincang - bincang agar keduanya saling mengenal satu sama lain. Maryam tidak sengaja lewat dan mendepati keduanya asik mengobrol serta sesekali melempar candaan. Kemudian ia melirik kearah Playground, ia tersenyum hangat dan menghampiri kedua orang dewasa itu."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikum salam." Jawabnya Kompak, Mazaya berdiri dan mencium tangan Maryam."Sudah lama Nak?""Sekitar tiga puluh menit Utadzah, Abi belum mau diajak pulang kalau Nizam belum dijemput.""Saya pun belum mendapatkan kabar lagi dari kedua orang tua Nizam. Mau maghrib juga.""Apa kita ajak Nizam pulang saja Umi?" Usul Daffa."Kita tunggu dua puluh menit lagi, coba kamu hubungi Papa nya Nizam Daf.""Baik Umi." Daffa mencoba menghubungi orang tua Nizam, sedangkan Mazaya dan Maryam menatap kearah playground."Abiyan anak yang penurut, tidak
"Sayangnya kamu benar Mazaya, saya ada janji sama Abi Umi buat makan malam di Restaurant itu.""Apa hubungan kalian berdua?""Abi berniat menjodohkan saya dengan Giana. Tapi seperti yang saya jelaskan tadi, Umi tidak suka dengan wanita itu.""Alasannya?""Karena dia memiliki obsesi besar, dan benar kata kamu. Bad attitude.""Terus sekarang?""Abi mengalah, karena Umi juga menentangnya. Umi mengatakan yang sebenarnya kalau Umi tidak suka dengan wanita itu. Lagi pula saya sekarang punya kamu.""Gak usah ngegombal. Emang kenapa sih harus dijodohin gitu?""Abi tidak suka hubungan yang tidak SAH dimata agama.""Kalau hubungan kita ditentang dan Mas dijodohin lagi gimana?""Hmm.. Kita jalani dulu saja." Daffa tidak ingin banyak berkomentar dan terkesan PHP, karena ia sendiri sangat hafal dengan sikap Ayahnya. ***Mazaya masih terngiang dengan perkataan Daffa waktu itu, Pria ya
Beberapa hari setelah pertemuannya dengan Mazaya dan penolakan yang dilakukan oleh wanita itu, Daffa memilih untuk tidak membahas lagi mengenai pernikahan didepan si wanita. Namun, saat ini ia tengah dihadapkan dengan sang Ayah. "Ayah kenalkan kamu dengan Giana namun ternyata kamu tidak sedikit pun meliriknya. Abi sudah tau dari Umi, Abi rasa memang Giana tidak masuk kriteria kami sebagai menantu idaman. Lebih tepatnya karena etikanya yang kurang baik." Daffa hanya mengangguk."Abi lihat - lihat sepertinya kamu terlibat sebuah hubungan dengan wanita. Benar begitu Daf?""Hmmm.. Masih pendekatan aja Abi.""Benar begitu?""Iya.""Kenapa kamu tidak menikahinya saja? Pendekatan bisa dilakukan saat sudah menikah.""Wanita itu belum siap dengan pernikahan.""Apa jangan - jangan itu wanita yang sama? Wanita yang dibicarakan oleh Umi kamu?" Daffa mengangguk, ia tidak mengatakan sepatah kata pun. "Kenapa harus
Hidup tidak akan seru jika lurus - lurus saja tanpa adanya masalah.Kalau kata orang - orang sih seperti sayur tanpa garam, hambar.Mazaya melangkahkan kaki kedalam Loby Kantor setelah memarkirkan mobilnya. Beberapa orang menyapa, namun beberapa karyawan baru menatapnya sinis. Ia hanya cuek dan masuk kedalam elevator, ternyata didalam kotak besi itu terdapat beberapa orang pula yang menyorotnya dengan sorotan tidak bersahabat. Bahkan ada yang berbisik, kemudian Rinda muncul mendekatinya dan menarik Mazaya untuk tidak masuk kedalam Elevator tersebut."Ada apa Rinda?""Ibu gak liat emang orang - orang disana udah kayak mau mangsa ibu hidup - hidup?""Sudah biarin aja, saya cuek kok.""Duh, kayaknya Ibu belum tau berita ya?""Berita mengenai apa?""Ini Bu." Rinda memperlihatkan tampilan ponselnya, didalam layar benda pipih itu terdapat obrolan grup mengenai dirinya.Mazaya mengerutkan keningnya, ia membaca foto
Berita mengenai dirinya semakin ramai diperbincangkan, sudah tiga hari lamanya berita palsu mengenai dirinya bergentayangan di Perusahaan tersebut. Tatapan hingga perkataan yang tidak mengenakan kerap kali ia rasakan dan dengar dari Karyawan baru. Bahkan hingga saat ini Karyawan baru tidak ada yang tau posisinya di Perusahaan itu."Kami tidak ada yang percaya dengan berita itu, tapi kenapa kamu tidak mengatakan apapun kepada kami Mazaya?" Kata Giono - Direktur Pemasaran.Ya, saat ini ia tengah berada disebuah Ruangan dengan meja oval untuk bertemu para petinggi di Perusahaan tersebut. Termasuk Irawan tidak luput dari pertemuan itu."Karena tidak ada yang perlu saya jelaskan.""Kami tau Mazaya, tapi kalau kamu diam seperti ini bukan kah justru memperkeruh suasana? Apalagi saya dengar kamu sengaja tidak memberitahu posisi kamu disini sama Karyawan Baru. Apa itu bentuk penyamaran kamu?" Tutik - Direktur Keuangan ikut membuka suaranya."Saya