Share

Shock

Matanya membulat sempurna, tubuhnya tersentak lalu terduduk dengan dada berdegup kencang. Matanya melirik kesana-kemari dan mendapati dirinya terbangun di atas ranjang, pening menghantam kepalanya tatkala memori-memori mengerikan itu muncul di kepalanya. Ia meremas surainya dengan mata munutup rapat, terlalu nyata baginya jika semua yang ada di kepalanya adalah mimpi semata

"Tidak! Tidak! Itu bukan mimpi, aku sangat yakin itu adalah kenyataan. Lalu-" gumamnya

Ia pun turun dari ranjangnya dan membuka jendelanya, nampak matahari sudah mulai menampakan dirinya. Setelah itu ia pun berlari melihat ponselnya yang tersimpan di atas nakas lalu melihat kalender

Matanya melotot tatkala menyadari jika dirinya mungkin hidup kembali atau bisa dikatakan mengulang waktu, dan ia kembali ke empat tahun sebelum kejadian mengerikan itu

"Bella..." lirihnya

Lantas kakinya kembali berlari menuju pintu kamarnya untuk memastikan bahwa ini bukanlah sebuah mimpi atau halusianasinya saja

Ketika tangannya sudah mencapai gagang pintu, terburu-buru ia membukanya sampai tubuhnya terlonjak kaget begitu mendapati mata bulat nan indah itu menatapnya heran

"Kau kenapa? Kenapa terlihat terburu-buru?" tanyanya

Suara lembut itu menyapa telinganya, mengalun lembut hingga tanpa sadar membuat matanya terpejam. Ketika matanya kembali terbuka, sorot matanya berubah nanar tatkala mendapati cintanya berdiri di hadapannya, memandangnya dengan mata bulat yang selalu mengagumkan untuk ia pandang berlama-lama

"Seth, hei! Kenapa melamun?" Isabella menjentik-jentikan jarinya di depan wajah Seth

Seth kembali pada kesadarannya, sontak ia berdeham sebelum membuka suara

"Ada keperluan apa Nona kemari?" Seth malah balik bertanya

"Memastikan kau sudah bangun atau belum, sebentar lagi aku akan berangkat ke kampus," balas Isabella

Seth mengangguk paham, "Kalau begitu saya akan bersiap-siap terlebih dahulu."

Bella pun mengangguk lalu meninggalkan Seth untuk berisap-siap mengantarkannya pergi ke kampus.

Memandangi punggung Isabella yang mulai hilang dari lorong membuat Seth menutup kembali pintu kamarnya. Senyum manis terulas di bibirnya tatkala rasa bahagia dapat bertemu kembali dengan Isabella, gadis yang ia cintai sejak Isabella berumur lima belas tahun.

Katakanlah dia pedofil karena menyukai anak di bawah umur, namun begitu Seth tak pernah berlaku kurang ajar apalagi bersikap tak senonoh kepada Nona mudanya itu. Sejak Isabella kecil, Seth selalu merawat dan menjaga Isabella dengan penuh kasih, semata-mata karena ia menyayangi bocah itu. Namun Seth mulai menyadari perasaannya ketika Isabella menginjak usia remaja, perasaan yang Seth yakini terus berkembang seiring ia dan Isabella tumbuh bersama.

Perasaannya ia pendam, tak ada yang tahu perasaan cintanya kepada sang majikan kecil. Seth adalah pribadi yang menutup diri, tak mudah bergaul dan dingin secara bersamaan. Bahkan Isabella kerap memanggilnya manusia kaku karena wajahnya yang datar-datar saja.

Tuhan telah memberinya jalan, memberikannya harapan agar ia bisa memperjuangkan Isabella. Tidak akan ia sia-siakan kesempatan ini untuk menjauhi Isabella dari orang-orang jahat yang ingin menyakiti Nona mudanya, terutama keparat Christian. Seth harus memutar otak untuk menjauhi Isabella dari Christian. Tidak akan ia biarkan Bella dan Christian kembali bersama apalagi jika mereka sampai menikah.

Ditengah-tengah kesibukannya yang tengah mengancingi kemejanya, Seth berpikir apakah Isabella mengalami hal yang sama dengannya? yakni mengulang kembali kehidupannya? Mungkin nanti akan Seth pastikan jika ia melihat bagaimana reaksi Isabella terhadap Christian.

Jika tidak salah perhitungan, Isabella dan Christian saat ini masih berstatus sepasang kekasih, besar kemungkinan jika Bella mengalami kejadian serupa dengannya, wanita itu pasti akan menghindari Christian, paling tidak Bella akan memberikan pelajaran bagi pria sialan itu.

Setelah memanaskan mobil sport berwarna hitam yang siap mengantarkan tuan putri ke kampusnya, Seth membukakan pintu mobil untuk Isabella, disususl dengan dirinya masuk ke kursi kemudi

Setelah memastika Isabella duduk dengan nyaman dan memakai seatbelt, Seth mulai melajukan mobilnya membelah jalan Manhattan. Sesekali melirik Isabella yang berada di sampingnya, hatinya berdegup kencang tatkala ia kembali dapat berdekata dengan Isabella

Setelah berpuluh menit menempuh perjalanan, Bella keluar dari mobil diikuti dengan Seth yang berjalan menghampiri Bella

"Kau tidak usah menjemput ku. Pulang kuliah nanti aku ada tugas yang harus dikerjakan bersama Viviane di apartemennya," ucap Bella, mendongak menatap Seth yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya

Seth menggeleng,"Pukul 4 sore aku tetap datang menjemput mu." balas Seth, tahu betul akal-akalan Bella

Isabella menggerutu, lagi-lagi Seth tahu jika ia menipunya. Padahal sore nanti ia akan pergi makan malam romantis dengan kekasih tampannya, Christian.

"Ayolah kumohon, aku janji tidak akan pulang larut malam," mohon Isabella dengan kedua telapak tangannya menyatu

"Tidak." balas Seth singkat

Isabella semakin kesal dengan sikap Seth yang terlampau kaku, datar, dingin dan menyebalkan. Terlebih pria itu tidak akan membiarkannya keluar begitu saja dengan Christian, pria itu terlalu menurut dengan perintah ayahnya.

Isabella terkadang ingin meminta ayahnya untuk memberhentikan Seth sebagai pengawal pribadinya, hidupnya semakin terasa terkekang karena tidak bisa bebas kemanapun karena Seth selalu mengintilinya

Isabella pun menunduk, mulai mengeluarkan jurus andalannya membujuk Seth, yaitu dengan cara mengeluarkan mimik sedih dengan mata bulatnya yang mampu membuat Seth lemah tak berdaya

Isabella mulai mendongak untuk mengeluarkan jurusnya, namun telapak tangan besar Seth meraup wajahnya 

"Hentikan tatapan itu, aku tidak akan goyah." sahut Seth

Pria tampan itupun berjalan menuju pintu kemudi, sebelum masuk ke dalam mobil Seth menoleh ke arah Bella,"Jika kau tidak menurut, maka aku akan menyeret mu pergi dari restaurant itu." pungkasnya 

Meninggalkan Bella yang tercengo karena ucapan Seth, darimana pria itu tahu bahwa ia akan makan malam di salah satu restaurant? Apakah Seth benar-benar tahu segala rencana dan pergerakannya?

Pukul 17.00, St. John University

"Ayolah Isabella, bodyguard mu itu tidak akan tahu kemana kita akan pergi. Aku berjanji akan memulangkan mu sebelum pukul 10 malam," ucap Christian

"Aku tidak bisa. Seth tahu kemana pun aku pergi, ia mengancam akan menyeret ku jika aku bersikeras pergi." sungut Bella

Christian menahan mati-matian rasa kesalnya, padahal ia sudah reservasi untuk makan malamnya bersama Isabella

"Baikalah, mungkin lain kali saja kita makan malam romantisnya," Christian mencoba bersabar

Isabella meraih tangan Christian dan membawanya ke dadanya,"Maafkan aku. Akan ku pastikan di lain waktu Seth tidak akan mengganggu rencana kita." tulus Isabella

Tak dapat dipungkiri bahwa Isabella pun kesal dan merasa tak enak hati kepada Christian. Bukan sekali ini saja Seth menggagalkan rencana mereka, berulangkali pria itu melarangnya pergi atas dasar perintah ayahnya. Isabella pun tak tahu mengapa ayahnya tidak menyukai Christian, padahal Christian adalah pria tampan dan pintar juga berasal dari kalangan berada.

"Pulanglah! Sedari tadi bodyguard mu menatap tajam ke arah kita." 

Isabella menoleh ke belakang dan mendapati Seth berdiri gagah menyandar tubuhnya pada mobil. Jas hitam licinnya dengan rambut tertata rapi juga kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya mampu membuat seluruh mahasiswi terpekik akan pesona tampan dari sang bodyguard

"Hobi sekali dia tebar pesona." gumam Isabella

Isabella menatap Christian kembali,"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu. Segera ku kabari setibanya aku di rumah." 

Kemudian Isabella membubuhkan kecupan manis di bibir Christian,"Bye, sayang!"

"Bye, Sweetheart." balas Christian

Apa yang terjadi di depannya antara Christian dan Isabella tak luput dari pengamatan Seth. Seth akhirnya dapat menyimpulkan bahwa Isabella kembali dalam keadaan tak mengingat apapun yang telah terjadi di kehidupannya

Seth marah karena masih tak kuasa untuk menarik Isabella ketika gadis itu bertemu dengan Christian. Wajah pria itu benar-benar memuakan, dan Seth sangat mengingat bahwa karena pria itulah ia kehingan Bella.

Raut bengis yang sempat muncul di wajahnya seketika berubah setelah menyadari Bella mulai mendekatinya

"Bisa jangan tebar pesona disini? Disini itu kampus, bukan tempat untuk pria menebar ketampanan dan menggoda gadis-gadis belia," sambar Isabella

"Aku tidak pernah menggoda siapapun, aku hanya berdiri sedari tadi." balas Seth

"Terserah kau saja." ketus Isabella

Perempuan itupun masuk ke dalam mobil terebih dahulu tanpa menunggu Seth untuk membukakannya.

Setelah Seth mulai mengendarai mobil sport hitam itu, ia melirik ke samping dimana Bella tengah bersedekap dada dengan wajah masamnya

"Ingin makan malam di luar atau di rumah?" tanya Seth, datar namun terkesan lembut ketika bertanya kepada Nona mudanya

"Seharusnya malam ini aku makan malam romantis dengan Christian, tapi kau lagi-lagi mengacaukannya." gerutu Isabella

"Apa makan siang di kantin bersamanya tidak cukup?" 

"Tentu saja tidak. Bersama Christian, aku tidak akan pernah merasa cukup, aku selalu ingin bersama kekasih ku. Bukan malah hampir dua puluh empat jam bersama mu." ketus Isabella

Seth menarik senyum tipis mendengar ucapan Isabella, itu bagus jika ia dan Isabella lebih banyak menghabiskan wakatu bersama dari pada pria bajingan yang bersatus pacarnya itu

Kata orang jika sepasang manusia sering menghabiskan waktu bersama, ,maka kedekatan secara emosional akan terjadi antara keduanya. Dan Seth sunggu mengharapkan perasaan itu akan terjadi kepada Isabella, meski ia dan Isabella sudah sedari lama menhabiskan wkatu bersama namun tidak ada kedekatan secara khusu yang terjadi di antara mereka. Justru Christian yang baru hinggap di kehidupan Isabella lah yang dapat menarik perhatian gadis manisnya itu.

"Jangan cemberut, besok kau akan kembali bertemu dengan kekasih mu." kata Seth

"Menunggu besok terlalu lama," lirih Isabella

"Bagaimana jika malam ini kau anat aku ke rumah Chris-" ucapan Isabella terpotong karena Seth menaikan volue radionya

Isabella menendang-nendang kecil melampiaskan kekesalannya terhadap Seth, pria yang hampir setengah hidupnya menemani Isabella.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status